dokumen pribadi
Karya: Gutamining Saida
Pada Jumat siang, suasana di
kelas 9D terasa berbeda. Jam terakhir sebelum pulang adalah waktunya pelajaran
IPS, namun kali ini tantangannya bukan hanya soal materi. Para siswa sedang
dipenuhi semangat untuk acara rekreasi yang akan dilaksanakan keesokan harinya,
Sabtu malam, rencana berangkat ke Jogja. Pikiran mereka tampaknya sudah
melayang jauh, membayangkan serunya perjalanan. Tempat-tempat yang akan
dikunjungi, dan kebersamaan yang menyenangkan bersama teman-teman.
Ketika saya masuk kelas, saya
sudah bisa merasakan energi itu. Beberapa siswa berbisik-bisik, yang lain
tampak tersenyum sendiri, dan beberapa bahkan tampak membicarakan membeli
pakaian untuk ibu, nenek dan adik mereka. Saya tahu, mengajar IPS di situasi
seperti ini tidak akan mudah. Saya sudah mempersiapkan kertas sobekan untuk
mereka. Saya melangkah membagikan ke setiap meja.
"Sebelum kita memikirkan
tentang Jogja," saya membuka pembelajaran dengan nada tenang. Tawa kecil
terdengar di sudut kelas. Tentu saja, "uang" bukan topik yang akan
menghentikan mereka memikirkan liburan. Namun, saya punya ide lain.
"Baiklah, karena saya tahu
kalian semua sudah tidak sabar untuk rekreasi, mari kita buat sesuatu yang
menyenangkan," lanjut saya. "Saya akan meminta kalian membuat soal
tentang uang, tapi pastikan soal itu seru dan lucu. Kalian bebas berkreasi."
Tiba-tiba, suasana kelas berubah.
Semua mata tertuju pada saya, dan antusiasme mulai mengalir. Ternyata tantangan
ini menarik perhatian mereka. Satu per satu siswa mulai menulis soal, tertawa
sendiri, atau berdiskusi dengan teman sebangkunya. Beberapa menit kemudian,
hasil-hasil kocak dan kreatif mulai bermunculan.
Sebelumnya saya berikan contoh
agar mereka memiliki gambaran yang jelas. ”Apa bedanya uang dengan cinta?"
"Uang disimpan di saku, cinta disimpan di hatiku!" jawab saya singkat,
dan seisi kelas meledak dalam tawa.
Saya ikut tersenyum. Jawaban itu
sederhana, tapi penuh makna. Siswa-siswa ini ternyata berpikir logis dengan
sentuhan humor yang cerdas. Soal lain yang muncul juga tak kalah menarik. Ada
yang bertanya, "Jika uang untuk beli barang, bisa nggak beli
kebahagiaan?" dan dijawab temannya, "Bisa, Bu, asal barangnya Pop Mie
buat dimakan saat jam istirahat!"
Jawaban-jawaban seperti itu terus
mengalir, menunjukkan bahwa meski pikiran mereka sedang setengah di Jogja,
mereka tetap bisa fokus dan menghasilkan sesuatu yang kreatif. Saya bahkan
merasa terhibur oleh cara berpikir mereka yang tidak hanya logis, tetapi juga
penuh humor dan relevansi dengan kehidupan sehari-hari.
Selain bercanda, ternyata mereka
juga memberikan jawaban-jawaban yang serius dan menunjukkan pemahaman yang baik
tentang materi yang telah diajarkan. Saya mendapat banyak contoh soal yang
bagus, dengan analisis yang tepat tentang fungsi uang dalam perekonomian dan
kehidupan sosial. Siswa-siswa ini menunjukkan bahwa meskipun dalam suasana
tidak sepenuhnya fokus, mereka tetap bisa mengeluarkan potensi terbaiknya.
Setelah waktu hampir habis, saya
menyimpulkan pelajaran hari itu dengan perasaan puas. Saya melihat bagaimana
pembelajaran tidak selalu harus kaku dan serius. Dengan sedikit fleksibilitas
dan pendekatan kreatif, mereka tetap bisa belajar dengan antusias, bahkan di
jam terakhir sebelum pulang, dan terlebih lagi menjelang liburan. Sambil
menanti bel pulang ada yang usul untuk dibacakan beberapa tulisan mereka di
depan kelas. Saya pun setuju dan mengapresiasi. Semua siswa bisa mendengarkan
karya temannya dan tertawa bersama.
Ketika bel tanda pulang berbunyi,
saya memberi mereka pesan singkat. "Nikmati rekreasi kalian besok, tapi
ingat, uang dan cinta sama-sama penting. Uang mungkin bisa membeli perjalanan
ke Jogja, tapi cinta pada pelajaran kalian yang akan membuat kalian sukses di
masa depan." Mereka tersenyum, tampak siap untuk liburan, tetapi juga
memahami pelajaran penting hari itu. Saya pun bangga melihat perkembangan siswa
yang kreatif dan tetap logis di tengah semangat liburan. Sampai jumpa. Semoga
dapat menginspirasi guru mata Pelajaran lain. Selamat mencoba dengan ATM (Amati
Tiru dan modifikasi).
Kedungtuban, 18 Oktober 2024.
Terus lah bercerita tentang kls 9d,nanti di masa depan akan menjadi cerita yg berisi kenangan yg Indah di kls 9d
BalasHapussiap
BalasHapus