Suasana ruang guru cukup sibuk.
Waka kesiswaan, yang dikenal sebagai sosok disiplin dan ceria, mendapat tugas
untuk ikut senam bersama di Kecamatan. Beliau berangkat lebih awal dari
biasanya karena tak ingin terlambat. Namun, dalam kesibukan itu, beliau lupa
sarapan. Dengan niat tetap menjalankan tugas, beliau melaju menuju sekolah
menggunakan motor, lengkap dengan helm yang menutupi kepalanya. Beliau masuk
ruang guru, helm masih menempel di kepadanya.
Ketika sampai di halaman sekolah,
beberapa guru sudah berkumpul. Salah seorang teman tiba-tiba menghampirinya
sambil membawa sepiring gethuk, makanan tradisional dari singkong yang manis
dan legit. “Pak, bu, ini ada gethuk. Silakan dicicipi, belum sarapan kan?” kata
bu Aprista guru Bahasa Indonesia sambil meletakkan kresek di meja guru bagian
depan.
Beliau tersenyum kecil dari balik
helm yang masih dikenakannya. “Wah, pas sekali! Saya memang belum sempat
sarapan. Terima kasih!” jawabnya sambil mengambil sebungkus gethuk. Rezeki
memang tidak akan lari kemana, pikirnya. Gethuk yang manis itu terasa begitu
nikmat, apalagi dalam kondisi lapar. Namun, yang membuat momen ini istimewa
bukan hanya makanan yang lezat, melainkan juga keunikan situasinya.
Meski sudah berada di sekolah,
helm yang dikenakan sejak pagi belum dilepasnya. Entah lupa atau terlalu
nyaman, beliau makan gethuk sambil tetap memakai helm. Hal itu tentu mengundang
perhatian dari guru-guru lain yang baru datang. Beberapa di antara mereka, yang
melihat dari kejauhan, tertawa kecil dan berbisik-bisik.
“Lho, kok makan pakai helm? Apa
mau jaga-jaga kalau tiba-tiba ada serangan meteor?” salah satu guru menggoda.
Yang lain ikut menimpali, “Iya, lucu sekali! Alien makan gethuk di sekolah!”
Suasana di halaman sekolah yang
awalnya serius berubah menjadi penuh canda. Waka kesiswaan hanya tersenyum
sambil melanjutkan makan gethuknya. Ia memang dikenal santai dan tidak terlalu
mengambil hati komentar-komentar lucu dari rekan-rekannya. "Rezeki sudah
ada bagiannya. Yang penting sarapan, mau pakai helm atau tidak!" ucapnya
sambil tertawa lepas, membuat suasana semakin hangat.
Tak lama kemudian, guru-guru yang
lain juga bergabung, menikmati gethuk bersama sambil tertawa mengingat kejadian
kocak tersebut. Momen sederhana itu menjadi salah satu kisah unik yang mungkin
akan diceritakan lagi di hari-hari mendatang. Semoga terhibur.
Kedungtuban, 20 September 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar