Jumat, 17 Oktober 2025

Auryn Yang Penuh Warna




Karya : Gutamining Saida 
Kelas 7G adalah kelas yang sangat istimewa bagi saya. Sejak awal tahun pelajaran dimulai, saya sudah merasa bahwa kelas ini berbeda dari yang lain. Suasananya selalu hidup, ramai, dan penuh kejutan. Begitu saya melangkah masuk ke kelas, suara riuh rendah sudah menyambut, seperti alunan orkestra yang tak pernah beristirahat. Ada yang bercanda, ada yang tertawa, ada pula yang berdebat kecil hanya karena masalah sepele. Tapi di balik semua itu, tersimpan energi positif yang membuat saya justru bersemangat setiap kali mengajar di sana.

Di antara deretan wajah ceria itu, ada satu siswi yang selalu menonjol Auryn. Nama lengkapnya panjang sekali, dan hingga kini, setelah empat bulan berjalan, saya masih belum hafal seluruhnya. Saya sempat mencoba beberapa kali mengingatnya, tapi entah kenapa selalu lupa. Nama-nama anak zaman sekarang memang unik dan kadang sulit diucapkan. Ada yang campuran modern, ada yang mengandung unsur bahasa asing, dan ada pula yang terdengar seperti nama tokoh di film fantasi. Begitulah juga dengan nama panjang milik Auryn.

Namun meski saya tidak hafal nama lengkapnya, saya sangat hafal sosoknya. Auryn adalah anak yang tidak pernah bisa disembunyikan keberadaannya. Suaranya saja sudah menjadi tanda paling khas. Ia bisa berbicara dengan volume yang, seolah, tak memiliki tombol “pelan”. Kadang, suaranya sampai menembus dinding kelas. Saya sering bergurau dalam hati, kalau saja ada lomba “suara paling kuat”, mungkin dia akan jadi juaranya tanpa lawan.

Setiap kali saya memulai pelajaran dan baru mengucap satu dua kata, selalu saja ada suara khas Auryn yang menyahut lebih cepat.
Misalnya ketika saya berkata, “Anak-anak, hari ini kita belajar tentang... ”
Belum sempat saya lanjutkan, ia sudah menyela, “Tentang IPS, kan, Bu?”
Saya hanya bisa tertawa kecil dan menatapnya sambil berkata, “Auryn, sabar dulu, Bu baru mulai ngomong.”
Dia langsung tersenyum lebar, dan teman-temannya ikut tertawa. Momen seperti itu sering sekali terjadi, sampai-sampai teman-teman sekelasnya hafal polanya.

Tapi begitulah Auryn. Ia mungkin keras suaranya, tapi hatinya lembut. Ia termasuk anak yang ramah dan pandai bergaul. Hampir semua anak di kelas 7 mengenalnya, bahkan dari kelas lain pun ada yang tahu siapa dia. Sifatnya yang supel membuatnya mudah diterima di mana pun. Ia punya banyak teman, dari yang pendiam sampai yang sama-sama cerewet seperti dirinya.

Auryn juga termasuk anak yang tidak bisa diam. Ia selalu punya energi lebih, seolah setiap detik ada saja yang ingin dilakukannya. Kadang ia berjalan ke depan kelas hanya untuk menunjukkan gambar, kadang ia menoleh ke belakang untuk mengajak temannya bicara, dan kadang ia sekadar menertawakan sesuatu yang lucu. Sebagai guru, tentu saya harus tetap menjaga agar suasana kelas kondusif. Tapi jujur, tanpa Auryn, kelas 7G terasa kurang warna. Ia seperti bumbu dalam masakan  mungkin sedikit “pedas”, tapi justru membuat rasa kehidupan di kelas menjadi lebih nikmat.

Waktu demi waktu, saya semakin memahami bahwa setiap anak punya keunikan tersendiri. Auryn dengan keaktifannya, teman-temannya yang lain dengan sifat-sifat yang beragam. Kelas 7G benar-benar seperti taman bunga  warna-warni dan tidak ada yang sama. Ada yang pendiam, ada yang lucu, ada yang rajin menulis catatan rapi, dan ada yang cepat tanggap kalau diberi pertanyaan. Tapi satu hal yang sama yaitu mereka semua punya semangat belajar yang luar biasa, meskipun kadang disertai dengan suara gaduh yang membuat saya harus menarik napas panjang.

Pernah suatu kali, saya mencoba menenangkan kelas yang sedang terlalu ramai. Saya diam beberapa detik, tidak berkata apa-apa. Biasanya, cara itu cukup ampuh. Benar saja, perlahan-lahan suasana mulai tenang. Anak-anak saling menepuk teman di sebelahnya, memberi kode untuk diam. Sampai akhirnya terdengar suara Auryn yang berbisik keras, “Eh, diam… Bu Saida marah nanti!”
Saya hampir tertawa mendengarnya, tapi saya tahan. Dalam hati saya bersyukur, ternyata anak yang paling ramai justru yang paling cepat sadar kalau suasana perlu ditenangkan.

Empat bulan berjalan bersama kelas 7G membuat saya belajar banyak hal. Saya belajar bahwa mengajar bukan sekadar menyampaikan materi, tapi juga memahami karakter setiap anak. Saya belajar bahwa di balik suara keras seorang siswi, tersimpan semangat dan keberanian yang luar biasa.

Dan yang paling penting, saya belajar bahwa setiap kelas memiliki auranya sendiri. Bagi saya, kelas 7G bukan sekadar ruang belajar, tetapi tempat di mana saya bisa merasakan tawa, semangat, kejujuran, dan kehangatan yang tulus dari anak-anak remaja yang sedang tumbuh menuju dewasa.

Setiap kali saya melangkah keluar dari kelas itu, saya selalu membawa senyum meskipun kadang dengan sedikit lelah di telinga karena suara mereka yang luar biasa. Tapi hati saya selalu berkata,
“Inilah kelas istimewa saya. Inilah 7G, dan di dalamnya ada Auryn, gadis bersuara lantang yang tak akan pernah terlupakan.”
Cepu, 18 Oktober 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar