Rabu, 10 September 2025

Berharaplah Hanya Kepada Allah

 

Karya: Gutamining Saida

Perjalanan hidup manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesama. Kita berusaha berbuat baik, menolong, memberi perhatian, dan menjaga hubungan agar tetap harmonis. Sering kali kita menemui kenyataan pahit. Manusia bisa melupakan seribu kebaikan kita hanya karena satu kesalahan kecil. Sebuah kebaikan yang kita bangun bertahun-tahun bisa sirna dalam sekejap hanya karena satu ucapan yang menyinggung, satu kelalaian yang tidak disengaja, atau satu tindakan yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Inilah sifat manusia. Pandangan manusia sering kali terbatas, mudah menilai, bahkan cepat lupa terhadap kebaikan yang pernah diterimanya. 

Allah Subhanahu Wata'alla sudah menggambarkan hal ini dalam firman-Nya

“Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa kesusahan, niscaya ia berdoa dengan doa yang panjang.”
(QS. Fussilat: 51)

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia sering kali mudah lupa ketika berada dalam keadaan lapang, tetapi segera ingat saat kesusahan menimpa. Maka, wajar jika dalam hubungan antar manusia, kebaikan yang banyak bisa terhapus hanya karena satu kesalahan.

Berbeda dengan Allah Subhanahu Wata'alla, Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah Subhanahu Wata'alla menilai manusia dengan penuh kasih sayang. Satu kebaikan di sisi Allah Subhanahu Wata'alla bisa menghapuskan banyak kesalahan. Bahkan, Allah Subhanahu Wata'alla menjanjikan pahala berlipat ganda untuk satu amal baik, sedangkan kesalahan hanya akan dibalas sepadan dengannya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an yang artinya

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
(QS. Al-An’am: 160)

Dari ayat ini kita belajar bahwa Allah Subhanahu Wata'allatidak sama dengan manusia. Allah Subhanahu Wata'alla tidak menilai dengan hawa nafsu, dendam, atau ingatan yang singkat. Allah Maha Pemaaf, bahkan Dia bisa mengampuni ribuan kesalahan hanya dengan satu kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas.


Kisah Kehidupan Sehari-hari

Seorang guru di sebuah sekolah mungkin pernah mengalaminya. Bertahun-tahun ia mendidik dengan penuh kesabaran, membimbing murid-muridnya agar sukses. Suatu hari karena kelelahan, ia mungkin berbicara dengan nada tinggi atau menegur dengan keras. Sebagian murid bisa saja langsung menilai buruk: “Guru itu galak, guru itu tidak adil.” Semua kebaikan yang telah dilakukan seolah menghilang karena satu momen emosi.

Kisah ini nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini kita bisa belajar bahwa berharap pengakuan atau balasan dari manusia hanya akan mendatangkan kecewa. Harapan kepada manusia adalah patah hati yang disengaja. Sebab manusia memang lemah, terbatas, dan mudah lupa.


Harapan Sejati adalah Hanya kepada Allah

Allah Subhanahu Wata'alla menegaskan dalam firman-Nya:

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap, jika kamu benar-benar beriman.”
(QS. Yunus: 84)

Ayat ini memberikan petunjuk jelas bahwa harapan sejati hanyalah kepada Allah Subhanahu Wata'alla. Jika kita menggantungkan hati pada manusia, maka yang kita terima adalah luka, kecewa, dan rasa tidak dihargai. Jika kita melakukan segala sesuatu karena Allah Subhanahu Wata'alla, maka hasil akhirnya akan selalu indah. Bisa jadi manusia tidak melihat kebaikan kita, tapi Allah melihat. Bisa jadi manusia melupakan jasa kita, tetapi Allah Subhanahu Wata'alla tidak pernah lupa.


Kisah Nyata Inspiratif

Ada sebuah kisah yang sering diceritakan dalam majelis. Seorang lelaki di masa Rasulullah dikenal sebagai ahli maksiat. Ia melakukan banyak dosa, sampai masyarakat menjauhi dan mencap buruk dirinya. Namun pada suatu saat, ia benar-benar bertaubat dan melakukan satu amal kebaikan dengan ikhlas: memberi minum seekor anjing yang kehausan. Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah mengampuni dosa-dosanya karena amal kecil itu dilakukan dengan hati yang ikhlas.

Kisah ini menunjukkan bahwa Allah tidak sama dengan manusia. Manusia bisa melupakan banyak kebaikan karena satu kesalahan, tetapi Allah Subhanahu Wata'alla, bisa menghapuskan banyak kesalahan hanya dengan satu kebaikan yang tulus.

Hidup adalah perjalanan yang penuh warna. Jangan biarkan hati patah hanya karena penilaian manusia. Ingatlah bahwa Allah Maha Adil, Maha Melihat, dan Maha Menghargai setiap amal, sekecil apa pun. Oleh karena itu, lakukanlah segala sesuatu karena Allah Hidup adalah perjalanan yang penuh warna. Ada saat di mana kebaikan kita dilupakan, dan kesalahan kita dibesar-besarkan. Itu wajar, karena kita hidup di tengah manusia. Namun, jangan biarkan hati patah hanya karena penilaian manusia. Ingatlah bahwa Allah Maha Adil, Maha Melihat, dan Maha Menghargai setiap amal, sekecil apa pun.

Oleh karena itu, lakukanlah segala sesuatu karena Allah Subhanahu Wata'alla,. Biarkan Allah Subhanahu Wata'alla, yang menilai, biarkan Allah Subhanahu Wata'alla,yang memberi balasan, dan biarkan Allah Subhanahu Wata'alla, yang menenangkan hati kita. Dengan begitu, kita tidak akan mudah kecewa, karena harapan kita tertuju pada Zat yang tidak pernah mengecewakan hamba-Nya. Biarkan Allah Subhanahu Wata'alla,yang menilai, biarkan Allah yang memberi balasan, dan biarkan Allah yang menenangkan hati kita. Dengan begitu, kita tidak akan mudah kecewa, karena harapan kita tertuju pada Zat yang tidak pernah mengecewakan hamba-Nya.

Cepu, 11 September 2025


Tidak ada komentar:

Posting Komentar