Siang itu rumah terasa tenang. Matahari berada tepat di atas kepala, cahayanya jatuh lembut di ruang tengah. Udara memang terasa hangat, tetapi suasana hati terasa sejuk karena tawa kecil Kakak Zaskia yang sibuk menyiapkan diri untuk membuat sebuah karya. Saya sengaja memilih waktu siang, saat aktivitas rumah mulai melambat, agar anak bisa belajar fokus dan menikmati proses tanpa tergesa-gesa.
Kakak Zaskia siang ini sedang membuat karya. Sebuah karya sederhana, namun sarat makna yaitu gambar ikan yang akan diberi taburan tepung roti. Sebelum memulai, saya sudah memilihkan gambar ikan hias. Ada ikan yang berwarna kuning cerah, mengingatkan pada keindahan ciptaan Allah Subhanahu Wata'alla yang hidup di dalam air. Saya ingin Zaskia mengenal bahwa makhluk Allah tidak hanya hidup di darat, tetapi juga di lautan luas yang menyimpan banyak keajaiban.
Saya sengaja menyediakan gambar ikan dan bahan taburnya adalah tepung roti. Pertimbangannya sederhana yaitu memanfaatkan bahan yang murah, mudah didapat, dan selama ini mungkin hanya dikenal sebagai pelengkap makanan. Saya menduga cucu saya belum pernah menggunakan tepung roti sebagai media berkarya. Saya ingin memberikan pengalaman baru, karena belajar tidak harus selalu dengan alat mahal. Dari hal sederhana pun, kita bisa mengajarkan banyak hal.
Sebelum memulai, saya mengajak Kakak Zaskia membaca basmalah. Saya ingin menanamkan kebiasaan bahwa setiap aktivitas yang baik seharusnya dimulai dengan mengingat Allah Subhanahu Wata'alla. Berkarya pun bisa menjadi bagian dari ibadah jika diniatkan untuk belajar, bersyukur, dan mengasah kesabaran. Saya menjelaskan bahwa ikan adalah makhluk Allah Subhanahu Wata'alla yang hidupnya teratur, berenang tanpa pernah bertabrakan, seolah selalu patuh pada aturan Sang Pencipta.
Proses pembuatan karya itu sangat sederhana. Kakak Zaskia hanya perlu mengoleskan perekat di bagian gambar ikan, lalu menaburkan tepung roti di atasnya. Dalam kesederhanaan itu, tersimpan pelajaran besar. Tepung roti harus ditaburkan perlahan agar menempel dengan baik. Jika terlalu cepat, hasilnya akan berantakan. Saya melihat Zaskia mencoba menahan tangannya, meski sesekali terlihat ingin cepat selesai.
Saya teringat bahwa anak kecil memang mudah bosan. Mereka ingin cepat selesai agar bisa segera beralih ke kegiatan lain. Dugaan saya pun demikian. Namun kali ini, dugaan itu tidak sepenuhnya benar. Kakak Zaskia justru menunjukkan semangat yang berbeda. Ia menikmati setiap taburan tepung roti, memperhatikan bagian-bagian kecil gambar ikan, dan sesekali bertanya apakah sudah rapi.
Saya tidak banyak mencampuri. Saya hanya menemani dari dekat, memberi arahan seperlunya. Saya ingin Zaskia belajar bertanggung jawab atas karyanya sendiri. Saya bersyukur melihat kesungguhan itu. Allah Maha Membolak-balikkan hati. Di usia yang masih sangat belia, Allah Subhanahu Wata'alla sudah menitipkan potensi sabar dan tekun dalam diri cucu saya.
Saat karya hampir selesai, ikan hias berwarna kuning itu tampak semakin hidup. Tekstur tepung roti memberi kesan unik, berbeda dari gambar biasa. Wajah Kakak Zaskia tampak puas. Ia tersenyum, matanya berbinar melihat hasil tangannya sendiri. Saya memuji usahanya, bukan hanya karena hasilnya terlihat bagus, tetapi karena ia mampu menyelesaikan proses sampai akhir.
Saya lalu menyampaikan pelajaran kecil kepadanya. Bahwa hidup juga seperti membuat karya ini. Jika kita tergesa-gesa, hasilnya kurang maksimal. Tetapi jika dikerjakan dengan sabar dan sungguh-sungguh, Allah Subhanahu Wata'allaakan memberikan hasil yang indah. Saya ingin Zaskia memahami bahwa kesabaran adalah kunci dalam belajar.
Saya bersyukur kepada Allah bukan karena karya itu semata, tetapi karena siang ini memberi pelajaran berharga melalui tepung roti yang sederhana. Dari bahan murah, lahir pengalaman baru. Dari aktivitas kecil, tumbuh nilai besar.
Saya berharap, kelak Kakak Zaskia akan mengingat momen ini. Bahwa belajar tidak selalu harus cepat, tidak selalu harus berganti-ganti. Ada kalanya kita perlu bertahan, menyelesaikan satu hal dengan penuh tanggung jawab. Semoga dari karya ikan bertabur roti ini, Allah tanamkan syukur, dan cinta pada hati cucu saya, hingga kelak tumbuh menjadi pribadi yang kuat iman dan akhlaknya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar