Minggu, 27 Oktober 2024

Kerinduan Seorang Ibu

Dokumen Pribadi


Karya: Gutamining Saida

Di suatu desa Balun Pasirejo yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kota, seorang ibu sedang menanti kabar dari anak laki-lakinya yang kini berada di Salatiga. Sudah lebih dari sebulan, anaknya tak memberinya kabar. Bukan hanya satu atau dua hari, tetapi hari demi hari berlalu tanpa satu pesan singkat pun. Hati sang ibu gelisah. Pikirannya terus melayang ke anaknya yang bekerja keras demi mewujudkan mimpi besar di kota itu. Dia paham, anaknya kini sedang berjuang, sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.  Namun naluri sebagai seorang ibu tetap saja menanti.

Di hari Minggu pagi, setelah beres urusan rumah, ibu ini akan memandangi layar teleponnya. Mengharapkan sekadar pesan kecil atau chats dari anaknya yang jauh. Sekali-sekali, dia mencoba mengetik pesan, lalu menghapusnya kembali. Tak ingin mengganggu atau terlihat merepotkan anaknya. Yang dia inginkan hanyalah sedikit kabar. Cukup satu pesan singkat yang mampu mengobati kerinduannya dan membuat hatinya tenang, tak lebih.

Setelah lama berdiam diri, akhirnya sore itu dia memberanikan diri untuk mengirim pesan. Jemarinya gemetar saat mengetik, “Nak, apa kabar? Umi, hanya ingin tahu kalau kamu baik-baik saja di sana.” Pesan yang sederhana, tapi mengandung harapan besar dari seorang ibu yang merindukan buah hatinya. Pesan terkirim, namun tak ada balasan langsung. Setiap menit terasa seperti seabad baginya. Waktu berjalan begitu lambat.

Satu jam berlalu. Ketika rasa cemas mulai menguasai, teleponnya berbunyi. Sebuah pesan masuk. Ternyata dari anaknya! Dia segera membuka pesan tersebut dengan hati yang berdebar-debar. “Maaf Mi, baru bisa balas. Aku baik-baik saja. Ini lagi di perjalanan pulang ke Salatiga dari Solo,” balas sang anak.

Betapa bahagianya hati ibu itu. Senyum mengembang di wajahnya. Walau hanya beberapa kata, balasan itu sudah cukup untuk menenangkan hatinya. Dia membalas dengan hati-hati, tak ingin membuat anaknya merasa terbebani. “Alhamdulillah, Nak. Umi senang mendengarnya. Semoga kamu sehat-sehat selalu dan dilancarkan semua urusan dan selamat sampai tujuan.” Dalam doanya, ibu ini mengucapkan harapan yang tulus untuk keselamatan dan kesuksesan anaknya.

Sang anak membalas dengan singkat, namun tetap membuat ibunya merasa terhubung, “Aamiiin, Umi. Terima kasih doanya.” Ibu ini memandangi pesan itu beberapa kali, seolah tak percaya dia baru saja berbincang dengan anak yang dirindukannya. Ia merasa lega mengetahui bahwa anaknya sehat dan dalam perjalanan yang aman.

Hari itu, setelah percakapan singkat mereka, ibu ini duduk termenung, memandangi layar ponsel yang kini hening. Meski rasa rindunya sedikit terobati, hatinya tetap berharap suatu hari nanti, saat anaknya tidak terlalu sibuk, ia akan menerima lebih banyak kabar. Barangkali satu telepon, atau beberapa pesan yang menunjukkan perhatian. Tak banyak, namun cukup untuk mengisi ruang kosong dalam hatinya. Bagi seorang ibu, perhatian kecil dari anak tercinta adalah hadiah tak ternilai yang mampu membawa kebahagiaan tersendiri.

Cepu, 27 Oktober 2024


Tidak ada komentar:

Posting Komentar