RESUME :
26
ANGKATAN :29
NARASUMBER :
MUTMAINAH
MODERATOR :
WIDYA AREMA
Alhamdulillah malam ini sampailah pada pertemuan ke
26. Rasa haru, senang, bahagia beradu dalam
kalbuku. Impianku hanya kurang dua langkah sudah sampai di finis. Doa dan harapanku
kulantunkan pada Sang Kuasa. Semoga diijabahkan dan dikabulkan bisa sampai pada
pertemuan terakhir yang ke 30. Aamiin.
Malam ini ditemani oleh moderator dari Malang.
Sebagai narasumber adalah ibu Mutmainah yang biasa disapa bu Emut berasal dari
Lebak Banten. Tema yang diambil yaitu MENULIS DENGAN HATI.
Apa itu Writing by Heart?
Sejatinya menulis adalah ketrampilan tertinggi setelah membaca dan
berbicara. Menulis dengan hati artinya jadikan hati sebagai inspirasi saat
menulis. Jadikan hati sebagai sumber untuk mengolah ide dan inspirasi yang
disampaikan melalui tulisan. Otak dan pikiran hanyalah alat dari proses menulis
yang bersumber dari hati tersebut.
Tulisan adalah jiwa, setiap yang
berjiwa pasti bisa menulis, tulisan dengan hati akan sampai ke hati.
TIPS MENULIS DENGAN HATI
1. LIBATKAN EMOSI.
Emosi yang dimaksud disini adalah emosi yg positif Tulis apa saja yang kita rasakan, kita amati, dan kita dengarkan. Tulis semuanya apa adanya, tanpa perlu diedit terlebih dahulu. Jika kita menulis sambil mengedit tulisan kita tidak akan jadi. Saat menulis libatkan emosi kita. Beri warna dan rasa pada tulisan kita. Saat kita menuliskan tentang kesedihan gambarkan kesedihan itu. Bagaimana rasanya sedih, tulis saja seperti kita sedang berbicara curhat pada sahabat kita jika kita sedang sedih. Saat kita sedang marah sampaikan rasa amarah itu dalam kata kata. Sehingga seolah pembaca merasakan aura kemarahan kita.
2. LIBATKAN PANCA INDERA.
Tiga sahabat itu meringkuk ketakutan. Di tengah
samudra biru, mereka terombang-ambing di atas kapal yang sudah lubang sana
sini. Tangan mereka terikat jaring dengan kuat, sementara mulut kelu dalam
gigil kedinginan. Dari kejauhan sesosok makhluk yang besar semakin mendekati
mereka. Makhluk itu sangat besar, tingginya melebihi pohon kelapa. Badannya
sebesar gedung tingkat delapan. Surainya mencuat tinggi berwarna keperakan
disinari matahari. Entah makhluk apa yang mereka lihat. Matanya yang merah
menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan ekornya dengan kuat. Byuuuurrrr, seketika
air laut bergejolak setinggi 30 meter. Baju mereka basah kuyup, rasa dingin
bukan masalah terbesar mereka. Tapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu …
Naah bagaimana saat bpk/ibu
membaca paragraf ini. Tentu kita juga merasakan dingin, dan ketakutan seperti
ketiga sahabat itu bukan. Jadikan tulisan kita memiliki rasa takut, senang,
melalui melihat, mendengar, membau. Libatkan semua panca indera.
3. TULIS SESUATU YANG KITA SUKAI.
Bapak ibu pasti pernah merasa jatuh cinta kan?
Bagaimana kita menggambarkan orang yang kita sukai. Hemmm pasti paket lengkap
untuk mendeskripsikannya. Mulai wajahnya
penampilannya, sikapnya. Bahkan senyumnya pun kita bisa melukiskannya
dengan jelas.
Kenapa bisa seperti itu? Kuncinya karena SUKA Jangan menulis sesuatu
yang tidak kita sukai. Ibaratnya jika Anda tidak menyukai minum kopi, jangan
memaksa minum kopi. Pasti tidak akan menggambarkan kopi itu secara obyektif
bukan?
Intinya tulis sesuatu yang kita sukai. Jangan menulis karena terpaksa.
Ingat tulisan yang ditulis dengan terpaksa hanya akan berupa rangkaian huruf
tanpa nyawa. Kosong, bisu dan tak membekas di hati pembaca
Menulis adalah soal perasaan. Tidak cukup hanya
pengetahuan, seorang penulis harus memiliki pemahaman. Pemahaman dimulai dari
memahami diri sendiri baru memahami orang lain. Penulis yang punya rasa akan
menjadi sensitif dan mampu menangkap banyak hal. Efek ke tulisan, tulisannya
akan menjadi lebih dalam dan dapat dimaknai oleh pembaca karena menyentuh
pembaca. Dengan melibatkan rasa, penulis akan merasakan pengalaman keterlibatan
sesuatu yang menggelegak dari dalam dirinya dan hal itu kemudian akan ditangkap
oleh pembacanya. Merasa nggak?
Menulis adalah seni. Seni adalah keindahan. Seni
adalah kreativitas. Seni juga bisa berarti jalan. Dengan seni, penulis memiliki
jalan yang otentik di dalam karya-karyanya yang sulit ditiru oleh orang lain.
Jadi hal ini adalah sebuah ciri khas mendalam dari penulis.
4. JANGAN MENGHARAP PUJIAN.
UNTUK APA KITA MENULIS? Jika kita menulis hanya
karena pujian, orientasi kita bukan pada segi manfaat tulisan kita. Tapi semata
mata karena ingin dipuji. Dan saat tulisan kita sepi dari pujian maka kita akan
badmood bahkan malas untuk menulis.
Berbeda dengan jika menulis
semata2 karena ibadah ingin menebarkan sesuatu yg menghibur, yg bermanfaat.
Dipuji atau tanpa dipuji kita akan terus melaju dengan tulisan kita.
WHO artinya kenali siapa yang akan membaca tulisan kita.
Jika kita ingin tulisan kita mengena pada remaja maka posisikan diri
kita sebagai remaja. Mulai dari gaya bahasa, topik dan hal- hal yang lagi
digandrungi remaja.
Jadikan diri bpk/ibu sebagai pembaca.
DO artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca. Dengan
harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan sesuai
tujuan tulisan kita.
Seorang penulis hendaknya suka membaca. Ibarat
kendaraan maka membaca adalah bahan bakar seorang penulis. Dengan membaca kita
akan kaya akan ide, bahasa dan bahsn menulis.
Dikutip dari Rencanamu.id (24/09/18), hasil dari penelitian Stephen D.
Krashen dalam bukunya yang berjudul Writing: Research, Theory, and Application,
bahwa ada hubungan antara kegiatan membaca dan menulis. Responden yang
merupakan para penulis itu ternyata gemar membaca sejak kecil dan mengaku sudah
terbiasa menulis sejak masih sekolah.
Jadi, semakin banyak seseorang membaca, wawasan dan pengatahuannya pun
akan semakin luas, sehingga memiliki banyak referensi atau ide untuk menulis.
Dengan kata lain, tiap kalimat yang dituliskan akan mengalir mudah, karena
sudah mempunyai bekal informasi.
Mulutmu bisa berbohong tapi tulisanmu tidak. kata
orang apa yang tertulis tak mampu berbohong bahwa tulisan adalah isi hati
penulis, saat matamu bisa berbohong maka tulisanmu tidak, artinya tulisan kita
adalah gambaran dari kita
8. KONSISTEN.
Poin yang ke 8 ini sangat mudah dikatakan tapi susah dilakukan. Ibarat berjalan selalu ada karang yang menghadang. Angin badai menerpa, meruntuhkan kesadaran. tapi yakinlah itu semua hanya kerikil tajam sandungan. Kan memperkokoh genggaman tangan dalam satu TUJUAN yakni menjadi penulis. Saat lelah mendera, pikiran buntu, atau writer block menyerang istirahatlah. Tapi setelah itu ayunkan kaki lebih tinggi. Tulisan yang dibuat dengan hati aksn sampai pada hati pula. Tulisan itu akan membius dan membekas dihati pembacanya. Saat tulisan kita memiliki SOUL, maka tulisan itu tidak akan membosankan. Melekat dalam ingatan.
MANFAAT MENULIS DENGAN HATI
1. Lebih menyentuh pembaca
Tulisan yang dihasilkan dari luapan emosi, akan lebih menggugah pembaca.
Sebaiknya tulisan yang datar, akan terasa membosankan.
Saat menulis, Anda tidak hanya memproduksi kata-kata, namun Anda
tengah memproduksi rasa. Maka hadirkan perasaan dan emosi positif saat menulis.
Instal dalam diri Anda emosi positif sehingga membanjiri diri Anda selama
proses menulis. Emosi positif ini akan membimbing untuk terus menerus
mengeluarkan kata-kata. Coba rasakan tulisan Anda yang terbimbing oleh emosi
positif, pasti sangat berbeda dengan apabila tulisan terbimbing oleh emosi
negatif.
2. Ketika kita sedang menulis sebuah novel sepenuh jiwa, maka tulisan
tersebut akan memiliki nyawa dan seolah-olah bisa dirasakan secara nyata oleh
pembaca. Kita pasti pernah membaca sebuah buku yang membuat kita merasa masih
larut dalam cerita meskipun sudah selesai membacanya? Bisa jadi penulis buku
tersebut sangat menjiwai tulisannya.
3. Lebih mudah menyusun cerita.
Tentu kita pernah merasakan writer block, tak ada
ide menulis. Jangankan menulis paragraf. Membua kalima saja kadang idak
erangkai. Maka cobalah menulis dengan hati. Kita semua bisa tulis yang ada
disekeliling kita. Rasakan dengan indera. Tulis saja tanpa mengindahkan kaidah
penulisan.Tulis saja seolah kita berbicara. Menulis dengan berbagai rasa lewat
abjad dan menyentuh hati pembaca lewat tulisan.
1. Hari
ini hujan turun lebat. Budi sang penjual koran duduk kedinginan di trotoar
dengan menahan rasa lapar.
2.
Awan mendung terlihat menghitam, suara tetesan hujan
semakin menderas. Sesekali terdengar cahaya kilat dan suara petir memekakkan
telinga. Si Budi kecil penjual koran menggigil dalam beku. Matanya perih
menahan tetesan hujan. Mulutnya membiru. Seakan membeku. Tangan dan kakinya
kelu dan lunglai menahan lapar seharian. Tuhan berikan rezeki untuk bisa
kumakan hati ini pintanya syahdu menahan awan kelabu.
Contoh ke dua tentu
lebih menyentuh hati dan mengena sebab ditulis dengan sepenuh hati. Berbeda dengan ke satu
terasa datar.
Alhamdulillah terimakasih ilmunya bu Mutmainah dan
moderator. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar