gutaminingsaida SMPN 3 CEPU
Jumat, 31 Oktober 2025
Berondong Tua
Richi Sang Idola
Karya: Gutamining Saida
Di sekolah semua orang memanggilnya Richi. Nama lengkapnya Richard Hafiedz Athelico, Dia adalah siswa kelas 7A di SMP Negeri 3 Cepu (Esmega). Penampilannya menarik perhatian, kulit kuning bersih, dan sorot mata yang tajam namun lembut, ganteng pula. Dari luar, Richi tampak pendiam, tapi siapa pun yang mengenalnya lebih dekat tahu bahwa ia adalah anak yang penuh rasa ingin tahu dan tidak pernah berhenti belajar hal baru.
Bakat menyanyi Richi, sebagaimana matahari pagi, pada akhirnya akan memancarkan cahayanya sendiri. Momen itu datang ketika Esmega mengadakan Ajang Pencarian Bakat Siswa Dalam Rangka HUT Esmega ke 46. Semua tampak bersemangat menyambut penampilan teman-teman mereka. Sorak sorai, tawa, dan tepuk tangan bergantian memenuhi outdoor.
Ketika giliran Richi dari kelas 7A diumumkan, suasana tiba-tiba agak tenang. Banyak yang tampak penasaran, karena sebelumnya tak ada yang tahu bahwa ia akan tampil menyanyi. Di atas panggung, Richi muncul dengan seragam pramuka lengkap yang dibalut rompi hitam. Gayanya sederhana tapi berwibawa. Ia membawa mikrofon dengan mantap, meski dari gerak matanya bisa terlihat sedikit gugup.
Musik pun mulai mengalun. Lagu yang dipilihnya adalah lagu berjudul Aku Milikimu. Ketika suaranya keluar, semua orang terdiam. Tak ada yang menyangka suara Richi begitu merdu, bulat, dan menenangkan. Nada-nadanya stabil, pengucapannya jelas, dan penghayatannya begitu tulus. Setiap bait lagu terasa menyentuh hati.
Mata-mata penonton memandangnya tanpa berkedip. Beberapa siswa yang tadinya asyik ngobrol langsung diam, fokus ke panggung. Saat lagu mencapai puncaknya, Richi menutup matanya, menahan emosi, lalu menuntaskan nada tinggi dengan sempurna. Tepuk tangan membahana. Outdoor bergemuruh.
Penampilan Richi bukan sekadar hiburan di ajang pencarian bakat. Dia adalah pelajaran tentang keberanian, kejujuran, dan ketulusan dalam berkarya. Dari seorang anak cowok keren yang namanya panjang dan sukar diingat, sosok inspiratif yang menunjukkan bahwa bakat sejati akan selalu menemukan jalannya untuk bersinar.
Saya melihat sebuah jiwa yang berani mengekspresikan keindahan dengan cara yang murni. Lagu “Aku Milikmu” bukan hanya melodi, tapi doa lembut yang keluar dari hati Richi. Panggung Esmega menjadi saksi ketika Richi mengekspresikan dirinya. Setiap anak adalah bintang, hanya perlu waktu dan kesempatan untuk bersinar. Selamat berjuang Richi.
Cepu, 31 Oktober 2025
Lala
Karya: Gutamining Saida
Namanya Chrestella Giovanna Yunianto, tapi hampir semua teman dan guru memanggilnya Lala. Gadis mungil berambut hitam sebahu ini duduk di bangku kelas 7A SMP Negeri 3 Cepu, atau yang lebih akrab disebut Esmega. Sejak awal masuk sekolah, Lala dikenal sebagai anak yang ceria, ramah, dan punya satu kelebihan yang jarang dimiliki teman-temannya yaitu suara emas.
Dari SD, Lala sudah suka menyanyi. Ia sering menirukan lagu-lagu dari penyanyi idolanya dengan penuh perasaan. Saat pertama kali di Esmega, tak banyak yang tahu bakat besarnya itu. Ia termasuk anak yang sederhana, tidak suka menonjolkan diri. Tapi di balik kesederhanaannya, ada getar nada yang siap menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya.
Esmega sedang mengadakan acara unjuk bakat. Outdoor sekolah berubah menjadi lautan semangat. Siswa-siswa dari beberapa kelas sibuk mempersiapkan penampilan terbaik mereka ada yang menari, bermain musik, drama, dan tentu saja, bernyanyi. Guru-guru pun tampak bersemangat menyaksikan kreativitas para siswanya.
Ketika giliran Lala kelas 7A dipanggil, suasana menjadi riuh. Lala yang awalnya tampak sedikit gugup. Namun begitu musik pengiring mulai terdengar, ekspresinya berubah. Matanya memancarkan keyakinan, seolah mengatakan, “Ini waktuku untuk menunjukkan sesuatu yang kubisa.”
Lagu yang ia pilih berjudul “Rindu Aku Rindu Kamu.” Lagu itu sederhana, tapi memiliki lirik yang dalam, menggambarkan kerinduan dan kehangatan hati. Begitu Lala mulai menyanyi, aula yang semula riuh tiba-tiba hening. Semua mata tertuju padanya. Suaranya mengalun lembut, jernih, dan penuh penghayatan. Nada demi nada keluar tanpa paksaan, seolah mengalir dari hatinya yang paling dalam.
Sementara itu, para siswa sebagai penonton tampak terpaku. Bahkan yang semula sibuk merekam dengan ponsel mulai menurunkan kameranya ingin menikmati suara merdu itu secara langsung. Saat momen paling mengejutkan datang ketika lagu memasuki bagian reffrain. Suara Lala makin tinggi, namun tetap lembut dan stabil. Aura panggung benar-benar dikuasainya. Penonton bersorak, dan beberapa siswi yang duduk di barisan tengah tiba-tiba maju ke depan panggung. Mereka ikut berjoget pelan mengikuti irama lagu. Beberapa bertepuk tangan, beberapa melambai-lambaikan tangan sambil berteriak kecil penuh semangat.
Sorakan semakin ramai ketika salah satu penonton perempuan spontan mengeluarkan uang dua ribuan dan mengulurkannya ke Lala. Disusul penonton lain yang melakukan hal sama. Suasana menjadi meriah bukan karena sawerannya, tapi karena kebahagiaan yang tulus dari teman-temannya yang bangga melihat keberanian Lala tampil di panggung.
Setelah lagu usai, tepuk tangan menggema keras di seluruh aula. Lala menunduk, tersenyum malu. Pipinya tampak sedikit merah. Seorang teman dari kelasnya menghampiri dan menepuk bahunya, “Hebat banget, Lala! Suaramu kayak penyanyi beneran!”
Penampilan Lala yang memukau, keberanian dan ketulusan yang terpancar darinya. Di usia SMP, ia sudah berani menunjukkan bakatnya di depan banyak orang. Lebih dari itu, ia tampil bukan untuk mencari pujian, melainkan karena cinta pada musik dan keberanian mengekspresikan diri.
Ketika acara usai dan semua kembali ke kelas, saya melihat Lala duduk sambil memandangi dua lembar uang dua ribuan di tangan. Ia tampak memikirkan sesuatu. Mungkin tentang perjuangannya tampil, mungkin tentang kebahagiaan kecil yang baru saja ia rasakan.
Dan di situlah letak keindahan sebenarnya dari bakat bukan sekadar kemampuan bernyanyi indah, tapi bagaimana suara itu bisa menyentuh hati orang lain, menghidupkan semangat, dan menghadirkan kebahagiaan bersama.
Nongkrong
Kamis, 30 Oktober 2025
Wisata rohani
Rabu, 29 Oktober 2025
Kenangan di Balik Cendela Kayu
Selasa, 28 Oktober 2025
Perjalanan ke Blora
Senin, 27 Oktober 2025
Pengertian Kegiatan Ekonomi
Karya : Gutamining Saida
Kegiatan ekonomi adalah segala aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (tempat tinggal), maupun kebutuhan lainnya.
Melalui kegiatan ekonomi, manusia berusaha memperoleh barang dan jasa agar kehidupannya sejahtera.
👉 Jadi, kegiatan ekonomi mencakup tiga kegiatan utama, yaitu:
-
Produksi – menghasilkan barang atau jasa.
-
Distribusi – menyalurkan barang atau jasa.
-
Konsumsi – menggunakan barang atau jasa.
Ketiganya saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
🎯 Tujuan Kegiatan Ekonomi
-
Memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Contoh: makan, berpakaian, berobat, belajar, dan lain-lain. -
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan bekerja dan berusaha, masyarakat memperoleh penghasilan. -
Menciptakan lapangan kerja.
Kegiatan ekonomi melibatkan banyak orang sehingga membuka peluang pekerjaan. -
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Semakin banyak kegiatan ekonomi, semakin berkembang perekonomian suatu negara.
🧍♀️ Pelaku Kegiatan Ekonomi
Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan ekonomi dilakukan oleh berbagai pihak, yaitu:
-
Rumah tangga konsumen → pihak yang menggunakan barang/jasa.
-
Rumah tangga produsen → pihak yang menghasilkan barang/jasa.
-
Pemerintah → mengatur dan mengawasi kegiatan ekonomi.
-
Masyarakat luar negeri → berperan dalam perdagangan ekspor-impor.
-
Lembaga keuangan dan koperasi → menyediakan modal dan pelayanan keuangan.
🏭 1. Kegiatan Produksi
Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa agar memiliki nilai guna dan manfaat lebih besar.
🔹 Tujuan Produksi:
-
Menambah nilai guna barang.
-
Memenuhi kebutuhan masyarakat.
-
Mendapatkan keuntungan.
-
Meningkatkan kesejahteraan produsen dan pekerja.
🔹 Contoh:
-
Petani menanam padi → menghasilkan beras.
-
Pabrik membuat sepeda → untuk dijual ke masyarakat.
-
Guru mengajar siswa → menghasilkan jasa pendidikan.
🔹 Faktor Pendorong:
-
Sumber daya alam dan tenaga kerja tersedia.
-
Modal dan teknologi memadai.
-
Permintaan pasar tinggi.
🔹 Faktor Penghambat:
-
Bahan baku langka.
-
Modal terbatas.
-
Cuaca tidak mendukung.
-
Tenaga kerja kurang terampil.
🚚 2. Kegiatan Distribusi
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen, agar barang mudah didapat di berbagai tempat.
🔹 Tujuan Distribusi:
-
Menyampaikan hasil produksi ke konsumen.
-
Menjaga kestabilan harga barang.
-
Menjamin ketersediaan barang di pasaran.
🔹 Contoh:
-
Sopir truk mengangkut beras dari petani ke pasar.
-
Agen menyalurkan minuman dari pabrik ke toko.
-
Kurir mengantar pesanan dari toko online ke rumah pembeli.
🔹 Faktor Pendorong:
-
Transportasi lancar.
-
Permintaan pasar tinggi.
-
Kerja sama antar pelaku ekonomi.
🔹 Faktor Penghambat:
-
Jalan rusak atau jarak jauh.
-
Cuaca buruk.
-
Biaya pengiriman tinggi.
-
Barang rusak dalam perjalanan.
🍽️ 3. Kegiatan Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh kepuasan.
🔹 Tujuan Konsumsi:
-
Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
-
Menjaga kelangsungan hidup.
-
Menikmati hasil produksi.
🔹 Contoh:
-
Siswa makan di kantin.
-
Keluarga menonton film.
-
Seseorang memakai jasa potong rambut.
🔹 Faktor Pendorong:
-
Pendapatan cukup.
-
Kebutuhan meningkat.
-
Promosi menarik.
-
Ketersediaan barang mudah didapat.
🔹 Faktor Penghambat:
-
Pendapatan rendah.
-
Harga barang mahal.
-
Barang tidak tersedia.
-
Kesadaran untuk hidup hemat.
🔄 Hubungan Antara Produksi, Distribusi, dan Konsumsi
Ketiga kegiatan ekonomi saling berkaitan dan bergantung satu sama lain:
|
Urutan |
Kegiatan |
Peran dalam Ekonomi |
|
1 |
Produksi |
Menghasilkan barang/jasa yang dibutuhkan. |
|
2 |
Distribusi |
Menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. |
|
3 |
Konsumsi |
Menggunakan barang/jasa hasil produks |
Contoh Rantai Ekonomi:
Petani menanam padi (produksi) → pedagang membawa beras ke pasar (distribusi) → ibu rumah tangga membeli dan memasak beras (konsumsi).
Tanpa produsen, tidak ada barang.
Tanpa distributor, barang tidak sampai.
Tanpa konsumen, produksi berhenti.
🌟 Kesimpulan Umum
-
Kegiatan ekonomi adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.
-
Terdiri dari produksi, distribusi, dan konsumsi.
-
Faktor pendorong dan penghambat memengaruhi kelancaran kegiatan ekonomi.
Minggu, 26 Oktober 2025
Langkah Kecil Penuh Makna di Hari Santri
Karya: Gutamining Saida
Hari Santri selalu menjadi momen
istimewa bagi umat Islam, terutama bagi para santri dan masyarakat yang
mencintai nilai-nilai keagamaan. Tahun ini, kirab Hari Santri di Desa Balun
direncanakan berlangsung meriah pada tanggal 22 Oktober 2025, tepat di hari
Rabu. Sejak beberapa minggu sebelumnya, panitia telah menyiapkan segala
sesuatunya dengan matang. Spanduk besar sudah terpasang di halaman masjid Al
Mujahidin, pengeras suara sudah diuji, dan undangan untuk berbagai kelompok
ngaji serta madrasah diniyah di lingkungan sekitar sudah disebarkan.
Allah Subhanahu Wata’alla
berkehendak lain. Sejak siang hari tanggal 22 Oktober 2025, langit yang semula
cerah mendadak gelap. Hujan turun deras disertai angin lembut. Hingga malam
menjelang, hujan tak juga berhenti. Tanah menjadi becek, dan jalan kampung
berubah licin. Panitia akhirnya berkumpul di serambi masjid untuk
bermusyawarah. Dengan penuh pertimbangan dan kesepakatan bersama, akhirnya
diputuskan bahwa kirab Hari Santri diundur menjadi hari Minggu, 26 Oktober
2025, pukul 08.00 WIB.
Keputusan itu diterima dengan
lapang dada oleh semua pihak. Para santri, ustaz, dan wali murid menyadari
bahwa hujan adalah rahmat, bukan halangan. Panitia pun memanfaatkan waktu
penundaan untuk menyiapkan ulang segala kebutuhan agar acara bisa berjalan lebih
lancar dan meriah.
Ketika hari Minggu tiba, udara
terasa segar dan langit biru membentang luas. Sisa embun masih menempel di
dedaunan, menambah kesejukan suasana pagi. Saya bersiap sejak pukul tujuh pagi,
mengenakan busana muslimah yang rapi dengan kerudung hijau muda. Tepat pukul
07.30 WIB, saya berangkat menuju masjid Al Mujahidin, tempat titik kumpul kirab
dimulai.
Begitu tiba di halaman masjid,
suasananya sudah ramai. Anak-anak santri dari berbagai kelompok diniyah dan
kelompok ngaji di lingkungan masjid Al Mujahidin tampak bersiap di barisan
masing-masing. Ada yang membawa bendera kecil bertuliskan nama lembaganya, ada
yang membawa bendera merah putih kecil, dan ada pula yang membawa poster
bertuliskan pesan-pesan cinta.
Beberapa lembaga diniyah yang
turut serta di antaranya Diniyah Al Mujahidin, Diniyah Al Hidayah, dan rumah
Qur’an wilayah Balun. Anak-anak tampak antusias. Wajah mereka cerah. Suasana
terasa khidmat sekaligus meriah.
Sekitar pukul delapan tepat,
kirab pun dimulai. Suara salawat menggema mengiringi langkah para peserta. Rute
kirab telah disepakati Bersama yaitu berjalan dimulai dari depan Masjid Al
Mujahidin, menuju gang dua, lalu terus ke gang enam. Dari sana, peserta
berbelok ke gang lima bagian timur, kemudian tembus ke gang dua timur, dan
akhirnya kembali ke depan masjid Al Mujahidin.
Sepanjang perjalanan, masyarakat
menyambut dengan senyum bahagia. Banyak warga keluar rumah sekadar melambaikan
tangan atau menonton dari tepi jalan. Beberapa ibu rumah tangga bahkan merekam
momen itu dengan ponsel mereka. Anak-anak kecil ikut bersorak, menyapa teman
atau kakak mereka yang ikut berjalan di barisan.
Saya sempat melihat beberapa
orang tua yang menatap penuh kebanggaan ketika anak-anak mereka lewat sambil
membawa poster bertuliskan lafaz shalawat. Ada rasa haru yang sulit dijelaskan.
Kirab ini bukan sekadar pawai biasa tetapi juga sarana memperlihatkan betapa
hidupnya kegiatan keagamaan di desa Balun. Banyak yang baru menyadari, ternyata
di lingkungan Balun terdapat beberapa tempat mengaji dan madrasah diniyah yang
aktif membina anak-anak untuk mencintai agama sejak dini.
Langkah demi langkah, barisan
kirab terus berjalan rapi. Suara shalawat menggema di mobil yang berada di
depan barisan kirab, berpadu dengan senyum masyarakat yang menonton. Tidak ada
wajah lelah yang terlihat semuanya dipenuhi semangat dan rasa syukur.
Setelah berkeliling sesuai rute,
seluruh peserta kembali ke halaman Masjid Al Mujahidin. Panitia sudah
menyiapkan sepaket snak dalam plastik berisi beberapa makanan ringan dan
sebotol minuman untuk setiap peserta. Anak-anak tampak gembira sekali menerima
bingkisan itu. Mereka duduk berkelompok di teras masjid sambil menikmati isi
snack, ada yang berfoto bersama teman-temannya, ada yang bercanda sambil
menceritakan pengalaman berkeliling kampung.
Saya menatap suasana itu dengan
hati yang penuh rasa bahagia. Rasanya begitu menenangkan melihat anak-anak
kecil tumbuh dalam suasana keagamaan yang penuh cinta damai. Dari kirab ini,
saya belajar bahwa semangat santri bukan hanya soal berjalan bersama membawa
bendera atau poster, melainkan tentang menyebarkan nilai kebaikan dan semangat
belajar agama di tengah masyarakat.
Langit Balun tampak begitu biru,
seolah ikut tersenyum menyaksikan kebersamaan yang terjalin. Kirab Hari Santri
tahun ini memang sempat tertunda karena hujan, namun penundaan itu justru
menjadi jalan agar acara bisa berlangsung dengan cuaca cerah dan hati yang
lebih siap.
Kirab yang sederhana di desa
kecil kami ternyata membawa makna besar. Agenda ini, mempererat silaturahmi
antar-diniyah, memperkenalkan tempat-tempat ngaji kepada masyarakat, dan
menumbuhkan rasa bangga menjadi bagian dari generasi santri. Di akhir hari,
saya pulang dengan langkah ringan dan hati penuh Syukur karena Allah Subhanahu
Wata’alla telah mengizinkan hari yang indah ini berlangsung dengan penuh
berkah.
Cepu, 27 Oktober 2025
Nasi Pecel Bungkus Daun Pisang
Sabtu, 25 Oktober 2025
Bermain Peran Norma Kesopanan
Jumat, 24 Oktober 2025
Ngemil Bareng Kelas 7G
Rabu, 22 Oktober 2025
Sarapan Bareng Di Kelas 7F
Karya: Gutamining Saida
Rabu pagi itu, udara terasa begitu segar. Langit biru dengan awan putih berarak perlahan, dan sinar matahari menembus sela-sela dedaunan di halaman sekolah. Saya melangkah ke arah kelas 7F dengan perasaan bersemangat. Kelas ini memang selalu punya energi yang berbeda ceria, aktif, dan penuh semangat belajar. Tidak heran jika setiap kali jadwal mengajar IPS di kelas 7F tiba, saya ikut bersemangat untuk berkreasi agar pembelajaran terasa hidup dan menyenangkan.
Begitu saya tiba di depan pintu kelas, terdengar suara riuh anak-anak yang sedang bercanda. Namun, ketika saya masuk, suasana langsung berubah rapi. “Selamat pagi, Bu!” sapa mereka serempak. Saya tersenyum lebar. “Selamat pagi juga, anak-anak hebat kelas 7F. Bagaimana kabar kalian pagi ini?”
“Baik, Bu!” jawab mereka kompak.
Seperti biasa, sebelum memulai pelajaran, saya mengajak mereka berdoa bersama. Setelah doa selesai, saya berdiri di depan kelas dengan senyum misterius. “Anak-anak, hari ini kita akan belajar IPS dengan cara yang sedikit berbeda,” kata saya sambil menatap mereka satu per satu.
Mereka langsung bersorak kecil, sudah terbiasa bahwa jika saya membawa tas besar atau barang yang tampak ‘aneh’, pasti ada kegiatan seru yang menanti. Kali ini pun tak berbeda. Dari dalam tas saya, saya keluarkan beberapa bungkus snack dan minuman instan. Ada Mak Cabe, Potato, Taro, dan Energen berbagai rasa . Semua itu jenis jajanan yang sangat mereka kenal.
Saya tertawa kecil melihat antusiasme mereka. “Sabar dulu, ini bukan sarapan beneran ya, tapi kita akan sarapan bareng versi IPS,” jawab saya sambil mengangkat satu bungkus Energen rasa jahe.
“Baiklah,” jawab saya sambil tersenyum. “Hari ini kita sarapan bareng baik yang sudah maupun yang belum. Karena sarapan bukan hanya soal makan, tapi soal semangat. Jadi, kita akan sarapan semangat belajar IPS!”
Mereka bersorak gembira. Saya lalu meminta dua siswa untuk membantu saya menempelkan bungkus-bungkus snack dan Energen itu di papan tulis menggunakan selotip warna-warni. Tampilan papan tulis pun langsung berubah menjadi penuh warna, seperti pajangan snak di toko snak.
Sambil mereka menatap penuh rasa ingin tahu, saya menjelaskan aturan mainnya. “Di balik setiap bungkus snack ini ada pertanyaan tentang materi IPS yang sudah kita bahas minggu lalu. Tugas kalian adalah membentuk delapan kelompok, masing-masing beranggotakan empat orang. Tapi kalau ada yang tidak lengkap, bisa jadi tiga juga tidak apa-apa. Setiap kelompok akan bergiliran mengambil satu bungkus snack, membaca pertanyaannya, dan mendiskusikan jawabannya. Kalau berhasil menjawab dengan benar dan menulis di buku, kalian boleh ambil bungkus lainnya.”
“Wah, seru banget, Bu!” kata Kenzi dengan mata berbinar.
Permainan pun dimulai. Satu per satu perwakilan kelompok maju ke depan untuk mengambil bungkus snack. Ada yang memilih Mak Cabe, ada yang langsung meraih Potato, ada juga yang penasaran dengan Energen rasa kacang hijau. Begitu bungkus dibuka, terdengar berbagai reaksi lucu.
Kelas berubah menjadi riuh penuh semangat. Setiap kelompok berdiskusi serius tapi tetap diselingi tawa. Saya berjalan mengelilingi kelas, memantau satu per satu kelompok, sesekali memberi petunjuk kecil atau memotivasi agar mereka terus aktif.
Kelompok yang dipimpin oleh Kenzi tampak sangat kompak. Mereka bekerja cepat, membagi tugas satu membaca soal, satu menulis, dua lainnya membantu memberi ide jawaban. Wajah-wajah mereka menunjukkan semangat yang luar biasa.
Sementara itu, kelompok lain tak mau kalah. Fahri dan teman-temannya berusaha mengejar. “Ayo cepet, cepet! Kalah sama kelompok Kenzi nanti!” teriak mereka sambil tertawa.
Suasana kelas benar-benar hidup. Tawa, semangat, dan kerja sama berpadu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Setiap kali satu kelompok menyelesaikan pertanyaan, mereka bersorak kecil, seolah baru memenangkan perlombaan besar.
Setelah sekitar empat puluh menit, akhirnya kelompok Kenzi menyelesaikan seluruh pertanyaan lebih dulu. Mereka langsung berdiri dan bersorak, “Menang! Menang!”
Kelas pun ramai oleh tepuk tangan dan teriakan semangat. Saya tersenyum lebar, merasa bahagia melihat wajah-wajah ceria itu. “Luar biasa! Kalian semua hebat hari ini. Bukan hanya kelompok Kenzi yang menang, tapi seluruh kelas karena sudah berani aktif dan kompak.”
Saya menutup kegiatan dengan memberi sedikit refleksi. “Anak-anak, belajar IPS tidak harus membosankan. Kita bisa belajar dari cara yang seru, asal tetap bermakna. Seperti hari ini, kalian bukan hanya belajar tentang materi, tapi juga kerja sama, kecepatan berpikir, dan tanggung jawab.”
Mereka mendengarkan dengan wajah berbinar. Beberapa masih memegang bungkus snack kosong yang kini menjadi simbol kemenangan kecil mereka hari itu. Sebelum saya meninggalkan kelas, Arya sempat berseru, “Bu, besok sarapan bareng lagi, ya!”
Saya keluar kelas dengan hati hangat. Di balik keriuhan dan tawa, saya tahu, ada makna besar yang tumbuh dari semangat belajar yang tak ternilai. Saya merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari perjalanan belajar mereka, yang penuh warna, tawa, dan energi positif. Kelas 7F bukan hanya belajar tentang IPS. Mereka belajar tentang kebersamaan, semangat, dan bahwa ilmu bisa datang dari cara paling sederhana bahkan dari bungkus Mak Cabe dan Energen di papan tulis.
Cepu, 22 Oktober 2025




