gutaminingsaida SMPN 3 CEPU
Jumat, 04 Juli 2025
Jilbab Kakak Zaskia
Coretan Wajah
Kamis, 03 Juli 2025
Bersama Ular Tangga
Murid Akung
Rabu, 02 Juli 2025
Berburu Nikmat dari-Mu
Selasa, 01 Juli 2025
Kuasa Tuhan
Senin, 30 Juni 2025
Hamzah Aja Ketagihan
Rumah Impian Hamzah.
Mentari mulai merunduk di ufuk
barat. Cahaya jingga yang lembut masuk ke dalam rumah lewat celah jendela ruang
keluarga. Lantai masih dipenuhi jejak-jejak kertas, sisa permainan belajar
berhitung yang seru di pagi hari bersama Timmi. Di pojok ruangan, tertata rapi
beberapa stik es krim dan tutup botol
plastik. Semua itu adalah karya Zaskia siangnya tadi.
Zaskia memang senang membuat
kerajinan. Siang tadi, dia berhasil membuat bentuk rumah mungil dari stik es
krim dan menambahkan tutup botol sebagai pintunya. Beberapa tutup botol lainnya
ia tempel sebagai hiasan jendela. Setelah jadi, ia memamerkan kepada saya
dengan bangga. Saya tentu memujinya sambil mencium pipi dan mengabadikan
karyanya.
Setelah puas bermain dan
berkarya, Zaskia beristirahat di kamar. Sementara itu, Hamzah yang sedari tadi
mengamati karya kakaknya dalam diam, tiba-tiba bergerak perlahan mendekati
bahan-bahan yang masih berserakan di lantai.
Hamzah jongkok pelan-pelan,
mengambil satu, lalu dua, tiga stik e krim dan mulai menatanya. Tangannya kecil
tapi cukup lincah untuk menyusun potongan-potongan sederhana. Sorot matanya
penuh rasa ingin tahu, seolah mencoba memahami bagaimana kakaknya tadi
membentuk rumah kecil itu.
Lalu ia memanggil saya dengan
suara khasnya yang lembut namun mantap, “Tiimmmi… Hamzah mau buat seperti
kakak, boleh?”
Saya tersenyum lebar dan langsung
menjawab, “Boleh banget, sayang. Silakan.”
Hamzah tampak senang sekali. Ia
duduk bersila di lantai, memandangi bahan-bahan di hadapannya. Beberapa stik ia
susun menjadi bentuk persegi, lalu menambahkan bagian atas seperti segitiga,
tanda atap rumah. Tutup botol ia ambil dan ditaruh di bawah, lalu ia
mengambil dua tutup botol dirangkai dengan stik ditaruh di bawah rumah.
Dibentuklah seperti orang pemilik rumah.
“Ini orangnya, Timm, di depan rumah,”
katanya sambil tersenyum.
Sesekali matanya melirik ke arah
saya, seolah meminta dukungan diam-diam. Saya hanya membalasnya dengan senyuman
lembut dan anggukan, membiarkannya bereksplorasi dengan imajinasinya sendiri.
Hamzah melanjutkan dengan serius.
Ia menempelkan tutup botol di sisi kiri dan kanan rumah sebagai jendela. Lalu
ia meletakkan stik dan tutup botol di depan rumah. Ia menyebut orang itu
sebagai abah dan umi, meskipun hanya berupa bulatan dan garis-garis untuk
tangan dan kaki.
Sekitar dua puluh menit kemudian,
ia berdiri dan menghampiri saya dengan karyanya yang sudah selesai ia menunjuk
karya yang ada di lantai.
“Nih, Timm, sudah! Ini rumah...
dan ini orangnya,” ujarnya sambil menunjuk setiap bagian dengan bangga.
Saya tersenyum haru. Meski
sederhana, karya itu adalah hasil dari hati dan imajinasi seorang anak kecil
yang tulus. Karya itu bukan hanya tentang stik dan tutup botol, tapi tentang
niat belajar dan meniru sesuatu yang ia kagumi.
“Sungguh bagus, Hamzah hebat,”
puji saya sambil mengelus rambutnya.
Wajah Hamzah bersinar bahagia. Ia
duduk di samping saya dan memandangi hasil karyanya lagi. Sesekali ia
menunjuk-nunjuk bagian yang ia buat, menjelaskan apa maksudnya dengan bahasa
polos dan penuh semangat. Saya biarkan ia bercerita, sambil mendengarkan dengan
hati yang penuh syukur.
Dalam hati saya merasa sangat
terharu. Anak kecil itu yang pagi tadi masih bingung menghitung angka- angka kini
dengan percaya diri menunjukkan rumah kecil kreasinya. Rasa takutnya berganti
dengan rasa percaya diri. Keraguan berubah menjadi kreativitas.
Saya pun diam-diam mengangkat
kedua tangan ke atas. Saya menutup mata dan berdoa dalam hati, “Ya Allah,
terima kasih atas nikmat yang Engkau titipkan lewat cucu-cucuku. Ya Rabb,
mudahkanlah jalan mereka. Bimbing mereka untuk tumbuh menjadi anak yang kreatif,
cerdas, dan tetap rendah hati. Lapangkan hati mereka untuk menuntut ilmu dan
tuntunlah langkah mereka dalam mencapai ridho-Mu…”
Sore itu menjadi salah satu sore
yang indah. Bukan karena langit cerah, atau udara sejuk, tetapi karena ada
kebahagiaan sederhana yang datang dari kebersamaan dan proses tumbuhnya seorang
anak. Saya tahu, kelak rumah dari stik itu akan rusak, atau mungkin hilang
terbuang. Tapi momen ini, semangat Hamzah, dan doa saya akan abadi di dalam
hati.
Saya ambil handphone dan
mengabadikan karya Hamzah. Saya ingin mereka tahu, betapa berharga setiap usaha
mereka, sekecil apa pun. Saya ingin mereka selalu percaya bahwa belajar itu
menyenangkan, dan rumah ini akan selalu menjadi tempat yang menyemangati mereka
untuk mencoba lagi dan lagi. Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi pembaca
saya. Aamiin
Cepu, 29 Juni 2025