Rabu, 12 Februari 2025

Cerita Yang Ditunggu

 


Rabu sore selalu menjadi waktu yang  saya tunggu-tunggu. Setelah dua hari jam mengajar penuh tanpa jeda. Saya akhirnya memiliki waktu untuk membuka kembali catatan ide yang telah saya simpan rapi. Di hari Senin dan Selasa, saya terlalu sibuk dengan tanggung jawab sebagai seorang guru. Dari jam pertama hingga jam terakhir. Saya berada di kelas, mengajar, membimbing, dan mendampingi siswa. Tiada kosong jam, bahkan saat istirahat saya lebih memilih untuk bersantai sejenak menikmati jeda waktu.

Rabu sore semua berubah. Saya duduk di depan meja kerja, membuka catatan ide yang sudah saya susun sebelumnya. Saya mulai mencurahkan pikiran ke dalam kata-kata. Saya ingin merangkai sebuah cerita. Cerita yang telah dinantikan oleh para pembaca setia saya. Ada kepuasan tersendiri saat  melihat deretan kalimat mulai tersusun rapi, mengalir menjadi kisah yang utuh.

Menulis bukan sekadar hobi bagi. Ini adalah bagian dari diri saya. Sebuah cara terbaik untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Setiap kata yang  saya tulis membawa makna. Setiap kalimat yang tersusun memiliki cerita tersendiri. Saya ingin setiap pembaca yang menemukan tulisan saya dapat merasakan sesuatu. Baik itu inspirasi, kebahagiaan, atau sekadar refleksi kecil tentang kehidupan.

Kadang menulis tidak semudah yang dibayangkan. Ada saat di mana saya menatap layar kosong, berpikir keras, tetapi tidak satu kata pun terangkai. Saya tidak pernah menyerah. Saya tahu bahwa setiap ide membutuhkan waktu untuk berkembang. Maka, ketika saya merasa buntu. Saya kembali membuka catatan ide, membaca ulang, mencari inspirasi dari sekeliling, atau sekadar mengambil jeda dengan menikmati segelas air putih.

Ketika akhirnya tulisan selesai dan saya merasa lega. Saya segera mengunggahnya ke blog, tempat di mana para pembaca bisa menikmatinya. Setiap kali menekan tombol "unggah," ada rasa bahagia yang tak bisa dijelaskan. Saya membayangkan bagaimana mereka akan membaca tulisan, bagaimana cerita ini mungkin akan menyentuh hati seseorang, atau memberikan makna bagi mereka yang membutuhkannya.

Saya tidak pernah mengharapkan pujian atau penghargaan besar dari menulis. Bagi saya, kebahagiaan tidak harus mahal. Cukup dengan mengetahui bahwa tulisan bisa dinikmati orang lain. Hal tersebut sudah membuat hati penuh rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Menjadi seseorang yang bermanfaat adalah anugerah terbesar dalam hidup. Saya bersyukur bisa berbagi ilmu di kelas sebagai seorang guru IPS.  Berbagi cerita di dunia maya sebagai seorang penulis. Kedua peran ini membuat hidup lebih berarti. Membuat saya merasa bahwa setiap hari yang berlalu memiliki makna.

Saya akan terus belajar menulis, merangkai kata, mengabadikan kisah, dan berbagi dengan dunia. Karena bagi seorang penulis, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar selain melihat tulisannya hidup di hati pembaca.

Cepu, 13 Februari 2025

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar