Rabu, 30 Oktober 2024

Kebahagiaan Seorang Ibu

Dokumen Pribadi
Karya: Gutamining Saida

Seorang ibu, yang sehari-hari sibuk dengan kegiatan mengajar, rumah tangga dan tanggung jawab lainnya. Dia menemukan kebahagiaan sederhana. Baginya, kebahagiaan bukan hanya tentang uang, hadiah, atau hal-hal materi lainnya, melainkan perhatian tulus dari anak-anaknya. Seiring berjalannya waktu, anak-anaknya mulai tumbuh dewasa, disibukkan dengan pekerjaan, dan kehidupan mereka masing-masing. Namun, ketika mereka menyempatkan waktu untuk sekadar menanyakan kabar, hati sang ibu seolah hangat oleh rasa syukur yang tak terbatas.

Bagi seorang ibu, tak ada yang lebih berharga daripada mengetahui bahwa anak-anaknya ingat padanya, bahkan di tengah kesibukan mereka. Setiap kali handphone berbunyi dan terdengar suara anak-anaknya di seberang, ia merasa dihargai dan dicintai. Mereka menanyakan kabarnya, apakah ia sudah makan atau bagaimana kesehatannya hari itu. Meskipun sederhana, momen ini selalu membuat hati sang ibu berdegup penuh kebahagiaan. Bagi sang ibu, perhatian kecil ini menunjukkan betapa anak-anaknya masih peduli, meski mereka kini berjarak ratusan kilo meter.

Pada suatu hari, salah satu anaknya tiba-tiba datang berkunjung. Sang ibu yang terkejut mendengar suara panggilan yang begitu dikenalnya. Dengan senyum lebar dan air mata haru, ia menyambut anaknya dengan pelukan hangat. Mereka duduk bersama di ruang tamu, bercerita tentang banyak hal, tertawa mengenang masa kecil, dan saling curhat tentang kehidupan. Baginya, pertemuan sederhana ini adalah salah satu hadiah terbaik yang tak ternilai.

Sang ibu memahami bahwa setiap anak memiliki kehidupannya masing-masing, dan ia tak pernah ingin membebani mereka dengan harapan-harapan besar. Namun, ketika anak-anaknya menyempatkan waktu untuk ngobrol, berkumpul, ia merasa begitu dihargai. Dalam momen-momen itu, ia merasa seperti kembali ke masa-masa ketika anak-anaknya masih kecil. Di mana mereka selalu dekat dengannya. Sekarang, meski mereka sudah dewasa dan mandiri, perhatian kecil itu tetap menguatkan hatinya.

Ketika hari mulai larut dan saatnya sang anak harus kembali ke kehidupannya yang sibuk, sang ibu mengantarnya ke pintu dengan senyum penuh kasih sayang. Ia merasa bersyukur atas momen berharga yang telah mereka habiskan bersama, meskipun hanya sejenak. Ia tahu, dalam kehidupan yang penuh dinamika ini, kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari hal-hal besar. Terkadang, kebahagiaan ada pada hal-hal sederhana yaitu sebuah panggilan telepon, sebaris pesan singkat, atau pelukan hangat dari anak-anak yang ia cintai.

Bagi seorang ibu, perhatian kecil dari anak-anaknya sudah cukup untuk membuatnya merasa dicintai dan dihargai. Setiap kata, setiap pelukan, dan setiap momen yang dihabiskan bersama adalah anugerah yang ia simpan erat di dalam hati. Kebahagiaan itu sederhana, namun bermakna dalam, bagaikan cahaya kecil yang senantiasa menyinari hidupnya dan membuatnya merasa menjadi ibu yang beruntung.

Cepu, 30 Oktober 2024

 

 


 

Minggu, 27 Oktober 2024

Kerinduan Seorang Ibu

Dokumen Pribadi


Karya: Gutamining Saida

Di suatu desa Balun Pasirejo yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kota, seorang ibu sedang menanti kabar dari anak laki-lakinya yang kini berada di Salatiga. Sudah lebih dari sebulan, anaknya tak memberinya kabar. Bukan hanya satu atau dua hari, tetapi hari demi hari berlalu tanpa satu pesan singkat pun. Hati sang ibu gelisah. Pikirannya terus melayang ke anaknya yang bekerja keras demi mewujudkan mimpi besar di kota itu. Dia paham, anaknya kini sedang berjuang, sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.  Namun naluri sebagai seorang ibu tetap saja menanti.

Di hari Minggu pagi, setelah beres urusan rumah, ibu ini akan memandangi layar teleponnya. Mengharapkan sekadar pesan kecil atau chats dari anaknya yang jauh. Sekali-sekali, dia mencoba mengetik pesan, lalu menghapusnya kembali. Tak ingin mengganggu atau terlihat merepotkan anaknya. Yang dia inginkan hanyalah sedikit kabar. Cukup satu pesan singkat yang mampu mengobati kerinduannya dan membuat hatinya tenang, tak lebih.

Setelah lama berdiam diri, akhirnya sore itu dia memberanikan diri untuk mengirim pesan. Jemarinya gemetar saat mengetik, “Nak, apa kabar? Umi, hanya ingin tahu kalau kamu baik-baik saja di sana.” Pesan yang sederhana, tapi mengandung harapan besar dari seorang ibu yang merindukan buah hatinya. Pesan terkirim, namun tak ada balasan langsung. Setiap menit terasa seperti seabad baginya. Waktu berjalan begitu lambat.

Satu jam berlalu. Ketika rasa cemas mulai menguasai, teleponnya berbunyi. Sebuah pesan masuk. Ternyata dari anaknya! Dia segera membuka pesan tersebut dengan hati yang berdebar-debar. “Maaf Mi, baru bisa balas. Aku baik-baik saja. Ini lagi di perjalanan pulang ke Salatiga dari Solo,” balas sang anak.

Betapa bahagianya hati ibu itu. Senyum mengembang di wajahnya. Walau hanya beberapa kata, balasan itu sudah cukup untuk menenangkan hatinya. Dia membalas dengan hati-hati, tak ingin membuat anaknya merasa terbebani. “Alhamdulillah, Nak. Umi senang mendengarnya. Semoga kamu sehat-sehat selalu dan dilancarkan semua urusan dan selamat sampai tujuan.” Dalam doanya, ibu ini mengucapkan harapan yang tulus untuk keselamatan dan kesuksesan anaknya.

Sang anak membalas dengan singkat, namun tetap membuat ibunya merasa terhubung, “Aamiiin, Umi. Terima kasih doanya.” Ibu ini memandangi pesan itu beberapa kali, seolah tak percaya dia baru saja berbincang dengan anak yang dirindukannya. Ia merasa lega mengetahui bahwa anaknya sehat dan dalam perjalanan yang aman.

Hari itu, setelah percakapan singkat mereka, ibu ini duduk termenung, memandangi layar ponsel yang kini hening. Meski rasa rindunya sedikit terobati, hatinya tetap berharap suatu hari nanti, saat anaknya tidak terlalu sibuk, ia akan menerima lebih banyak kabar. Barangkali satu telepon, atau beberapa pesan yang menunjukkan perhatian. Tak banyak, namun cukup untuk mengisi ruang kosong dalam hatinya. Bagi seorang ibu, perhatian kecil dari anak tercinta adalah hadiah tak ternilai yang mampu membawa kebahagiaan tersendiri.

Cepu, 27 Oktober 2024


Sabtu, 26 Oktober 2024

Penantian Seorang Ibu

Dokumen Pribadi

Di sebuah rumah sederhana, seorang ibu hidup dalam keheningan. Dia ditemani rindu yang kian menyesakkan hati. Anak-anaknya yang dulu selalu berada di dekatnya, kini sudah jarang datang mengunjunginya. Mereka sibuk dengan keluarga masing-masing, terikat pada pekerjaan, dan disibukkan oleh tanggung jawab sebagai orang tua. Sejak anak-anaknya menikah dan punya kehidupan sendiri, sang ibu mengerti bahwa mereka kini memiliki prioritas lain. Namun, sebagai seorang ibu, kerinduannya tetap saja tak pernah pudar.

Setiap hari, ia menjalani rutinitas yang sama bangun pagi, memasak sarapan, dan membersihkan rumah dengan hati-hati, seakan-akan anak-anaknya akan datang sewaktu-waktu. Ia menyiapkan masakan yang disukai anak-anaknya sewaktu kecil, seperti sayur lodeh, sambel dan ikan asin goreng. Meski tahu masakan itu hanya akan disantap sendiri, ia tetap melakukannya dengan penuh kasih sayang. Dia mengingat betapa bahagianya saat-saat dulu mereka berkumpul di meja makan, bercanda tawa sambil menikmati hidangan sederhana.

Pada sore hari, ia sering duduk di ruang tamu rumah, memandangi jalan raya. Barangkali ada mobil berhenti. Mereka anak laki-lakinya yang datang. Harapan kecil selalu terselip di hatinya, berharap suatu hari ia akan melihat sosok anak-anaknya, muncul dari depan rumah dengan membawa senyuman, menenteng oleh-oleh untuknya, atau membawa cucu-cucu yang riang. Namun hari demi hari berlalu tanpa tanda-tanda mereka akan datang. Kadang kala ia mendengar kabar singkat dari mereka melalui telepon, tapi itu pun jarang terjadi. Setiap kali mendengar kabar tentang anak-anaknya, sang ibu hanya bisa mengangguk sambil menyembunyikan kerinduan dalam suaranya. Tak ingin membuat mereka merasa bersalah atau terbebani.

Dalam kesendirian, ibu ini sering merenungkan masa lalu. saat anak-anaknya masih kecil, ketika tangannya masih penuh dengan kesibukan mengurus mereka. Ia teringat pada malam-malam ketika harus terjaga karena demam mereka, atau pagi-pagi saat harus menyiapkan sarapan sebelum ke sekolah. Kini, meski rumahnya terasa sepi, kenangan-kenangan itu tetap hangat dalam ingatannya.

Suatu malam, setelah selesai shalat, ibu ini mengangkat tangan, memanjatkan doa dengan penuh harap. “Ya Allah, jagalah anak-anakku. Beri mereka kesehatan dan kebahagiaan. Jika Engkau mengizinkan, izinkan aku bertemu mereka. Izinkan aku memeluk mereka lagi, walau hanya sebentar.” Doanya mengalir dengan tulus, berharap Sang Pencipta mendengar dan mengabulkan keinginannya.

Malam itu, sang ibu tidur dengan hati yang tenang, meski sedikit terluka oleh rindu yang belum terjawab. Ia bermimpi bertemu dengan anak-anaknya, bercanda, berbicara dengan hangat seperti dulu. Pagi harinya, ia terbangun dengan senyum tipis di wajahnya. Meski mimpi itu singkat, rasanya seperti obat bagi kerinduannya yang mendalam.

Hari demi hari berlalu, dan meski anak-anaknya tak kunjung datang, sang ibu tetap menanti dengan sabar. Ia tahu, di balik kesibukan mereka, anak-anaknya pasti masih menyayanginya. Harapan kecil selalu ada, bahwa suatu hari anak-anaknya akan datang, mengetuk pintu, memeluknya, dan mengisi rumahnya dengan tawa lagi.

Dan meski waktu terus berjalan, kerinduannya tak akan pernah pudar. Ibu ini akan selalu menanti, dengan penuh cinta yang tak pernah berkurang. Karena bagi seorang ibu, cinta kepada anak-anaknya adalah cinta tanpa syarat, selalu ada meski jarak dan waktu memisahkan. Ia akan selalu menjadi pelabuhan tempat mereka pulang, kapanpun mereka merindukan kehangatan seorang ibu. Salam rindu dari seorang ibu.

Cepu, 27 Oktober 2024

 

 


 

Rabu, 23 Oktober 2024

Hari Santri Nasional di SMPN 1 Kedungtuban

Karya: Gutamining Saida

Suasana SMPN 1 Kedungtuban pada tanggal 22 Oktober 2024 terasa sangat istimewa. Hari Santri Nasional dilaksanakan berdasar surat edaran yang dibagikan di grup oleh kepala Sekolah. Di situ tertera ketentuan seragam yang harus dipakai ASN baik laki-laki maupun perempuan. SMPN 1 Kedungtuban berubah drastis menjadi mirip sebuah pesantren. Seluruh warga sekolah, baik guru, karyawan, maupun siswa, mengenakan pakaian muslim. Pengumuman mengenai aturan seragam ini disebar luaskan pada sore hari sebelumnya melalui grup sehingga memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan.

Para guru laki-laki mengenakan atasan putih dengan celana atau sarung bebas serta peci hitam yang memberikan nuansa religius. Sedangkan guru perempuan dalam balutan atasan putih, jilbab putih, dan bawahan hitam, dipadukan dengan sepatu hitam. Bagi yang tidak ada warna putih bisa menyesuaikan. Siswa yang tidak memiliki atasan putih, mereka diperbolehkan mengenakan seragam OSIS sebagai alternatif. Siswa-siswi tampak rapi dan bersemangat mengikuti ketentuan ini.

Siswa dan guru berdatangan dengan penampilan berbeda dari keseharian mereka. Bapak Prasetyo, kepala sekolah SMPN 1 Kedungtuban, mengenakan sarung berwarna merah bata dipadu atasan putih. Walau pun beliau bukan seorang muslim, sebagai bentuk kebersamaan. Beliau tetap berbaur dalam suasana damai dan penuh toleransi, mencerminkan kerukunan antar umat beragama yang sudah lama terjalin di sekolah ini.

Nah, ada beberapa manfaat dari peringatan hari santri nasioanal. Marilah kita simak manfaat dari hari santri nasional  diantaranya adalah pertama, diharapkan dapat terus meneladani semangat juang para ulama. Kedua, melihat para santri dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, mengenang para santri yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Empat, meningkatkan nilai-nilai pendidikan karakter.

Dasar dari Peringatan Hari Santri Nasional ini merujuk pada "Resolusi Jihad" yang dikeluarkan oleh ulama pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 1945. Resolusi ini menyerukan kepada umat Islam untuk berjuang melawan penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Semua warga sekolah menikmati suasana yang berbeda dan pengalaman baru . Suasana yang tercipta di SMPN 1 Kedungtuban pada hari itu tidak hanya memperingati Hari Santri, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan persaudaraan di antara semua warga sekolah.

Kedungtuban, 22 Oktober 2024.

 

 

 

Jumat, 18 Oktober 2024

Pembelajaran IPS Bersama IXD


                                                                     dokumen pribadi

Karya: Gutamining Saida

Pada Jumat siang, suasana di kelas 9D terasa berbeda. Jam terakhir sebelum pulang adalah waktunya pelajaran IPS, namun kali ini tantangannya bukan hanya soal materi. Para siswa sedang dipenuhi semangat untuk acara rekreasi yang akan dilaksanakan keesokan harinya, Sabtu malam, rencana berangkat ke Jogja. Pikiran mereka tampaknya sudah melayang jauh, membayangkan serunya perjalanan. Tempat-tempat yang akan dikunjungi, dan kebersamaan yang menyenangkan bersama teman-teman.

Ketika saya masuk kelas, saya sudah bisa merasakan energi itu. Beberapa siswa berbisik-bisik, yang lain tampak tersenyum sendiri, dan beberapa bahkan tampak membicarakan membeli pakaian untuk ibu, nenek dan adik mereka. Saya tahu, mengajar IPS di situasi seperti ini tidak akan mudah. Saya sudah mempersiapkan kertas sobekan untuk mereka. Saya melangkah membagikan ke setiap meja.

"Sebelum kita memikirkan tentang Jogja," saya membuka pembelajaran dengan nada tenang. Tawa kecil terdengar di sudut kelas. Tentu saja, "uang" bukan topik yang akan menghentikan mereka memikirkan liburan. Namun, saya punya ide lain.

"Baiklah, karena saya tahu kalian semua sudah tidak sabar untuk rekreasi, mari kita buat sesuatu yang menyenangkan," lanjut saya. "Saya akan meminta kalian membuat soal tentang uang, tapi pastikan soal itu seru dan lucu. Kalian bebas berkreasi."

Tiba-tiba, suasana kelas berubah. Semua mata tertuju pada saya, dan antusiasme mulai mengalir. Ternyata tantangan ini menarik perhatian mereka. Satu per satu siswa mulai menulis soal, tertawa sendiri, atau berdiskusi dengan teman sebangkunya. Beberapa menit kemudian, hasil-hasil kocak dan kreatif mulai bermunculan.

Sebelumnya saya berikan contoh agar mereka memiliki gambaran yang jelas. ”Apa bedanya uang dengan cinta?" "Uang disimpan di saku, cinta disimpan di hatiku!" jawab saya singkat, dan seisi kelas meledak dalam tawa.

Saya ikut tersenyum. Jawaban itu sederhana, tapi penuh makna. Siswa-siswa ini ternyata berpikir logis dengan sentuhan humor yang cerdas. Soal lain yang muncul juga tak kalah menarik. Ada yang bertanya, "Jika uang untuk beli barang, bisa nggak beli kebahagiaan?" dan dijawab temannya, "Bisa, Bu, asal barangnya Pop Mie buat dimakan saat jam  istirahat!"

Jawaban-jawaban seperti itu terus mengalir, menunjukkan bahwa meski pikiran mereka sedang setengah di Jogja, mereka tetap bisa fokus dan menghasilkan sesuatu yang kreatif. Saya bahkan merasa terhibur oleh cara berpikir mereka yang tidak hanya logis, tetapi juga penuh humor dan relevansi dengan kehidupan sehari-hari.

Selain bercanda, ternyata mereka juga memberikan jawaban-jawaban yang serius dan menunjukkan pemahaman yang baik tentang materi yang telah diajarkan. Saya mendapat banyak contoh soal yang bagus, dengan analisis yang tepat tentang fungsi uang dalam perekonomian dan kehidupan sosial. Siswa-siswa ini menunjukkan bahwa meskipun dalam suasana tidak sepenuhnya fokus, mereka tetap bisa mengeluarkan potensi terbaiknya.

Setelah waktu hampir habis, saya menyimpulkan pelajaran hari itu dengan perasaan puas. Saya melihat bagaimana pembelajaran tidak selalu harus kaku dan serius. Dengan sedikit fleksibilitas dan pendekatan kreatif, mereka tetap bisa belajar dengan antusias, bahkan di jam terakhir sebelum pulang, dan terlebih lagi menjelang liburan. Sambil menanti bel pulang ada yang usul untuk dibacakan beberapa tulisan mereka di depan kelas. Saya pun setuju dan mengapresiasi. Semua siswa bisa mendengarkan karya temannya dan tertawa bersama.

Ketika bel tanda pulang berbunyi, saya memberi mereka pesan singkat. "Nikmati rekreasi kalian besok, tapi ingat, uang dan cinta sama-sama penting. Uang mungkin bisa membeli perjalanan ke Jogja, tapi cinta pada pelajaran kalian yang akan membuat kalian sukses di masa depan." Mereka tersenyum, tampak siap untuk liburan, tetapi juga memahami pelajaran penting hari itu. Saya pun bangga melihat perkembangan siswa yang kreatif dan tetap logis di tengah semangat liburan. Sampai jumpa. Semoga dapat menginspirasi guru mata Pelajaran lain. Selamat mencoba dengan ATM (Amati Tiru dan modifikasi).

Kedungtuban, 18 Oktober 2024.

 

 

Senin, 07 Oktober 2024

Jejakku di Tahun 2021



                                                                Dokumen Pribadi

Karya: Gutamining Saida

Tahun 2021 menjadi salah satu tahun yang paling berarti dalam hidupku. Dengan berbekal ilmu menulis yang kupelajari selama beberapa waktu, aku memutuskan untuk terjun lebih dalam ke dunia penulisan. Tak ingin hanya berhenti sebagai teori, aku merasa perlu menguji sejauh mana kemampuan menulisku berkembang. Satu-satunya cara yang kupikirkan saat itu adalah mengikuti berbagai kompetisi menulis, baik itu lomba cerpen, puisi, ataupun jenis tulisan lainnya. Kompetisi ini menjadi sarana untuk melatih keterampilan dan mengukur pemahamanku dalam dunia literasi.

Setiap ada tawaran lomba menulis online, aku hampir selalu tertarik untuk ikut serta. Bukan karena mengejar hadiah atau penghargaan, tetapi lebih kepada tujuan pribadiku yaitu melatih diriku sendiri. Aku ingin tahu, sampai sejauh mana aku memahami ilmu yang sudah kupelajari, dan bagaimana reaksiku ketika karyaku dinilai oleh juri profesional. Hal ini kurasakan sebagai sebuah tantangan pribadi.

Namun, setiap kompetisi menulis hampir selalu memerlukan biaya pendaftaran, baik untuk pengelolaan lomba, cetak buku, maupun biaya administrasi lainnya. Meskipun terkadang nominalnya cukup besar, aku rela mengeluarkan uang tersebut. Aku menganggap ini sebagai investasi dalam diriku sendiri. Sebagai penulis pemula, tentu perlu ada pengorbanan, dan bagi diriku, pengorbanan tersebut adalah waktu, tenaga, dan uang. Aku tidak menganggap ini sebagai pemborosan, melainkan sebagai modal yang diperlukan untuk berkembang.

Di tahun 2021, aku fokus untuk mengikuti berbagai lomba. Setiap bulannya, aku mencari informasi terbaru tentang kompetisi yang diadakan secara online, baik di media sosial maupun di platform penulisan. Ada begitu banyak lomba yang kuikuti, mulai dari lomba cerpen bertema keluarga, hingga puisi bertema alam. Setiap tema yang diberikan selalu menjadi tantangan tersendiri, dan aku berusaha semaksimal mungkin untuk menyesuaikan tulisanku dengan tuntutan lomba. Proses ini membantuku untuk berpikir kreatif dan memperluas cara pandangku dalam menulis.

Seperti halnya dalam setiap perlombaan, menang dan kalah adalah bagian dari perjalanan. Aku pun mengalaminya. Ada beberapa kali aku berhasil memenangkan kompetisi dan melihat namaku tertera di daftar pemenang. Perasaan bangga itu muncul seketika, meskipun aku tahu bahwa ini hanyalah langkah kecil di perjalanan panjang yang kutempuh. Kemenangan tersebut memberikan keyakinan bahwa aku mampu bersaing dan menghasilkan karya yang layak dihargai.

Namun, tidak semua kompetisi berakhir dengan kemenangan. Beberapa kali aku mengalami kekalahan. Meskipun begitu, kekalahan tersebut tidak membuatku patah semangat. Aku selalu mengingatkan diriku bahwa tujuan utamaku adalah belajar, bukan semata-mata untuk menang. Kekalahan menjadi bagian penting dari proses pembelajaran. Melalui kekalahan, aku bisa melihat di mana letak kelemahanku, apa yang kurang dalam tulisanku, dan bagaimana aku bisa memperbaikinya di masa mendatang. Yang terpenting adalah aku sudah memberanikan diri untuk mencoba.

Namun, di tengah perjalanan mengikuti berbagai kompetisi, aku juga dihadapkan pada ujian yang tak terduga. Ada satu pengalaman pahit yang sempat membuatku kecewa dan frustrasi. Suatu hari, aku mendaftar untuk mengikuti sebuah kompetisi menulis puisi. Biaya pendaftaran yang diminta cukup besar karena termasuk biaya cetak buku dan hadiah bagi para pemenang. Aku dengan semangat mengirimkan karyaku dan membayar biaya tersebut. Setelah beberapa minggu menunggu, tidak ada pengumuman pemenang, tidak ada informasi apa pun tentang perkembangan kompetisi.

Aku mulai merasa ada yang tidak beres. Ternyata, panitia penyelenggara lomba tersebut membawa kabur uang pendaftaran tanpa mencetak buku atau mengumumkan pemenang. Mereka hilang begitu saja tanpa jejak. Saat itu, aku merasa sangat marah dan kecewa. Bukan hanya soal uang yang hilang, tetapi lebih kepada perasaan dikhianati setelah begitu banyak usaha yang aku curahkan dalam mengikuti lomba tersebut.

Namun, dari kejadian itu, aku belajar satu hal penting yaitu  aku harus lebih berhati-hati dalam memilih kompetisi menulis. Tidak semua penyelenggara lomba bertanggung jawab, dan aku harus lebih selektif sebelum memutuskan untuk mengikuti sebuah lomba. Pengalaman ini memberiku pelajaran berharga bahwa tak semua hal berjalan sesuai harapan, tetapi itu bukan alasan untuk berhenti mencoba.

Tidak semua penyelenggara lomba seperti itu. Ada banyak kompetisi menulis yang dikelola dengan baik, di mana karya-karya peserta benar-benar dihargai, dan hasil lomba diumumkan dengan transparan. Setelah kejadian tersebut, aku semakin teliti dalam memilih lomba-lomba yang aku ikuti. Aku mulai memastikan reputasi penyelenggara dan mencari testimoni dari para peserta sebelumnya.

Meski diwarnai berbagai tantangan, tahun 2021 juga menjadi tahun di mana aku bisa membuktikan sesuatu kepada diriku sendiri. Aku menyadari bahwa, meskipun usia tidak muda lagi dan aku masih berada di taraf belajar, aku tetap memiliki keberanian untuk terus melangkah dan menghadapi tantangan. Kompetisi-kompetisi yang aku ikuti tidak hanya memberikan pelajaran tentang menulis, tetapi juga tentang keteguhan hati dan kesabaran.

Kini, aku lebih percaya diri dan yakin bahwa kemampuan menulisku akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Kemenangan dan kekalahan dalam lomba hanyalah batu loncatan, dan yang terpenting adalah aku terus belajar dan tidak berhenti mencoba. Bagiku, menulis bukan sekadar tentang memenangkan penghargaan, tetapi tentang bagaimana aku bisa terus mengasah kemampuan dan mengekspresikan diri melalui kata-kata. Tahun 2021 menjadi bukti bahwa aku bisa dan berani melangkah lebih jauh menuju impianku.

 




                                                        Dokumen Pribadi

Inilah buku-buku hasil kompetisi di tahun 2021.

1.         CATATAN KENANGAN (Antologi Puisi), Januari 2021, Penerbit Ruang Karya

2.         GURU-GURU MASA DEPAN (Antologi Cerpen) Januari 2021, CV RWTC SUCCES

3.         CAHAYA  RAMADAN (Antologi Puisi), April 2021, Penerbit Zahir Publishing

4.        SELAKSA LUKA DALAM KENANGAN (Antologi Cerpen) Maret 2021, Penerbit AE Publishing

5.         DIALOK PATAH HATI (Antologi Puisi) April 2021, CV Salam Solution

6.         INSPIRASI DALAM UNTAIAN PUISI (Antologi Puisi) Mei 2021, Penerbit Oase Pustaka.

7.   WANITA PERJUANGAN DAN PENGABDIAN (Antologi Puisi) Mei 2021, Penerbit Lisa Publisher.

8.         RUANG KEHIDUPAN (Antologi Cerpen) Mei 2021, Penerbit Lisa Publisher.

9.         PUAN KARYA TERBAIK TUHAN (Antologi Puisi) Mei 2021 CV Catur Media Gemilang

10.     SECERCAH MENTARI (Kumpulan Cerita Anak) Juli 2021, Penerbit Zahir Publishing

11.     POERTRY COLLECTION (Kumpulan Puisi) Juli 2021, Penerbit Cancer Publisher Serang

12.     SEJUTA RASA DI PERSIMPANGAN (Antologi Puisi), Juli 2021, Penerbit Gania Sempana

13.     SEINDAH PELANGI (Kumpulan Cerita Anak) Agustus 2021, Penerbit Zahir Publishing

14.     KISAHKU KISAHMU (Pentigraf) Agustus 2021, Penerbit CV MUDILAN GROUP

15.   SAJAK DI UJUNG SENJA  (Antologi Puisi dan Quotes) Agustus 2021, Penerbit Piray Masterpiece Utama

16.  SERIBU BAIT CINTA SANG GURU SERI 1 (Antologi Puisi), Agustus 2021, Penerbit Literasi Indonesia.

17.     ARUNIKA KEBANGKITAN 9Antologi Puisi) Agustus 2021, Penerbit Kafein

18.     KETIKA AKSARA BERCERITA (Antologi Puisi) Agustus 2021, Penerbit Semesta Aksara

19. CORETAN AKSARA DI HARI YANG FITRI (Antologi Cerpen) Agustus 2021, Penebit AchipelagoPublisher

20. AKU PERNAH SALAH LANGKAH (Antologi Cerpen) Agustus 2021, Penerbit CV Sekolah Menulis Indonesia

21.     MAZE OF MEMORIS (Antologi Puisi) September 2021, Penerbit Lisa Publisher

22.     MELIFLUES AKSARA (Antologi Puisi) Penerbit Nursam

23.     SIMPONI WAKTU (Antologi Puisi) September 2021, Penerbit Lisa Publisher

24.     KETIKA PENA BERTUKAR KATA (Antologi Puisi) September 2021, Penerbit CV Safans Media Loka

25.   THE POWER OF YOU (AntologiCerpen) September 2021, Penerbit Sekolah Menulis Indonesia

26.     GURU LIMETID EDITION (Antologi Artikel, September 2021, Penerbit Pustaka Literasi

27.     SAJAK DI UJUNG SENJA ( Antologi Puisi) Oktober 2021, Penerbit nD   Media Publishing

28. RASA YANG TERSIRAT OLEH KATA (Antologi Puisi) Oktober 2021, Penerbit CV Insan Paripurna.

29.     SETITIK RASA BERIBU CANDU (Antologi Puisi) November 2021, Penerbit Cahaya Pelangi

30.     NENEKKU DALAM SAJAK (Antologi Puisi) November 2021, Penerbit Cahaya Pelangi

31.     SAJAK DAN AKSARA (Antologi Puisi) November 2021, Penerbit Cahaya Pelangi

32.   LUKA DAN RINDU YANG TERUCAP (Antologi Puisi), November 2021, Penerbit ND Media Publishing

33.     CINTA SENANDUNG RINDU (Antologi Puisi Desember 2021, Penerbit ND Media Publishing

Cepu, 8 Oktober 2024

 

 

Sabtu, 05 Oktober 2024

Mimpiku Menjadi Nyata

Dokumen Pribadi
Karya: Gutamining Saida

Sejak dulu, saya selalu memendam mimpi yang tampak sederhana namun penuh makna yaitu memiliki sebuah buku yang di covernya tertera nama saya sebagai penulis. Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya keinginan biasa. Namun bagi saya, itu adalah impian besar yang sudah tertanam sejak lama. Setiap kali memegang sebuah buku, saya selalu membayangkan bagaimana rasanya jika nama saya terpampang di sana. Bagaimana rasanya melihat nama itu dicetak rapi di sampul, lalu dibuka dan di setiap halaman terdapat hasil karya pikiran, perasaan, dan pengalaman saya sendiri.

Perjalanan saya menuju mimpi itu tidaklah mudah. Seperti halnya mimpi-mimpi besar lainnya, butuh waktu, usaha, dan tentu saja, kesabaran. Saya mulai menulis sejak usia muda, namun tulisan-tulisan saya dulu hanya berakhir di lembaran-lembaran kertas sebagai catatan pribadi yang jarang dilihat orang lain. Saya menulis cerita, hingga catatan harian tentang kehidupan sehari-hari. Meskipun hanya untuk diri sendiri, setiap tulisan itu adalah langkah kecil menuju mimpi besar saya.

Seiring berjalannya waktu, saya mulai berpikir lebih serius tentang impian itu. Saya ingin tulisan saya tidak hanya menjadi kenangan yang tersimpan dalam buku harian atau lembar-lembar kertas yang mungkin suatu hari hilang. Saya ingin menulis sesuatu yang bisa dibaca orang lain, sesuatu yang bisa meninggalkan jejak. Terutama bagi keluarga saya. Saya ingin cucu-cucu saya kelak bisa membaca tulisan-tulisan saya, mengenal siapa saya melalui kata-kata yang saya tulis.

Ada satu hal yang sangat penting bagi saya dalam menulis yaitu sebuah warisan. Saya ingin tulisan saya menjadi warisan bagi generasi mendatang, terutama cucu-cucu saya yang mungkin tidak sempat mengenal saya secara langsung. Mungkin di masa depan, ketika saya sudah tiada, mereka bisa membuka buku saya dan mengetahui siapa saya. Mereka bisa membaca pengalaman hidup saya, pemikiran-pemikiran saya, dan bagaimana cara saya memandang dunia. Lewat tulisan, saya ingin tetap hidup di dalam hati mereka, meskipun fisik saya tidak lagi ada.

Mimpi saya semakin besar. Saya tidak hanya ingin menulis untuk diri sendiri, tetapi saya ingin tulisan saya mampu menginspirasi orang lain, terutama cucu-cucu saya. Saya ingin mereka tahu bahwa menulis adalah salah satu cara terbaik untuk mengekspresikan diri, untuk berbagi pengetahuan, perasaan, dan pengalaman. Saya ingin tulisan saya menjadi motivasi bagi mereka untuk selalu berusaha lebih baik dalam hidup, di zaman mereka nanti yang pasti penuh tantangan dan perubahan.

Namun, untuk mencapai impian itu, tentu banyak hal yang harus saya lalui. Saya harus mengasah kemampuan menulis saya, belajar dari kesalahan, dan terus memperbaiki diri. Saya bergabung dengan komunitas penulis, membaca buku-buku dari penulis-penulis hebat, dan tak henti-hentinya mencoba menulis berbagai macam topik. Setiap kali ada kesempatan, saya ikut dalam lomba menulis atau mengirimkan tulisan saya ke media. Terkadang, saat lomba membuat puisi saya menang, tetapi lebih sering kalah. Namun, saya tidak pernah menyerah. Bagi saya, setiap kegagalan adalah pelajaran berharga untuk terus berkembang.

Akhirnya, setelah melalui berbagai tantangan dan rintangan, saya berhasil menulis sebuah buku. Rasanya sulit dijelaskan dengan kata-kata. Ketika pertama kali melihat buku itu terbit, dengan nama saya tertulis di sampulnya, ada kebahagiaan yang tak terhingga. Saya merasa sangat bangga, bukan hanya karena berhasil menerbitkan sebuah buku, tetapi karena ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. Ini adalah awal dari warisan yang ingin saya tinggalkan.

Setiap kali saya membayangkan cucu-cucu saya membaca buku itu, hati saya dipenuhi rasa haru. Mereka mungkin tidak akan sempat mengenal saya secara langsung, tetapi mereka akan mengenal saya melalui tulisan-tulisan saya. Mereka akan tahu apa yang saya rasakan, apa yang saya pikirkan, dan bagaimana cara saya menjalani hidup. Dan semoga, melalui tulisan itu, mereka bisa mendapatkan inspirasi untuk menjalani hidup mereka dengan lebih baik.

Menjadi penulis bukanlah perjalanan yang singkat, tetapi setiap langkah yang saya ambil membawa saya lebih dekat kepada tujuan itu. Dan saya bangga bisa mengatakan bahwa mimpi saya kini bukan lagi sekadar angan-angan. Saya sudah menapaki jalan menuju tujuan tersebut, dan saya siap untuk terus melangkah lebih jauh, meninggalkan jejak melalui kata-kata yang akan abadi.

Ini beberapa karya buku di tahun 2020, baik karya bersama dan karya sendiri.

1.  THE STORIES OF MOVE ON (Antologi Cerpen) Januari 2020, Penerbit UD  BOOKIES INDONESIA.

2.        CINTA TAK SENGAJA (Cerpen) Februari 2020, Penerbit Edwrite Publishing

3.        ASYIK BERSAMA IPS, April 2020, Penerbit Yayasan Sinar Edukasi Mandiri

4.        AIR MATA KEBAHAGIAAN, (Cerpen) Juni 2020, Penerbit Edwrite Publishing

5.        MENGINTIP KOTA CEPU, (Non Fiksi) , Agustus 2020,  Penerbit Ruang Karya

6.     ANTOLOGI THE POWER OF REVOLUSION, (antologi cerpen) Desember 2020, Penerbit CV Oase Pustaka

Cepu, 5 Oktober 2024


 

Selasa, 01 Oktober 2024

Hari Batik Bersama 9A



Dokumen Pribadi
Karya: Gutamining Saida

Hari ini, suasana di SMPN 1 Kedungtuban terasa berbeda dari biasanya. Pagi yang cerah menyambut seluruh warga sekolah yang datang dengan semangat. Hari ini adalah Hari Batik Nasional, dan sekolah menghimbau semua siswa, guru, dan staf untuk mengenakan pakaian batik sebagai bentuk perayaan sekaligus penghormatan terhadap warisan budaya bangsa Indonesia yang mendunia.

Setibanya di gerbang sekolah, pemandangan yang beragam langsung menarik perhatian. Biasanya, para siswa datang mengenakan seragam sekolah OSIS, pramuka dan batik identitas, namun hari ini semua tampil dalam berbagai corak dan warna batik yang memukau. Setiap siswa membawa nuansa yang berbeda dengan pilihan batik yang mereka kenakan. Ada yang memilih batik klasik dengan warna-warna natural, ada pula yang tampil berani dengan batik modern yang penuh warna dan motif yang bervariasi. Tak hanya siswa, para guru pun ikut serta, menampilkan ragam batik yang tak kalah indah.

Tak hanya sekadar mempercantik penampilan, penggunaan batik di sekolah hari ini juga memiliki makna mendalam. Batik bukan hanya kain yang dihiasi motif indah, tetapi juga merupakan simbol kekayaan budaya bangsa Indonesia yang telah diakui dunia. Pada tahun 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan bangsa Indonesia. Pengakuan dunia ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, termasuk warga SMPN 1 Kedungtuban yang merasa terpanggil untuk terus melestarikan budaya ini. Semua warga sekolah menyimak dengan penuh kebanggaan.

Batik itu tak sekadar kain, tapi juga proses yang panjang dan penuh makna. Ada batik tulis, batik cap, dan setiap motif batik memiliki cerita dan filosofi tersendiri. Misalnya, motif kawung melambangkan keinginan untuk menjaga kesucian hati. Batik tidak hanya ada di Jawa, tapi juga berkembang di berbagai daerah di Indonesia dengan ciri khas masing-masing.

Beberapa siswa dan guru memanfaatkan momen ini untuk berfoto bersama, mengabadikan momen perayaan Hari Batik dengan latar belakang sekolah yang asri. Media sosial sekolah pun dipenuhi unggahan foto-foto batik dari seluruh warga sekolah.

Memakai pakaian batik adalah bentuk apresiasi kita terhadap karya anak bangsa yang telah diakui dunia. Batik adalah bukti bahwa kita sebagai bangsa Indonesia mampu berinovasi dan menjaga warisan budaya dengan penuh kebanggaan.

Kreativitas bangsa Indonesia tentang batik terus berkembang. Dari batik tradisional hingga batik modern, semuanya menunjukkan betapa kayanya budaya kita. Batik adalah simbol dari keindahan, kerja keras, dan keahlian yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Melalui perayaan Hari Batik ini, seluruh warga sekolah semakin mencintai dan menghargai budaya Indonesia, serta bangga memperkenalkannya ke mata dunia. Mari kita terus jaga dan lestarikan batik, karena ini adalah identitas kita bangsa Indonesia.

Kedungtuban, 2 Oktober 2024