Karya : Gutamining Saida
Embun belum sepenuhnya hilang dari dedaunan, udara masih membawa kesejukan khas pagi Jum’at yang penuh berkah. Di tengah kesibukan bersiap menuju kegiatan rutin, tiba-tiba muncul dorongan halus dalam hati: “Aku ingin berbagi hari ini.” Bukan karena ada agenda tertentu, bukan pula karena ingin dipuji siapa pun. Hanya sebuah getaran kecil yang muncul begitu saja, seolah Allah Subhanahu Wata'alla sedang berbisik lembut lewat hati.
Sejak beberapa waktu terakhir saya memang belajar satu hal bahwa hidup ini menjadi lebih lapang ketika kita belajar berbagi. Berbagi bukan melulu soal harta. Terkadang tenaga yang kita curahkan untuk membantu orang lain sudah menjadi sedekah. Terkadang senyuman yang membuat hati seseorang tenang juga menjadi sedekah. Bahkan cerita kecil yang mampu menguatkan seseorang di titik terendah hidupnya adalah sedekah juga.
Ketika dorongan untuk berbagi muncul, saya terdiam sejenak. Bukan memikirkan apa yang harus dibagikan, tetapi merenungkan bagaimana Allah Subhanahu Wata'alla selalu memberi ruang yang begitu luas kepada hamba-Nya untuk melakukan kebaikan. Tidak ada batas. Tidak ada syarat. Tidak ada istilah “harus banyak dulu baru dianggap bernilai.” Setiap kebaikan, sekecil apa pun, dihitung oleh-Nya. Bahkan lebih dari itu akan dibalas berkali lipat dengan cara yang tidak disangka-sangka.
Saya teringat banyak hal yang telah terjadi dalam hidup. Ada saat-saat ketika saya merasa apa yang saya lakukan tampak tidak berarti. Ada masa ketika saya melakukan kebaikan kecil untuk memberi waktu, tenaga, atau sekadar mendengarkan seseorang bercerita namun tak seorang pun mengetahuinya. Kadang pernah terlintas perasaan ingin dianggap, ingin dipuji, ingin orang melihat bahwa kita sudah berbuat sesuatu. Tapi semakin lama berjalan, semakin saya menyadari bahwa ketika suatu kebaikan dilakukan dengan harapan kepada manusia, justru di situlah kita akan banyak mengecap rasa kecewa.
Manusia lupa. Manusia berubah. Manusia punya standar penilaian yang sering kali tidak sejalan dengan usaha kita.Tetapi ... Allah Subhanahu Wata'alla tidak pernah lupa. Satu kebaikan yang kita lakukan dalam diam, satu senyum yang kita berikan tanpa pamrih, satu doa yang kita panjatkan diam-diam untuk orang lain semuanya tersimpan rapi di sisi-Nya. Tidak ada yang sia-sia.
Itu sebabnya saya ingin berbagi kisah ini. Bukan karena ingin dianggap baik oleh siapa pun, tetapi karena semoga ada setitik manfaat untuk mereka yang membaca, setitik motivasi agar tidak lelah berbuat baik, setitik keteguhan agar tetap melangkah meski tak seorang pun melihat.
Perjalanan hidup ini, saya belajar bahwa berbagi tidak hanya menyejukkan hati orang lain, tetapi justru lebih dulu menyembuhkan hati kita sendiri. Ada kesenangan yang sulit dijelaskan ketika melihat orang lain tersenyum karena uluran kecil dari kita. Ada ketenangan yang muncul ketika kita mengikhlaskan sesuatu yang mungkin sebenarnya juga kita butuhkan, tapi kita dahulukan orang lain. Ada rasa lapang yang Allah Subhanahu Wata'alla tanamkan ketika kita tidak mengharapkan apa pun selain ridha-Nya.
Begitu juga ketika berbagi cerita. Kadang, orang lain tak butuh uang atau barang. Mereka hanya butuh mendengar bahwa ada orang lain yang pernah mengalami hal serupa, pernah terjatuh sekuat itu, pernah bingung sedalam itu, atau pernah merasa tidak mampu seperti yang mereka rasakan. Cerita itu bukan sekadar kata-kata. Ia adalah jembatan hati. Ia adalah motivasi yang kadang mampu menghidupkan kembali semangat seseorang yang hampir padam.
Saya ingin, melalui tulisan ini, ada satu saja hati yang kembali kuat. Satu saja jiwa yang kembali bertahan. Satu saja langkah yang kembali tegak karena tahu bahwa kebaikan sekecil apa pun tidak akan pernah hilang. Bahwa Allah Subhanahu Wata'alla selalu melihat. Selalu mendengar. Selalu membalas.
Maka di pagi Jum’at yang penuh berkah ini, saya hanya ingin mengingatkan diri sendiri dan siapa pun yang membaca tulisan ini jangan pernah takut berbuat baik. Jangan kecilkan diri sendiri hanya karena kebaikan kita tampak sederhana. Jangan ragu menyebar manfaat meski tidak ada sorotan. Karena pahala yang besar sering kali bersembunyi di balik amal-amal kecil yang dilakukan dengan tulus.
Jika suatu hari ada godaan untuk berhenti karena merasa tidak dihargai, ingatlah satu hal bahwa, "Kita tidak sedang bekerja untuk manusia. Kita sedang bekerja untuk Allah Subhanahu Wata'alla." Maka biarlah manusia berkata apa pun. Biarlah dunia menganggap itu kecil. Yang penting Allah Subhanahu Wata'alla ridha. Yang penting hati kita tetap lembut. Yang penting niat kita tetap lurus. Setiap niat baik, sekecil apa pun, akan kembali kepada kita meski lewat jalan yang tidak pernah kita bayangkan.
Semoga tulisan sederhana ini menjadi bagian dari Jum’at berbagi hari ini. Semoga Allah Subhanahu Wata'alla menjadikannya amal jariyah yang mengalir tanpa henti. Semoga kita semua diberi kemampuan untuk terus menjadi insan yang bermanfaat, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. Aamiin. SALAM BERBAGI UNTUK KITA SEMUA.
Cepu, 5 Desember 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar