Sabtu, 28 September 2024

Refresing Bersama Ibu-ibu Pengurus Yatim-Duafa



Karya : Gutamining Saida

Pada suatu sore yang hangat, ibu-ibu pengurus yatim dan duafa Masjid Al Mujahidin Balun berkumpul dalam pertemuan rutin. Seperti biasa, suasana akrab dan santai memenuhi sudut ruang masjid kami berkumpul. Setelah selesai membahas berbagai agenda penting, suasana semakin cair. Kami semua tertawa, berbagi cerita ringan, dan menikmati momen kebersamaan yang jarang-jarang terjadi. Dalam obrolan santai itu, muncul ide spontan dari mulutku.

"Bagaimana kalau setelah ini kita refreshing sejenak? Mumpung masih sore dan waktu Maghrib masih lama," kataku sambil tersenyum lebar, mencoba mencairkan suasana yang mulai nyaman. Tiba-tiba Bu Bedjo, salah satu pengurus yang habis control dari Semarang, langsung angkat bicara, "Maaf, untuk sementara saya tidak bisa ikut refreshing, saya harus segera istirahat."

"Yakin?" jawabku singkat namun menggodanya dengan nada bercanda. Semua ibu-ibu di ruangan ikut tersenyum dan menoleh ke arah Bu Bedjo yang terlihat sedikit kaget, tapi masih tetap tenang. Sejenak ia menatapku, lalu tersenyum simpul.

Refreshing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melepaskan diri sejenak dari rutinitas dan tekanan sehari-hari, memberikan kesempatan bagi pikiran dan tubuh untuk beristirahat, serta mengembalikan energi dan semangat. Refreshing tidak selalu berarti liburan jauh atau kegiatan yang mahal, tetapi bisa berupa hal-hal sederhana seperti berkumpul bersama teman, berjalan-jalan santai, atau sekadar menikmati suasana yang berbeda dari biasanya. Inti dari refreshing adalah memberikan waktu untuk relaksasi, kesenangan, dan pembaruan diri, agar seseorang dapat kembali menjalani aktivitas dengan pikiran yang lebih segar dan tubuh yang lebih bugar.

Tidak ingin membuat suasana menjadi canggung, aku melanjutkan ide dengan cara yang berbeda. "Oke, kalau begitu Bu Bedjo saya minta tolong ya. Gimana kalau sebelum pulang, kita jalan-jalan dulu keliling masjid yang baru direnovasi? Siapa tahu kita bisa dapat pemandangan yang indah buat foto-foto. Bu Bedjo, yang jadi petunjuk jalannya ya, biar kita semua nggak tersesat!" Bu Bedjo tertawa kecil, dan dengan ramah menjawab, "Boleh, saya tunjukkan jalannya."

Kami semua beranjak keluar, menuju pintu masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat kami mengadakan pertemuan. Masjid Al Mujahidin baru saja direnovasi, terlihat megah dengan dua tingkat dan dinding berwarna putih tulang bersih. Begitu sampai di lantai atas, semua ibu-ibu tampak kagum melihat keindahan dan kemegahan bangunan baru tersebut.

"Sekarang kita keliling masjid sambil foto-foto, ya," usulku dengan antusias. Beberapa ibu tampak agak ragu, tapi aku segera mengambil ponsel dan mulai mengarahkan mereka untuk berpose. "Ayo, Bu! Bergaya dong, jangan malu-malu. Ini buat kenang-kenangan," ujarku sambil tertawa kecil. Mereka mulai mengikuti, meskipun dengan tawa kecil yang menandakan rasa canggung.

Aku mengarahkan ibu-ibu bergaya di berbagai sudut masjid, dari depan pintu utama yang megah hingga ke lantai dua dan  sekitarnya. “Sekarang gantian modelnya, Bu. Kita coba di tangga menuju lantai dua, lalu pindah ke bagian imam yang pemandangannya bagus!”

Mereka pun mulai lebih berani, ada yang bergaya dengan pose formal, ada yang bercanda dengan gaya kekinian. Senyum dan tawa semakin banyak terdengar. Melihat semua itu, aku merasa senang, terutama ketika melihat ibu-ibu yang tadinya terlihat serius dan kaku mulai bisa tertawa lepas.

"Ayo, foto bersama! minta tolong sama itu ada bapak-bapak.” Agar formasinya lengkap ada semuanya. Aku mengarahkan mereka untuk bergaya di dekat mimbar kecil yang ada di lantai dua masjid. Sambil berpose, Kami terus mengambil foto-foto di berbagai sudut masjid, suasana semakin meriah. Beberapa ibu-ibu bahkan mulai mengusulkan gaya dan tempat sendiri untuk berpose. Ada yang memilih di dekat jendela besar, ada juga yang memilih area mimbar masjid. Semua terlihat menikmati momen itu, tanpa kecanggungan atau rasa malu lagi. Kebersamaan terasa begitu hangat.

Nah, kita harus simak beberapa manfaat refreshing bagi Ibu-Ibu: pertama, Mengurangi Stres dan Tekanan maksudnya Ibu-ibu sering kali memiliki tanggung jawab yang besar, baik di rumah, dalam pekerjaan, maupun dalam kehidupan sosial. Rutinitas yang padat ini bisa menimbulkan stres. Melakukan refreshing, meski hanya sebentar, dapat membantu meredakan ketegangan dan tekanan, sehingga ibu-ibu merasa lebih tenang dan rileks. Kedua, Menumbuhkan Keceriaan maksudnya Melakukan kegiatan refreshing seperti berkumpul dengan teman-teman atau melakukan aktivitas santai lainnya bisa meningkatkan mood. Keceriaan dan tawa yang tercipta selama refreshing bisa memberikan efek positif bagi emosi dan kebahagiaan mereka, membuat ibu-ibu merasa lebih ringan dan ceria. Ketiga, Mempererat Hubungan Sosial adalah Bagi ibu-ibu, refreshing juga bisa menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan sosial dengan teman-teman sebaya. Meluangkan waktu untuk berbincang, bercanda, dan saling berbagi cerita memberikan perasaan kebersamaan dan kehangatan yang penting dalam kehidupan sosial mereka. Pertemuan ini bisa memperdalam rasa persaudaraan dan kekompakan di antara sesama ibu.

Rekreasi religi di Masjid Al Mujahidin sore ini bisa menjadi pengalaman yang mendalam. Sore ini tetap memberi kebahagiaan dan kepuasan batin yang mendalam. Rekreasi religi menikmati kedamaian yang ditawarkan oleh suasana spiritual. Di Masjid Al Mujahidin, sebuah masjid yang baru saja direnovasi dengan desain yang indah dan suasana yang tenang, para pengunjung bisa merasakan kebahagiaan dalam bentuk yang berbeda dari rekreasi materialistis.

Bahagia memang tidak harus mahal. Masjid bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga tempat untuk menemukan kedamaian dan bahagia secara sederhana namun mendalam. Semoga menjadi pengalaman yang berharga. Selamat menikmati semoga bermanfaat.

Cepu, 28 September 2024




 

Minggu, 22 September 2024

Bersama Senior dan Yunior

Karya : Gutamining Saida

Pada hari Jum’at yang cerah, saya dan siswa-siswi SMPN 1 Kedungtuban mengikuti kegiatan jalan kaki sebagai agenda Jum’at sehat. Pelaksanaan jum’at sehat sebulan sekali.  Kadang senam bersama, kali ini jalan kaki ke wisata ke Wonoaji, sebuah destinasi yang tidak jauh dari sekolah.

Wonoaji dengan pemandangan alamnya yang menakjubkan. Tempat ini menjadi pilihan karena udara segarnya, pepohonan yang rindang, dan suasananya yang menyenangkan. Wonoaji cocok untuk melepas penat setelah rutinitas sekolah yang padat. Jalan sehat ini bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di luar kelas. Sebagai guru IPS, saya melihat ini sebagai kesempatan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya menjaga alam dan lingkungan secara langsung.

Sesampainya di Wonoaji, suasana semakin meriah. Para siswa terlihat sangat antusias, berjalan-jalan menikmati pemandangan, berlarian di taman, dan tak henti-hentinya berfoto bersama teman-teman. Kami, para guru, juga ikut merasakan kegembiraan yang sama. Berkeliling di antara pohon-pohon besar dan menikmati sejuknya udara membuat kami semua merasa segar kembali.

Di sela-sela aktivitas siswa yang sibuk menikmati wahana dan pemandangan, saya bertemu dengan dua rekan guru IPS lainnya yang juga ikut dalam jalan kaki kali ini. Kami memiliki empat guru IPS di SMPN 1 Kedungtuban, tetapi sayangnya satu dari kami tidak bisa ditemukan di lokasi. Setelah berjalan-jalan cukup lama, kami akhirnya memutuskan untuk berfoto bersama, bertiga saja, agar ada kenangan dari momen indah ini.

Saya, sebagai guru IPS, sengaja mengabadikan momen ini dengan berfoto bersama rekan senior dan junior saya. Foto ini bukan hanya sekadar kenangan.  Namun juga sebagai pengingat bahwa dalam menjalani profesi sebagai guru, kebersamaan dengan rekan kerja sangat penting. Kami sering bekerja sama di sekolah, merancang kegiatan pembelajaran, mendiskusikan strategi mengajar, dan tentunya berbagi cerita tentang tantangan serta kesuksesan yang kami alami.

Kami berdiri di depan sebuah pemandangan indah di Wonoaji, latar belakangnya adalah perbukitan hijau yang tampak memanjakan mata. Saya berdiri di tengah, diapit oleh rekan senior di sebelah kanan dan rekan junior di sebelah kiri. Meski hanya bertiga, suasana terasa hangat dan penuh kebersamaan. Kami tersenyum ke arah kamera, mengabadikan momen yang mungkin tidak akan sering terjadi. Sebenarnya, kami berharap bisa berfoto berempat, lengkap dengan satu rekan guru IPS yang lainnya, namun karena tidak bertemu di lokasi, kami tetap melanjutkan rencana berfoto ini.

"Yah, mungkin lain kali kita bisa foto lengkap," ujar bu Yani salah satu rekan saya sambil tertawa kecil. "Betul, yang penting hari ini kita sudah ada kenangan bersama," balas saya, ikut tertawa.

Setelah berfoto, kami melanjutkan obrolan santai, berbincang tentang pengalaman mengajar dan tentunya tentang rencana-rencana ke depan untuk kegiatan pembelajaran. Rekan senior saya berbagi tips tentang bagaimana menghadapi siswa yang sering kali sulit diatur, sementara rekan junior saya dengan semangat berbicara tentang metode-metode baru yang ingin ia coba dalam mengajar.

Waktu pun berlalu dengan cepat. Tak terasa, hari semakin siang, dan kami harus bersiap-siap untuk kembali ke sekolah. Sebelum pulang, saya sempat melihat para siswa yang tampak puas setelah seharian berkeliling di Wonoaji. Banyak dari mereka yang sibuk menunjukkan foto-foto yang mereka ambil, saling berbagi cerita tentang wahana apa saja yang mereka coba, dan tentunya, mengungkapkan rasa senang mereka atas jalan-jalan hari itu.

Perjalanan ke Wonoaji bersama siswa-siswi SMPN 1 Kedungtuban hari itu memberikan banyak kenangan indah. Selain menjadi kesempatan untuk lebih dekat dengan siswa, saya juga merasa bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama rekan-rekan guru, terutama sesama guru IPS. Meskipun kami tak selalu bisa berkumpul lengkap, momen seperti ini menjadi pengingat bahwa dalam perjalanan mengajar, persahabatan dan kerja sama adalah hal yang sangat berharga.

Kami pulang dengan hati yang ringan dan senyum di wajah, membawa kenangan dari Wonoaji yang akan terus diingat sepanjang waktu. Foto bertiga itu mungkin hanya satu dari banyak kenangan, tetapi bagi saya, itu adalah pengingat tentang kebersamaan dalam profesi yang mulia ini.

 


 

Sabtu, 21 September 2024

Pembelajaran IPS Sabtu Siang

 

Karya: Gutamining Saida

Hari Sabtu, malam minggu, suasana di kelas terasa berbeda. Jam ke-5 - 6 merupakan waktu yang paling rawan untuk menjaga konsentrasi siswa. Saya mengajar di kelas 8B mata pelajaran IPS. Siswa tidak banyak yang suka IPS. Sebuah mata pelajaran yang materinya luas banget.  Apalagi dengan hari yang semakin siang dan pikiran mereka yang sudah melayang ke rencana malam mingguan. Namun, saya sudah punya trik khusus untuk menghadapi ini. Saya menyiapkan sebuah ice breaking yang saya yakin akan membangkitkan semangat mereka dengan tema tentang cinta.

Ice breaking dalam pembelajaran adalah serangkaian aktivitas atau permainan ringan yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih santai dan menarik. Kegiatan ice breaking ini bertujuan untuk:  Pertama, menghilangkan kekakuan dan kejenuhan. Kedua, menciptakan interaksi yang positif. Ketiga, mempersiapkan siswa agar lebih siap menerima materi pelajaran. Keempat, membantu siswa untuk lebih fokus saat belajar Kelima, meningkatkan hasil belajar siswa. 

Saya memulai dengan mengajak mereka menirukan gerakan tangan bentuk-bentuk yang mewakili cinta. "Ayo kita buat cinta kecil, cinta sedang, cinta besar, dan akhirnya cinta semuanya," saya berkata sambil tersenyum.


Gambar "Cinta Kecil"


Gambar "Cinta Sedang"


Gambar " Cinta Besar"

Awalnya, ada yang tersipu malu, ada yang tertawa kecil, tapi lambat laun semua siswa mulai terbawa suasana. Mereka menitukan Gerakan saya dengan penuh antusiasme, memperlihatkan hasilnya sambil tersenyum ceria dan tertawa lepas. Kelas yang tadinya sunyi berubah menjadi penuh keceriaan.

Setelah mereka menikmati momen ice breaking ini, saya bisa merasakan perubahan energi dalam kelas. Wajah-wajah lesu mulai berganti dengan senyuman segar, dan mereka terlihat lebih siap untuk melanjutkan pelajaran IPS. Fokus mereka pun meningkat, dan materi yang saya sampaikan bisa mereka cerna dengan cepat.

Saya sangat senang melihat perubahan ini. Rasanya bahagia bisa mengubah suasana kelas yang awalnya terasa berat menjadi lebih ringan dan menyenangkan. Siswa-siswa yang tadinya tampak jenuh, kini bisa mengikuti pelajaran IPS dengan baik. Mereka bahkan memahami materi lebih cepat dari yang saya perkirakan. Ice breaking sederhana tentang cinta ternyata mampu membuka jalan bagi pemahaman mereka. Siang itu, saya keluar kelas dengan hati gembira, karena berhasil menghadirkan suasana belajar yang positif dan penuh tawa. Semoga dapat menginspirasi. Selamat mencoba.


Jumat, 20 September 2024

Jalan-jalan ke Wonoaji


Karya : Gutamining Saida

Suasana di SMPN 1 Kedungtuban pagi ini begitu semarak. Hari Jumat yang dinanti telah tiba, dan kali ini, sekolah mengadakan kegiatan rutin “Jumat Sehat” dengan konsep yang berbeda. Biasanya hanya senam di lapangan sekolah. Tetapi hari ini, seluruh siswa diajak berjalan kaki menuju wisata Wonoaji. Sebuah destinasi wisata alam yang tak terlalu jauh dari sekolah.

Matahari pagi yang cerah seolah turut menyambut semangat para siswa dan guru. Tepat pukul 06.30 WIB seluruh siswa sudah berbaris rapi di halaman sekolah. Urutan barisan dimulai dari kelas tertua, yaitu kelas 9A, hingga kelas termuda, kelas 7F. Masing-masing wali kelas berada di barisan depan, mendampingi siswa-siswinya untuk memastikan semua berjalan tertib dan aman.

“Kita jalan santai ya, anak-anak. Nikmati pemandangannya, jaga kekompakan,” seru salah satu guru kepada murid-muridnya, membuat suasana semakin gembira. Langkah pertama pun dimulai. Kelas 9a menuju jalan raya, disusul 9b dan seterusnya.

Barisan panjang siswa bergerak perlahan meninggalkan gerbang sekolah, menyusuri jalan desa yang rindang. Di sepanjang perjalanan, terdengar tawa riang, obrolan hangat, dan senda gurau di antara mereka. Siswa-siswi berbicara tentang berbagai hal, mulai dari rencana akhir pekan hingga cerita tentang pelajaran yang mereka sukai. Keceriaan jelas terpancar dari setiap wajah.

“Kapan lagi kita bisa jalan-jalan kayak gini sambil sekolah,” kata seorang siswa dengan semangat, disambut tawa dari teman-temannya.

Perjalanan menuju Wonoaji tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar 1 kilometer dari sekolah. Meski begitu, suasana pagi yang sejuk membuat perjalanan terasa lebih singkat dan menyenangkan. Tanaman hutan jati di kiri jalan, pohon trembesi di sepanjang jalan, pepohonan rindang, serta udara segar semakin menambah energi mereka.

Kelas 9A, yang berada di barisan paling depan, tiba pertama kali di lokasi wisata. Begitu sampai di gerbang Wonoaji, para siswa langsung berlarian menuju spot-spot menarik yang ada di sana. Mereka menuju ayunan besar, gazebo, dan beberapa spot foto yang memang sangat Instagramable. Tak lupa, sebelum menyebar ke berbagai sudut, mereka berkumpul untuk berfoto bersama di depan papan besar bertuliskan “Wonoaji”.

“Sini-sini, kita foto dulu satu kelas,” ujar Safa kelas 9A sambil mengarahkan teman-temannya. Tak lupa ia menghampiri saya yang saat ini menjadi wali kelasnya. Mereka dengan antusias berkumpul, saling merapat, dan tersenyum lebar saat foto diambil. Ini adalah momen penting yang tidak akan dilupakan oleh mereka, terutama bagi siswa kelas 9 yang sebentar lagi akan lulus dari SMP.

Setelah sesi foto selesai, siswa-siswa mulai menyebar ke seluruh area wisata. Beberapa terlihat mengayun di ayunan besar, sementara yang lain bersantai di gazebo, mengobrol tentang berbagai hal. Suasana begitu rileks dan menyenangkan, membuat mereka sejenak melupakan pelajaran dan menikmati kebersamaan.

Di sudut lain, beberapa siswa sibuk mengambil foto bersama teman-temannya. Momen seperti ini tentu sayang jika dilewatkan. Hampir semua siswa membawa ponsel dan saling berfoto, mencoba mengabadikan momen indah yang jarang terjadi.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 08.30. Waktu yang diberikan oleh pihak sekolah untuk beristirahat di Wonoaji pun sudah hampir habis. Wali kelas masing-masing mulai mengumpulkan anak-anaknya, bersiap untuk kembali ke sekolah. Meski belum puas sepenuhnya, siswa-siswi dengan senang hati mengikuti instruksi guru mereka.

“Kita balik sekarang, ya. Jangan lupa tetap tertib,” kata salah seorang wali kelas.

Dengan tertib, barisan kembali dibentuk. Perjalanan pulang pun kembali dipenuhi dengan keceriaan dan semangat, meski beberapa sudah mulai lelah. Mereka berjalan dengan cerita-cerita baru tentang pengalaman seru selama di Wonoaji.

Setelah tiba di sekolah, siswa-siswi diberi waktu sebentar untuk istirahat sebelum melanjutkan pembelajaran pada jam berikutnya. Meski lelah, semangat mereka tetap terasa, karena kegiatan “Jumat Sehat” kali ini begitu berkesan. Baik siswa maupun guru sama-sama merasa puas dengan kegiatan tersebut.

Guru-guru hanya tersenyum dan mengangguk, mengakui bahwa kebersamaan pagi itu memang istimewa. Kegiatan yang tak hanya menyehatkan, tetapi juga mempererat hubungan antar siswa dan guru, serta memberi mereka kenangan yang akan selalu diingat sepanjang masa.

Kedungtuban, 20 September 2024

 




 

Sarapan Gethuk

Karya : Gutamining Saida

Suasana ruang guru cukup sibuk. Waka kesiswaan, yang dikenal sebagai sosok disiplin dan ceria, mendapat tugas untuk ikut senam bersama di Kecamatan. Beliau berangkat lebih awal dari biasanya karena tak ingin terlambat. Namun, dalam kesibukan itu, beliau lupa sarapan. Dengan niat tetap menjalankan tugas, beliau melaju menuju sekolah menggunakan motor, lengkap dengan helm yang menutupi kepalanya. Beliau masuk ruang guru, helm masih menempel di kepadanya.

Ketika sampai di halaman sekolah, beberapa guru sudah berkumpul. Salah seorang teman tiba-tiba menghampirinya sambil membawa sepiring gethuk, makanan tradisional dari singkong yang manis dan legit. “Pak, bu, ini ada gethuk. Silakan dicicipi, belum sarapan kan?” kata bu Aprista guru Bahasa Indonesia sambil meletakkan kresek di meja guru bagian depan.

Beliau tersenyum kecil dari balik helm yang masih dikenakannya. “Wah, pas sekali! Saya memang belum sempat sarapan. Terima kasih!” jawabnya sambil mengambil sebungkus gethuk. Rezeki memang tidak akan lari kemana, pikirnya. Gethuk yang manis itu terasa begitu nikmat, apalagi dalam kondisi lapar. Namun, yang membuat momen ini istimewa bukan hanya makanan yang lezat, melainkan juga keunikan situasinya.

Meski sudah berada di sekolah, helm yang dikenakan sejak pagi belum dilepasnya. Entah lupa atau terlalu nyaman, beliau makan gethuk sambil tetap memakai helm. Hal itu tentu mengundang perhatian dari guru-guru lain yang baru datang. Beberapa di antara mereka, yang melihat dari kejauhan, tertawa kecil dan berbisik-bisik.

“Lho, kok makan pakai helm? Apa mau jaga-jaga kalau tiba-tiba ada serangan meteor?” salah satu guru menggoda. Yang lain ikut menimpali, “Iya, lucu sekali! Alien makan gethuk di sekolah!”

Suasana di halaman sekolah yang awalnya serius berubah menjadi penuh canda. Waka kesiswaan hanya tersenyum sambil melanjutkan makan gethuknya. Ia memang dikenal santai dan tidak terlalu mengambil hati komentar-komentar lucu dari rekan-rekannya. "Rezeki sudah ada bagiannya. Yang penting sarapan, mau pakai helm atau tidak!" ucapnya sambil tertawa lepas, membuat suasana semakin hangat.

Tak lama kemudian, guru-guru yang lain juga bergabung, menikmati gethuk bersama sambil tertawa mengingat kejadian kocak tersebut. Momen sederhana itu menjadi salah satu kisah unik yang mungkin akan diceritakan lagi di hari-hari mendatang. Semoga terhibur.

Kedungtuban, 20 September 2024

 

 


 

Mengenang masa di SMP TRIJI

Karya : Gutamining Saida

Cuaca cerah dan hangat, menciptakan suasana yang sempurna untuk sebuah kunjungan ke SMPN 3 Jiken. Sudah bertahun-tahun berlalu sejak aku terakhir kali menginjakkan kaki di sekolah ini, sekolah yang penuh kenangan manis bersama teman-teman sejawat. Rindu yang mengendap begitu lama akhirnya tersalurkan ketika aku memutuskan untuk singgah dan bernostalgia.

Setibanya di gerbang sekolah, jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Apakah semuanya masih sama seperti dulu? Apakah teman-teman masih mengingatku? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di pikiranku. Namun, semua kekhawatiran itu sirna begitu aku bertemu beberapa rekan lama yang langsung menyambut dengan hangat, seolah-olah waktu tidak pernah memisahkan kami. Senyum dan keramahan mereka masih sama seperti yang aku ingat delapan tahun lalu.

"Sudah lama nggak mampir ke sini! Kangen banget," ucapku sambil tersenyum.

"Ah, kami juga kangen banget sama umi!” ujar bu Harini.  Langsung mengandengku menuju ruang Tata usaha. Silakan duduk sini, umi nikmati bakso ini," salah satu temanku berkata sambil menyobek plastik dan menaruh bakso ke mangkuk.

Aku tersenyum tanpa basa-basi, aku duduk dan menikmati semangkuk bakso yang lezat itu. Rasanya seperti kembali ke masa lalu.  Hanya saja kali ini, kami semua lebih tua dengan pengalaman hidup masing-masing yang sudah jauh berkembang. Banyak perubahan ruang guru, tata usaha pindah Lokasi. Bangunan baru di sana sini.

Namun, sebelum larut lebih jauh dalam perbincangan, jam sudah menunjukkan pukul 12.15 WIB. Saya Bersama mbak Marisih sepakat untuk segera menuju musala dan menunaikan salat terlebih dahulu. Usai salat, suasana terasa semakin damai dan hangat, membalut kerinduan dalam keakraban yang luar biasa. Di musala bertemu dengan bu In guru Bahasa Indonesia. Ngobrol santai sambil mengenang terakhir bertemu dan bersama saat jalan-jalan di Surabaya.  Setelahnya, kami menuju ruang guru untuk melanjutkan obrolan.

Di ruang guru, nostalgia benar-benar mengalir deras. Kami mulai mengobrol tentang banyak hal. Dari kenangan jalan-jalan bersama dahulu, hingga rencana perjalanan yang mungkin akan kami lakukan di masa depan. Suasana begitu hangat, penuh tawa dan canda. Satu per satu cerita lama diungkit, dan seolah-olah waktu delapan tahun yang memisahkan kami tak pernah ada. Kami bercanda tentang bagaimana dulu kami sering bertualang bersama, dan kini kami berbicara tentang destinasi wisata baru yang mungkin bisa kami kunjungi bersama-sama lagi. Di serambi ruang guru kami bersama pak Didik, pak Shahit, Bu In dan Mbak Marisih.

Setelah beberapa waktu, saat hari mulai beranjak siang, tiba saatnya aku pamit pulang. Namun, sebelum benar-benar keluar dari sekolah, aku berpapasan dengan bapak kepala sekolah yang sedang berjalan santai menuju area ruang kantor guru. Rasanya seperti sudah lama tidak bertemu beliau, dan aku ingin tahu apakah beliau masih ingat diriku. Pertama kali aku mengampu di Jiken beliau sebagai Kepala Sekolahnya. Namun hanya beberapa saat beliau pindah tugas.

"Pak, masih ingat saya tidak?" tanyaku dengan senyum kecil.

Beliau berhenti sejenak, menatapku dengan penuh perhatian, mencoba mengingat. “Guru SMP 3 ya?” ujar beliau. Sejenak wajahnya terlihat berpikir, sebelum aku menyebutkan nama panggilanku.

"Oh!siapa ya!" serunya dengan wajah yang cerah.

“Saya, bu Saida!”jelasku singkat.

Beliau lantas spontan menyebut nama lengkapku. Aku tertegun ternyata, meskipun sudah delapan tahun berlalu, bapak kepala sekolah masih mengingat nama lengkapku, mata pelajaran yang aku ajarkan, dan bahkan asal kota tempat tinggalku. Mungkin beliau agak samar dengan wajahku yang sekarang, tapi memori tentang siapa aku masih tertanam kuat di benaknya.

"Saya sangat bersyukur, Pak, masih diingat," ucapku dengan hati yang tulus.

Beliau tertawa kecil, "Mana mungkin saya lupa, ibu yang minta jam IPS di sini."

Setelah berbincang sebentar, aku berpamitan dengan perasaan hangat di hati. Persinggahan hari ini benar-benar menyegarkan jiwaku. Teman-teman yang ramah, keakraban yang tidak berubah, dan pengakuan dari bapak kepala sekolah yang masih mengingatku, semuanya membuat hari ini begitu istimewa. Rasanya, meskipun waktu telah berlalu begitu lama, persahabatan dan kenangan yang terjalin di SMPN 3 Jiken akan selalu abadi.

Cepu, 20 September 2024

 

 


 

Kamis, 19 September 2024

Assesmen Diagnostik Bersama Kelas 9C


Karya : Gutamining Saida

Pada hari ini, saya memasuki kelas 9C dengan semangat tinggi untuk melaksanakan asesmen diagnostik tentang uang dan lembaga keuangan. Topik ini merupakan bagian penting dari pembelajaran IPS. Saya ingin mengetahui sejauh mana pemahaman siswa sebelum materi diajarkan lebih dalam. Begitu saya menjelaskan bahwa hari ini akan ada asesmen, beberapa siswa langsung mengeluh.

"Bu, kok belum diterangkan sudah diberi soal?" keluh Setya yang duduk di barisan belakang, dengan nada keras suaranya. Saya tersenyum dan mencoba menenangkan mereka. “Tenang saja, ini hanya untuk mengetahui sejauh mana kalian sudah tahu tentang uang dan lembaga keuangan. Tidak akan mempengaruhi nilai akhir kok,” jawab saya, berharap bisa meredakan ketakutan mereka.

Namun, keluhan lain mulai terdengar. "Saya belum paham, Bu. Pasti nanti nggak bisa jawab," kata Puji Asih sambil menunduk, memperlihatkan rasa takut tidak bisa mengerjakan asesmen dengan baik. Di sisi lain, ada beberapa siswa yang justru terlihat lebih santai. Mereka duduk dengan posisi malas, seolah-olah tidak peduli dengan tugas yang akan mereka hadapi. Salah satu di antaranya bahkan berbisik kepada temannya, “Ah, santai aja, soal kayak gini pasti gampang. Kalau nggak tahu, tebak aja.” Sikap masa bodoh ini membuat suasana kelas menjadi agak campur aduk, antara siswa yang merasa tertekan dan mereka yang tampak acuh tak acuh.

Saya berjalan mengelilingi kelas, memperhatikan ekspresi mereka. Beberapa anak terlihat serius, mendengarkan asesmen yang saya bacakan dengan wajah penuh kekhawatiran. Ada yang berkutat dengan pulpennya, ragu untuk memulai, sementara lainnya masih sibuk bertanya pada teman di sebelahnya, berharap mendapat sedikit bantuan.

Saya menghampiri satu siswa yang tampak paling cemas. "Coba tenang dulu, ya. Jangan takut salah. Pilih jawaban sesuai hati nurani aja dulu apa yang kamu tahu," saya memberi dorongan sambil meletakkan tangan di bahunya. Dia tersenyum sedikit, lalu mulai semangat menebak soal yang saya berikan .

Di sisi lain, ada siswa yang dengan santai menyandarkan tubuh ke kursi, hanya mendengarkan soal tanpa niat untuk segera mengerjakannya. Ketika saya mendekat, dia hanya tersenyum tipis. “Saya nggak paham, Bu. Jadi saya bingung mau jawab apa,” katanya Sugiono tanpa menunjukkan rasa khawatir.

Sesi asesmen ini memberikan gambaran yang jelas tentang sikap dan kesiapan siswa menghadapi materi. Ada yang merasa takut gagal, ada yang terlalu percaya diri, dan ada pula yang benar-benar tidak peduli. Di akhir sesi, saya mengingatkan mereka bahwa asesmen ini hanyalah langkah awal untuk mengetahui kemampuan mereka.

Saat ini, menyuruh mereka menjawab dengan melambaikan kertas warna warni yang sudah saya siapkan. Ada empat warna, pink, merah, kuning dan biru. Merah menunjukan pilihan jawaban “A”, pink untuk jawan “B”, kuning untuk jawaban “C’ dan biru untuk jawaban “D”.

Saya meminta mereka menyebutkan nilai yang diperoleh dengan berbagai ekspresi dari yang lega, senang, bingung, hingga yang benar-benar tidak peduli. Saya tersenyum, sudah siap untuk menyiapkan strategi pembelajaran yang lebih tepat sesuai dengan kondisi kelas 9C. Kemudian saya melanjutkan materi pembelajaran sampai bel berbunyi sebagai tanda pergantian jam pelajaran. Sampai jumpa di cerita mendatang dengan topik yang berbeda. Salam literasi.

Cepu, 19 September 2024

 

Refleksi ;

Bagaimana perasaan kalian saat asesmen diagnostic kemarin?

Apa yang kalian inginkan pada pembelajaran IPS?




 

Mind Mapping bersama kelas 9C


dokumen pribadi
Karya: Gutamining Saida

Pada suatu pagi di kelas 9C, guru IPS memulai pelajaran dengan suasana yang penuh antusiasme. Hari itu, topik pembelajaran adalah globalisasi, modernisasi, dan perubahan sosial. Saya ingin menerapkan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya, yaitu dengan menggunakan mind mapping. Dengan metode ini, diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami konsep-konsep yang terkesan abstrak ini.

Setelah membuka pelajaran dengan memberikan sedikit gambaran tentang ketiga konsep tersebut, Saya menyuruh menyiapkan kertas-kertas besar dan spidol warna-warni kepada setiap siswa. Setiap Siswa membuat secara individu. "Hari ini kita akan belajar dengan cara yang menyenangkan, yaitu membuat mind mapping," kataku  dengan senyum lebar. Siswa tampak tertarik dengan tugas ini karena tidak hanya mengandalkan teori, tetapi juga menggunakan kreativitas mereka dalam menyusun informasi.

Saya menjelaskan bahwa mind mapping akan membantu mereka untuk mengorganisir pemahaman tentang globalisasi, modernisasi, dan perubahan sosial. Di papan tulis, saya membuat contoh kecil dengan menulis kata "Globalisasi" di tengah dan menarik garis ke berbagai konsep terkait, seperti teknologi, budaya, ekonomi, dan komunikasi. "Setiap dari kalian akan membuat mind mapping yang lebih besar dan lebih lengkap," lanjutku.

Siswa mulai bekerja dengan semangat. Suara siswa terdengar di seluruh kelas, menciptakan suasana yang penuh gairah belajar. Beberapa siswa terlihat sangat serius menggambar peta pikiran mereka, menghubungkan satu ide dengan ide lain menggunakan garis-garis berwarna. Setiap siswa terlihat sangat kreatif dalam menambahkan gambar-gambar yang menggambarkan perubahan sosial, alat teknologi modern, serta simbol-simbol budaya yang beradaptasi dengan era globalisasi.

Puji Asih membuat mind mapping yang sangat sistematis dan penuh warna. Mereka menggambarkan hubungan antara globalisasi dan teknologi dengan jelas, menjelaskan bagaimana internet menjadi katalis utama bagi modernisasi dan perubahan sosial. "Dengan teknologi, kita bisa terhubung dengan orang di seluruh dunia, sehingga budaya, informasi, dan teknologi menjadi lebih mudah diakses," Fahmi menjelaskan dengan percaya diri.

Milik Khusnul tidak kalah menarik. Mereka berhasil menunjukkan dampak negatif dan positif dari modernisasi, serta bagaimana perubahan sosial terjadi akibat globalisasi. Mereka menggunakan contoh-contoh nyata dari kehidupan sehari-hari, seperti perubahan cara berbelanja dari pasar tradisional ke marketplace online, dan perubahan gaya hidup akibat pengaruh budaya asing.

Saat semua siswa selesai menghasilkan mind mapping mereka. Saya merasa bangga dengan hasil kerja siswa kelas 9C. Mereka tidak hanya memahami materi dengan baik, tetapi juga berhasil mengaitkan ketiga konsep besar tersebut dengan kehidupan nyata. "Kalian luar biasa! Hasil ini sangat memuaskan, dan kalian telah membuktikan bahwa belajar bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan bermakna," ujarku sambil memberikan tepuk tangan penghargaan. Pelajaran hari itu ditutup dengan tawa dan rasa puas dari semua siswa. Semua hasil mind mapping dikumpulkan. Semoga sukses semuanya.

Cepu, 19 September 2024

 

Refleksi:

Bagaimana perasaan kalian dapat membuat mind mapping hari ini?

Apa harapanmu untuk pertemuan akan datang bersama  jam IPS?

 




 

Rabu, 18 September 2024

Tantangan Tentang Uang Dan Bank

Karya : Gutamining Saida

Suatu hari di kelas 9B, saya memberi tantangan kepada siswa-siswa untuk membuat deskripsi singkat tentang dua kata: uang dan bank. Suasana kelas langsung berubah menjadi penuh semangat ketika saya menjelaskan tugasnya. Uang bagi mereka adalah sesuatu yang penting dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Mereka mengenal uang untuk alat tukar, alat membayar barang, makanan, minuman di sekolah.

"Baik, siapa yang berani menerima tantangan ini?" tanya saya sambil tersenyum. Beberapa siswa langsung mengangkat tangan mereka dengan antusias. Talitha, seorang siswi yang biasanya tenang, kali ini tampak sangat bersemangat. "Saya, Bu! Saya mau coba!" serunya. “Oke, tidak hanya Talitha  saja, tapi semua harus membuat.”ujarku pada mereka.

Saya pun memberikan kesempatan kepada mereka. Dengan percaya diri, ia menarikan pulpennya dengan semangat  di atas buku tulisnya bahkan tidak bisa diganggu. Di buku tulis dia mulai mencurahkan segala isi pikirannya. Teman-temannya juga membuat tulisan dengan seksama serta teliti. Saya mondar mandir melihat tulisan mereka satu demi satu.

Giliran berikutnya adalah Meme, siswa yang selalu punya ide kreatif. Ia dengan penuh keyakinan, sambil membuat sesekali noleh ke teman sebelahnya bernama Indah. Ia tidak ingin terkalahkan. Semua berlomba untuk mendapatkan tulisan terbaiknya. “Buat PR saja bu!” seru Dafian yang duduk di kursi belakang. “Tidak.”jawabku singkat

Setelah beberapa saat berlalu siswa lain nampak semangat tidak mau dikalahkan. Saya bangga melihat mereka tetap semangat mengikuti tantangan saya kali ini. Suasana kelas semakin hidup. Mereka saling memberikan dukungan. Kelas 9B hari itu dipenuhi dengan semangat belajar. Saya bangga melihat bagaimana mereka mampu berpikir kreatif dan antusias saat diberikan tantangan. Tantangan yang sederhana ini ternyata mampu membangkitkan semangat serta memperkaya pemahaman mereka tentang konsep keuangan.

Saat siswa sibuk mengerjakan tugas tentang uang dan bank, suasana kelas penuh konsentrasi. Beberapa siswa masih menulis dengan cepat, sementara yang lain terlihat berpikir keras, mencoba menyelesaikan soal yang tersisa. Namun, tiba-tiba bel pergantian jam berbunyi. Suara bel itu langsung disambut dengan sorak gembira, "Hore!" dari sebagian besar siswa terutama laki-laki yang duduk di bagian belakang. Mereka meletakkan pulpen dengan lega, meskipun beberapa dari mereka belum selesai sepenuhnya. Ada yang tertawa, saling berbisik, dan berkemas dengan cepat, seolah-olah bel itu adalah tanda kebebasan. Meski tugas belum tuntas, kegembiraan untuk beristirahat jelas terlihat di wajah mereka. Dari belakang mereka mengumpulkan hasil tulisannya menuju ke meja guru. Tetap semangat mengejar mimpi-mimpi masa depan kalian. Selamat berjuang. Sampai berjumpa pada jam IPS akan datang. Semoga bermanfaat.

Cepu, 18 September 2024

 

 

Minggu, 15 September 2024

Kenangan Bersama 9D

 


Dokumen pribadi

Karya: Gutamining Saida

Pada hari Jumat itu, usai pelajaran terakhir, kelas 9D berkumpul di belakang kelas untuk berfoto bersama. Semua siswa tampak antusias, saling merapikan pakaian dan memastikan tampilan mereka siap diabadikan dalam momen kebersamaan. Di belakang deretan tempat duduk yang sudah disusun rapi, mereka mulai mengambil posisi. Kebetulan saat itu memakai seragam samin. Di Kabupaten Blora, untuk Dinas Pendidikan baik siswa, guru, karyawan diwajibkan memakai seragam samin tiap tanggal 11 dalam setiap bulannya.

Beberapa siswa memilih pose santai, ada yang berdiri dengan gaya tangan yang beragam sambil menyilangkan kaki, dan ada yang jongkok di depan dengan senyum lebar. Di barisan tengah, beberapa siswa berdiri sambil melemparkan jari “peace” atau menggenggam tangan seperti superhero. Siswa yang paling tinggi, tanpa diminta, otomatis berdiri di bagian belakang. Mereka mengangkat tangan seolah sedang merayakan kemenangan. Ada yang dengan dua jempol.

Terdengar gelak tawa saat beberapa siswa mencoba pose konyol, seperti seorang siswa yang sengaja berpose dengan tangan di depan wajah, seakan menyembunyikan diri. Ada juga yang meniru gaya selebriti dengan pose serius, tetapi tak lama kemudian pecah tawa karena tak bisa menahan ekspresi jenaka.

Saat kamera siap, semua siswa tersenyum lebar, ada yang tertawa lepas, ada yang membuat gaya “peace,” dan bahkan beberapa siswa melompat di detik terakhir sebelum tombol kamera ditekan. Keceriaan itu sungguh terpancar dari wajah mereka, penuh kebahagiaan dan semangat, seolah ingin mengatakan bahwa mereka menikmati setiap momen kebersamaan di kelas 9D.

Manfaat dari foto bersama dengan 9D banyak sekali antara lain:

1.    Foto bersama menjadi kenangan visual yang berharga dari masa-masa sekolah. Ketika mereka nanti melihat foto ini, siswa akan mengenang persahabatan, suka duka, dan momen berharga yang mereka alami bersama.

2.    Momen berfoto bersama menciptakan rasa kebersamaan yang kuat. Ini adalah kesempatan bagi siswa untuk merasa lebih dekat satu sama lain dan mempererat ikatan sebagai satu kelas.

3.    Dalam berfoto, setiap siswa bisa mengekspresikan dirinya. Ada yang serius, ada yang lucu, dan ada yang kreatif, menunjukkan bahwa di dalam kebersamaan, tiap individu tetap bisa menjadi dirinya sendiri.

4.   Foto ini juga dapat menjadi pengingat bagi siswa akan pencapaian dan kebersamaan mereka selama belajar. Ketika mereka menghadapi tantangan di masa depan, foto ini bisa memberikan semangat dan mengingatkan mereka bahwa mereka pernah menjadi bagian dari sesuatu yang indah.

5.   Foto bersama membantu siswa menyadari pentingnya menghargai setiap momen kecil dalam hidup, terutama masa-masa sekolah yang tidak akan terulang. Mereka belajar untuk menikmati saat-saat kebersamaan.

Pada akhirnya, foto bersama dengan kelas 9D adalah lebih dari sekadar gambar. Itu adalah simbol kebahagiaan, persahabatan, dan kenangan yang akan terus mereka simpan dalam hati. Jejak kenangan yang akan mereka bawa saat nanti mengenang masa-masa di sekolah. Setelah nanti beberapa tahun yang telah mereka lalui untuk bertemu kembali. Semoga bermanfaat

 

 

Berpose Bersama Dengan 9C

 

Dokumen pribadi
Karya : Gutamining Saida

Hari ini, suasana di SMPN 1 Kedungtuban terasa sangat berbeda dari biasanya. Seluruh warga sekolah, mulai dari siswa, guru, hingga karyawan, mengenakan seragam khas Samin. Semua dinas pemerintahan termasuk dinas pendidikan mengikuti kebijakan yang diberlakukan oleh Kabupaten Blora. Seragam ini hanya dipakai pada tanggal 11 setiap bulannya.  Sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya lokal dan tokoh Samin Surosentiko.  Yang menjadi simbol kesederhanaan, kejujuran, dan kesehajaan yang dimiliki penganut ajaran Samin. Pakaian adat samin terdiri dari: 1. Pakaian serba hitam untuk laki-laki dengan ikat kepala  (udeng). 2. Kebaya hitam dengan bawahan batik untuk perempuan.

Pakaian adat samin didasarkan pada surat edaran Bupati dikatakan bahwa rasional filosofis penetapan pakaian Samin sebagai seragam pegawai Pemkab Blora adalah dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran serta nguri-nguri budaya leluhur samin yakni dengan mengangkatnya sebagai kearifan local oleh segenap PNS di kabupaten Blora.

Penggunaan baju samin di kabupaten Blora ada beberapa tujuan yaitu antara lain satu, mengenalkan samin kepada generasi penerus. Dua, meningkatkan disiplin dan tanggung jawab peserta didik. Tiga, meningkatkan kesetaraan tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau wali peserta didik.

Ketika bel terakhir berbunyi, siswa kelas 9C selesai mengikuti pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, dengan antusias meminta izin untuk berfoto bersama. Mereka merasa senang dan bangga mengenakan seragam Samin, sesuatu yang jarang mereka alami. Dengan penuh semangat, mereka berbaris di depan meja kursi kelas, mencari sudut yang pas untuk foto bersama.

Pose yang mereka lakukan sangat beragam dan penuh keceriaan. Ada yang bergaya formal dengan tangan di samping, ada yang bergaya lucu dengan tangan menutup muka, dan ada juga yang memilih pose dengan tangan ke atas, seperti menirukan tangan mengepal, Sebagian erempuan kompak pose tangannya.

Guru IPS sehabis mengajar diajak ikut foto bersama. Mereka tersenyum, tertawa dan mengarahkan pose teman-temannya, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat. Wajah-wajah bahagia terpancar dari semua siswa, menandakan hari yang spesial ini akan menjadi kenangan tak terlupakan bagi seluruh warga SMPN 1 Kedungtuban khususnya kelas IXC. Semoga menambah wawasan tentang budaya Blora. Selamat membaca dan menikmati.

Sabtu, 14 September 2024

Pilketos



Karya : Gutamining Saida

Pada hari pemilihan ketua OSIS di SMPN 1 Kedungtuban, suasana tampak berbeda. Seluruh panitia dan kandidat mengenakan seragam khas Samin, memberikan nuansa kearifan lokal yang memikat. Meskipun sekolah ini berada di pinggiran dan jauh dari pusat kota, semangat melek teknologi sangat terasa. Ini karena kepala sekolah SMPN 1 Kedungtuban memiliki mimpi semua warganya untuk melek teknologi.

Di pintu masuk, para pemilih baik siswa maupun guru, disambut oleh panitia yang sigap mengarahkan mereka untuk mengisi data terlebih dahulu. Data sudah tertera nama pemilih tinggal si pemilih tanda tangan saja. Hal ini mempersingkat waktu. Aturan mainnya per kelas menuju Lokasi pilketos. Apabila sudah, panitia menunjuk kelas yang akan memilih. Sesuai rencana agenda pilketos tidak menganggu kegiatan pembelajaran dan kegiatan SSN.

Dengan rapi, mereka duduk di kursi yang telah disediakan sambil menunggu giliran masuk ke bilik suara. Bilik suara yang berjumlah enam sudah dilengkapi laptop dan petugas yang siap membantu siapa saja yang membutuhkan panduan. Setiap pemilih, setelah mengisi data, diarahkan masuk ke bilik suara, di mana mereka dengan tenang memilih kandidat pilihan mereka. Di luar bilik, suasana penuh semangat, namun tetap tertib.

Setelah selesai memilih, pemilih diarahkan menuju tempat untuk mencelupkan jari ke kotak tinta sebagai tanda bukti partisipasi. Hal ini memberikan sentuhan tradisional di tengah pemilihan yang sarat teknologi.

Meski jauh dari gemerlap kota, SMPN 1 Kedungtuban ingin menunjukkan bahwa mereka mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Seluruh proses pemilihan ini tidak hanya berlangsung lancar, tetapi juga didokumentasikan dengan baik. Panitia mengambil video dan foto sibuk mengambil gambar momen-momen penting untuk kemudian diunggah di web sekolah, Instagram, dan Facebook. Tujuan utama adalah memperkenalkan bahwa sekolah SMPN 1 Kedungtuban, meski berada di pelosok, tak kalah dalam hal keterampilan digital dan partisipasi aktif. Pemilihan ketua OSIS tahun ini menjadi bukti bahwa semangat melek digital bisa hadir di mana saja, termasuk di sekolah yang jauh dari pusat kota.

Setiap tahun, pemilihan ketua OSIS (pilketos) diadakan di sekolah  SMPN 1 Kedungtuban. Hal untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang baru untuk berpartisipasi aktif dalam organisasi tersebut. Mengapa hal ini penting dilakukan setiap tahun?

Pertama, siswa di SMPN 1 Kedungtuban mengalami perubahan kelas dan generasi. Mereka yang duduk di kelas atas akan segera lulus, sehingga diperlukan regenerasi pemimpin yang mampu melanjutkan program-program OSIS. Pilketos tahunan memastikan bahwa organisasi OSIS tetap berjalan dengan baik di bawah kepemimpinan baru yang segar dan bersemangat.

Kedua, pilketos tahunan mendorong keterlibatan siswa secara lebih luas. Setiap tahunnya, siswa baru dapat ikut serta, baik sebagai pemilih maupun kandidat. Ini menjadi ajang pembelajaran demokrasi bagi siswa untuk mengetahui pentingnya proses pemilihan yang adil dan transparan, serta mengembangkan keterampilan kepemimpinan bagi para kandidat.

Ketiga, dengan adanya pilketos setiap tahun, inovasi dan ide-ide baru dapat terus tumbuh di sekolah. Setiap pemimpin OSIS biasanya membawa visi, misi, serta program kerja baru yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa saat itu. Dengan demikian, kegiatan di SMPN 1 Kedungtuban tidak menjadi monoton, dan OSIS dapat terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman serta kebutuhan siswa yang terus berubah.

Selain itu, pilketos tahunan menciptakan rasa tanggung jawab bagi seluruh siswa, baik yang menjadi pemimpin maupun anggota OSIS. Mereka belajar untuk memegang amanah dan bertanggung jawab atas tugas yang diemban selama satu tahun kepemimpinan. Semoga kandidat yang terpilih dapat menyumbangkan prestasi bagi kemajuan SMPN 1 Kedungtuban. Selamat atas kepercayaan yang diamanahkan kepada ketua OSIS yang baru dan semoga dimudahkan untuk menjalankan tugas. Tetap semangat tuk berjuang. Semoga bermanfaat. Salam demokrasi.

 


Jumat, 13 September 2024

Berkibarlah benderaku


Karya: Gutamining Saida

Pembelajaran IPS Di kelas 9B hari itu terasa berbeda. Suasana kelas saat itu begitu tenang. Setiap siswa terlihat fokus, memperhatikan pelajaran IPS yang sedang saya sampaikan. Tidak ada yang mengantuk, tidak ada yang sibuk bicara sendiri, bahkan suasana sepi dari suara bisikan. Semua pandangan tertuju ke depan, antusias mengikuti penjelasan yang saya berikan.

Saya merasa senang melihat kondisi ini. Para siswa tampak betul-betul tertarik pada materi yang dibahas. Tidak ada satu pun yang terlihat bosan atau kehilangan konsentrasi. Beberapa di antaranya sesekali mencatat poin-poin penting, sementara yang lain mendengarkan dengan saksama.

Setelah saya memberikan materi tentang akibat globalisasi baik di dunia maupun di Indonesia. Semua siswa nampak memahami penjelasan saya. Namun, saya tidak begitu saya percaya pada mereka. Langkah selanjutnya saya  berikan beberapa pertanyaan. Untuk mengukur sampai dimana mereka paham.

Saya memutuskan untuk menggunakan metode joyful learning dengan permainan tebak soal benar-salah. Tujuannya agar siswa belajar dengan cara yang menyenangkan, sekaligus tetap fokus pada materi. Soal sudah saya siapkan sebanyak 20 soal.

Metode joyfull learning adalah metode pembelajaran yang menyenangkan. Metode ini merupakan sinergi dari beberapa hal diantaranya pembelajaran bermakna, kontektual. Beberapa Langkah kegiatan dalam metode joyfull learning adalah: Pertama, tahap persiapan, dimana guru dapat menstimulus minat siswa terhadap pembelajaran, Kedua, tahap penyampaian, dimana guru menyampaikan materi dengan bervariasi seperti presentasi, diskusi kelompok dan tanya jawab. Ketiga, tahap pelatihan dimana siswa mempraktekkan ketrampilan yang diajarkan guru.Keempat, tahap penutup dimanaguru menyempurnakan Kesimpulan yang telah diperoleh dari siswa dan memberi penghargaan kepada siswa.

Saya menjelaskan aturan permainan. Semua siswa akan diberikan soal, dan mereka harus menjawab apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Jika jawabannya benar, kertas warna pink yang diangkat ke atas. Namun, jika salah, mereka mengangkat kertas yang berwarna kuning. Di akhir sesi, poin dihitung, siswa selain mendapatkan nilai juga mendapatkan penghargaan sederhana seperti tepuk tangan atau stiker prestasi.

Hasilnya, siswa kelas 9B terlihat antusias dan gembira selama pembelajaran. Mereka belajar tanpa merasa terbebani, dan banyak dari mereka yang mendapatkan nilai bagus dari evaluasi yang dilakukan setelah permainan. Ini membuktikan bahwa dengan metode joyful learning, mereka bisa belajar lebih efektif sekaligus menikmati prosesnya.

Saya menutup pelajaran dengan memberikan umpan balik tentang bagaimana siswa bisa lebih baik dalam memahami materi. Semoga semakin semangat belajar semoga sukses.

 

 

 

Refleksi pembelajaran IPS hari ini:

Bagaimana perasaan kalian pada pembelajaran hari ini?

Pembelajaran yang bagaimana yang kalian inginkan?

Bagaimana pembelajaran hari ini? (seru, semangat, bosan, tidak suka) Jelaskan?


 

Rabu, 04 September 2024

Kusambut Dengan Senyum



Karya : Gutamining Saida

Kamis pagi tanggal 5 September 2024, langit cerah menyambut seluruh warga sekolah. Di pintu gerbang, beberapa guru dan siswa yang bertugas piket berdiri rapi, siap menyambut kedatangan teman-teman mereka. Udara segar pagi membuat senyum mereka semakin lebar. Setiap senyuman yang mereka berikan, terasa menular ke setiap siswa yang datang.

SMPN 1 Kedungtuban memprogram adanya guru piket. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "piket" memiliki beberapa pengertian, di antaranya: Piket adalah Tugas jaga atau tugas pengawasan yang dilakukan secara bergiliran atau dalam waktu tertentu, biasanya untuk menjaga keamanan atau ketertiban.

Jadi, piket dalam konteks sekolah merujuk pada tugas jaga atau pengawasan yang dilakukan oleh guru atau siswa secara bergiliran untuk memastikan ketertiban dan kelancaran kegiatan di sekolah.

Di hari Kamis yang mendapat giliran piket adalah : Gutamining Saida, Endang Triningsih, Sri Suryani, Sri Endri Nugraheni dan Tulas Agus Nur Yasin. Tugas jaga di pintu gerbang dimulai pukul 06.30 WIB.

Peran guru piket di sekolah sangat penting dalam menjaga ketertiban dan kelancaran proses belajar mengajar. Berikut adalah beberapa tugas dan peran utama guru piket:

1. Mengawasi Kehadiran Siswa

2. Menyambut dan Mengarahkan Siswa

3. Menyelesaikan Masalah Kedisiplinan

Dengan peran-peran tersebut, guru piket membantu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, tertib, dan kondusif untuk belajar, sehingga siswa dapat fokus pada pendidikan mereka tanpa terganggu oleh masalah-masalah yang dapat menghambat proses belajar mengajar.

Satu per satu, siswa mulai tiba. Ada yang datang dengan berjalan kaki, wajah mereka tampak cerah meski beberapa masih terlihat mengantuk. Sambil melangkah masuk, mereka tersenyum dan menyapa guru serta teman yang bertugas piket.

Bus sekolah yang besar pun tiba, menurunkan sekelompok siswa yang tampak bersemangat. Suara riuh mereka memenuhi udara, bercerita tentang banyak hal sambil berjalan ke arah pintu gerbang. Tak ketinggalan, beberapa siswa datang dengan elep, mengangkat tangan mereka sambil tersenyum saat melihat guru yang menyambut di gerbang. Ada juga yang datang beriringan naik sepeda, saling bercanda satu sama lain sebelum memasuki sekolah.

Beberapa siswa yang bersepeda terlihat menikmati perjalanan mereka. Sambil tersenyum, mereka turun dari sepeda lantas menyapa, berjabat tangat kepada guru yang bertugas piket. Tak jarang, ada siswa yang datang diantar orangtua. Para orangtua tersenyum bangga melihat anak-anak mereka memasuki gerbang sekolah, siap untuk menimba ilmu. Bunyi dering bel terdengar dari kejauhan.

Setiap senyum yang diterima membuat hati para guru  yang piket di gerbang semakin hangat. Mereka bahagia melihat semangat yang terpancar dari setiap siswa yang datang, merasa puas bahwa sekolah ini menjadi tempat di mana mereka ingin belajar dan berkembang.

Saat semua siswa sudah masuk, dan gerbang sekolah mulai sepi, para guru  yang piket saling tersenyum satu sama lain. Hari itu dimulai dengan sangat baik, penuh semangat dan kebahagiaan. Mereka yakin, dengan awal yang indah seperti ini, hari itu akan menjadi hari yang penuh prestasi dan keceriaan di sekolah. Semoga bermanfaat.

 

 

Selasa, 03 September 2024

Suara Hati

 Karya : Gutaminining Saida

Saya baru saja memposting tulisan di Kompasiana. Kompasiana sebuah platform yang saya gunakan untuk berbagi pikiran dan pengalaman. Seperti biasa, saya menulis dengan sepenuh hati. Saya berharap bisa menginspirasi atau sekadar menghibur para pembaca. Ketika tulisan tersebut mulai mendapatkan perhatian. Beberapa kompasianer yang saya kenal bahkan terlihat membacanya, hati  dipenuhi rasa senang. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat bahwa tulisan saya diapresiasi oleh orang lain.

Kompasiana adalah sebuah platform blog yang dikembangkan oleh PT Kompas Cyber Media sejak 22 Oktober 2008. Sebuah platform yang berbasiskan user-generated content seperti media sosial setiap konten ( artikel, foto, video dan komentar) yang dibuat dan ditayangkan langsung oleh pengguna internet yang telah memiliki akun.

Ketika ada yang berkenan memberikan masukan atau ide pada tulisan saya, rasanya sungguh luar biasa. Setiap komentar, kritik, atau saran terasa seperti hadiah yang berharga. Bukan hanya karena itu menunjukkan bahwa tulisan saya dibaca dan dipahami, tetapi juga karena masukan tersebut membantu saya untuk tumbuh dan belajar lebih banyak.

Ada kepuasan tersendiri dalam mengetahui bahwa orang lain peduli dan meluangkan waktu untuk memberi umpan balik. Itu berarti mereka melihat potensi dalam tulisan saya dan ingin membantu saya mengembangkannya lebih jauh. Rasa bahagia ini mendorong saya untuk terus menulis dan berbagi, karena setiap masukan adalah bahan bakar yang menyulut semangat saya untuk menjadi lebih baik di setiap langkah.

Namun, terkadang saya berpikir, bagaimana jika saya tidak sempat menulis dan memposting sesuatu untuk beberapa waktu? Apakah ada yang akan merasa kangen dengan tulisan-tulisan saya? Pertanyaan itu terus menggelayut di benak saya. Mungkin ada di antara mereka yang merindukan suara saya di antara kata-kata, atau mungkin tulisan-tulisan saya sudah menjadi bagian kecil dari rutinitas mereka. Hanya waktu yang bisa menjawabnya, tetapi memikirkan kemungkinan itu saja sudah cukup membuat saya tersenyum dan merasa terhubung dengan pembaca setia di luar sana.

Lewat tulisan kali ini, saya sampaikan terimakasih tak terhingga. Bagi yang sudah membuka dan menyempatkan membaca tulisan saya. Harapan saya sederhana, semoga tulisan ini memberikan manfaat. Entah itu berupa wawasan baru, renungan sejenak, atau bahkan sekadar senyum kecil yang terbit di sudut bibir Anda. Setiap kata yang tertuang di sini tak lepas dari niat untuk menjalin hubungan, meski tak kasat mata, melalui pemikiran yang kita bagi bersama.

Jika tulisan ini bisa mencerahkan, menenangkan, atau menginspirasi dalam satu cara atau lainnya, maka saya sudah merasa bahagia. Karena bagi aya, keberhasilan sebuah tulisan bukanlah pada banyaknya pembaca, tetapi pada seberapa dalam pesan itu bisa menyentuh hati dan pikiran yang membaca.

Mari kita terus berbagi, belajar, dan bertumbuh bersama. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca. Semoga kita semua terus diberi kekuatan untuk mengejar impian, ketabahan untuk menghadapi rintangan, dan kebijaksanaan untuk menjalani kehidupan. Salam literasi. Semoga bermanfaat.