Jumat, 24 Oktober 2025

Ngemil Bareng Kelas 7G

Karya : Gutamining Saida 
Hari Jumat selalu menjadi hari yang penuh cerita di sekolah. Entah mengapa, suasana di hari itu selalu terasa lebih santai dan hangat, meskipun tetap dalam suasana belajar. Mungkin karena semua siswa sudah menanti datangnya akhir pekan, atau mungkin juga karena di hari itu ada banyak momen kebersamaan yang tercipta secara alami. Begitu pula hari Jumat kali ini, saat saya mendapat jadwal mengajar di kelas 7G pada jam terakhir.

Jam terakhir sering kali menjadi waktu yang cukup menantang bagi guru mana pun. Setelah seharian belajar, siswa biasanya sudah mulai lelah, pikiran mereka tak jarang sudah terbang ke rumah, membayangkan istirahat, bermain, atau sekadar rebahan sambil menonton YouTube. Saya tidak ingin suasana di kelas 7G menjadi lesu. Saya ingin membuat mereka tetap semangat, walau sudah di penghujung hari. Maka saya menyiapkan ide sederhana namun menyenangkan yaitu ngemil bareng sambil belajar.

Begitu saya masuk ke kelas, saya langsung disambut oleh riuhnya suara siswa. “Assalamualaikum, Bu!” kata mereka serempak. Saya tersenyum, lalu menjawab, “Waalaikumsalam anak-anak. Siapa di sini yang sudah makan ?” Hampir semua mengangkat tangan, tapi beberapa tampak malu-malu.

Ternyata saat istirahat tadi, banyak di antara mereka sudah membeli makanan di kantin sekolah. Ada yang beli nasi pecel, nasi goreng, nasi geprek, cireng, bahkan ada yang hanya membeli minuman segar. Saya ikut senang melihat mereka sudah makan, karena belajar dalam keadaan lapar tentu tidak nyaman.

Saya pun berkata, “Kalau begitu sekarang waktunya kita ngemil bareng!” Sontak kelas langsung bersorak gembira. “Asyiiik! Ngemil bareng, Bu!” teriak Vino  dengan wajah berseri-seri. Saya lalu mengeluarkan beberapa bekas bungkus Mak Cabe dan potato stick yang sudah saya siapkan sebelumnya, juga beberapa bungkus Energen rasa kacang hijau dan jahe.

“Wah, Bu, ini favorit saya!” ujar Farel yang duduk di barisan tengah.
“Bu, saya mau yang rasa jahe, biar anget,” timpal Kaila sambil tertawa kecil.

Sambil menempel bungkus cemilan di papan tulis, saya menjelaskan bahwa hari ini akan belajar dengan cara yang berbeda. Kita akan diskusi kelompok sambil menikmati camilan dibelakang bungkus ada pertanyaan yang harus diselesaikan bersama. Saya bentuk kelompok kecil beranggotakan empat orang agar mereka lebih mudah berinteraksi dan berbagi pendapat.

Mereka pun segera menggeser meja, membentuk kelompok  kecil. Suasana berubah menjadi akrab dan hangat. Di tiap kelompok tampak wajah-wajah ceria yang asyik membalik  bungkus snack, bungkus Energen, lalu menyiapkan buku catatan dan tugas diskusi. 

Saya berkata pelan, “Ingat, anak-anak. Hari ini kita belajar bukan hanya dengan otak, tapi juga dengan hati yang senang. Kalau suasana belajar menyenangkan, ilmu akan lebih mudah masuk.” Mereka mengangguk penuh semangat.

Topik pelajaran kali ini tidak terlalu berat, tapi cukup menantang yaitu perubahan sosial dan dinamika sosial. Setiap kelompok saya beri tugas untuk mendiskusikan beberapa tema. Saya hanya membimbing dari satu kelompok ke kelompok lain. 

Saya memperhatikan mereka satu per satu. Tidak ada yang mengantuk. Tidak ada yang sibuk dengan hal lain. Semua terlibat aktif. Bungkus cemilan di tangan mereka justru membuat suasana makin hidup, bukan malah mengganggu. Ada tawa, ada canda, tapi tetap fokus.

Saat waktu diskusi hampir selesai, saya meminta tiap kelompok menuliskan hasilnya di buku tulis.
“Anak-anak, kalian hebat hari ini,” ujar saya sambil tersenyum. “Tadi kalian buktikan bahwa belajar tidak harus selalu tegang. Saat kita bahagia, kerja kelompok pun terasa ringan. Berat akan terasa mudah kalau dikerjakan bersama-sama.”

Beberapa siswa mengangguk, dan saya melihat raut bangga di wajah mereka. Mereka merasa dihargai. Saya tahu, momen kecil seperti ini bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap pelajaran.

Ketika bel panggilan untuk mengambil MBG berbunyi, tidak ada wajah lelah yang saya lihat. Sebaliknya, mereka tersenyum puas. Beberapa petugas keluar kelas, untuk mengambil jatah makan. Sandi berkata, “Bu, kalau belajar sambil ngemil kayak gini, saya jadi semangat. Nggak kerasa jamnya cepat banget.”
Saya tertawa dan menjawab, “Nah, itu tandanya kamu menikmati belajar. Tapi ingat, yang penting semangatnya.”

Dalam hati saya berkata, Ternyata cara sederhana seperti ini bisa membuat belajar jadi berkesan.
Hari Jumat di jam terakhir, berubah menjadi pengalaman yang penuh tawa, kebersamaan, dan makna. Saya pulang dengan hati ringan dan bahagia. Di kepala saya berputar satu kalimat yang akan selalu saya ingat bahwa belajar dengan senyum lebih bermakna daripada belajar dengan paksaan.
Cepu, 24 Oktober 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar