Hari Selasa, di jam kedua pelaksanaan Penilaian Tengah Semester (PTS), suasana ruang PTS terasa lebih santai dibanding jam pertama. Mata pelajaran yang diujikan adalah informatika. Begitu masuk ke ruang dua, saya langsung bisa merasakan perbedaannya. Jika di jam pertama, pada mata pelajaran matematika, banyak wajah yang terlihat tegang, bahkan ada yang menunduk lama menatap soal sambil menggigit ujung pulpen, kali ini atmosfernya jauh lebih ringan.
Sejak bel tanda dimulainya ujian dibunyikan, para peserta tampak langsung fokus. Ada yang menunduk, menulis dengan cepat, ada pula yang sesekali berhenti berpikir sambil menatap ke atas. Sebagai pengawas, saya memastikan suasana tetap tertib.
Tidak terasa waktu berjalan 45 menit. Anehnya, sebagian besar siswa sudah selesai. Mereka duduk santai, ada yang menutup mata sejenak, ada pula yang memegang kertas sekadar untuk mencorat-coret. Saya sadar, memang benar bahwa ujian informatika memberi rasa percaya diri lebih bagi mereka. Berbeda dengan matematika yang sering dianggap momok menakutkan, soal-soal informatika rupanya lebih bisa mereka jangkau.
Saat sedang mengawasi PTS, perhatian saya tertuju pada dua peserta di sudut belakang ruangan. Pulpen mereka bergerak cepat di atas kertas. Awalnya saya mengira mereka masih serius mengerjakan soal atau bahkan sedang bekerja sama, memberi kode satu sama lain. Rasa penasaran mendorong saya melangkah mendekat.
Sesampainya di dekat meja mereka, saya mendapati sesuatu yang tak terduga. Mereka tidak sedang mencontek, melainkan asyik bermain sebuah permainan sederhana dengan coretan kotak-kotak kecil. Saya mengernyit lalu bertanya singkat,
“Sudah selesai?”
“Sudah, Bu,” jawab salah satu dari mereka dengan nada yakin.
Saya pun tersenyum. Rupanya, setelah menyelesaikan soal, mereka mencari cara untuk mengisi waktu sambil menunggu bel tanda berakhirnya PTS. Permainan yang mereka mainkan adalah Tic-Tac-Toe, atau dalam bahasa mereka disebut Tik Tak Toe.
Apa itu Tic-Tac-Toe?
Tic-Tac-Toe adalah permainan klasik yang sangat sederhana namun terkenal di seluruh dunia. Bidangnya berupa kotak 3 x 3 yang dibentuk di atas kertas. Dua pemain bergantian mengisi kotak dengan simbol yang berbeda: pemain pertama memakai X, pemain kedua memakai O.
Aturan mainnya sederhana yaitu siapa yang berhasil menyusun tiga simbolnya dalam satu garis lurus baik horizontal, vertikal, maupun diagonal dialah pemenangnya. Jika semua kotak sudah penuh tetapi tidak ada yang berhasil menyusun tiga simbol berderet, maka permainan berakhir seri.
Meski sederhana, permainan ini menyimpan keseruan tersendiri. Hampir semua orang pernah memainkannya di masa kecil, entah saat menunggu guru datang, di waktu istirahat, atau bahkan diam-diam di sela pelajaran.
Bagaimana keseruannya?
Keseruan permainan Tic-Tac-Toe terletak pada beberapa hal yaitu :
1. Cepat dan singkat
Satu ronde permainan biasanya hanya butuh waktu 1–2 menit. Itulah sebabnya permainan ini cocok dimainkan ketika waktu senggang terbatas, seperti menunggu ujian berakhir.
2. Sarat strategi
Walau terlihat sederhana, pemain dituntut cermat. Mereka harus bisa membaca gerakan lawan, menutup peluang kemenangan, sekaligus mencari celah untuk menang. Ada rasa tegang setiap kali dua simbol sudah berjajar, tinggal menunggu satu kotak kosong untuk menentukan pemenang.
3. Menghibur tanpa ribet
Tidak perlu alat khusus selain kertas dan pulpen. Dengan media sederhana, suasana bisa langsung berubah jadi seru. Itulah yang membuat dua peserta tadi tampak begitu antusias hingga lupa sekitar.
4. Membangun interaksi
Walaupun hanya dua orang yang bermain, sering kali yang lain ikut mengamati. Mereka memberi komentar, menebak siapa yang akan menang, bahkan sesekali tertawa jika ada yang salah langkah.
Berbeda dengan mapel lain
Kejadian ini membuat saya merenungkan perbedaan suasana antar mata pelajaran saat PTS. Pada ujian matematika, ruang kelas dipenuhi ketegangan. Banyak peserta tampak cemas, ada yang lama tidak menulis, hanya menatap kosong, bahkan ada yang berulang kali menghela napas berat. Seolah setiap soal menjadi beban besar yang menekan pikiran mereka.
Sebaliknya, saat PTS informatika, rasa percaya diri siswa lebih terlihat. Sebagian besar tampak yakin dengan jawabannya. Hasilnya, dalam waktu singkat banyak yang sudah menuntaskan pekerjaannya. Situasi ruang pun menjadi lebih santai. Bahkan, muncul kreativitas kecil berupa permainan sederhana.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa tiap mata pelajaran memberi pengalaman psikologis yang berbeda bagi siswa. Ada yang memicu kecemasan, ada pula yang menghadirkan rasa percaya diri. Tugas guru adalah melihat sisi lain itu dan mencari cara agar semua mata pelajaran bisa lebih ramah bagi peserta didik.
Melihat dua peserta yang asyik bermain Tik Tak Toe, justru merasa penasaran. Saya mengingatkan untuk meneliti hasil pekerjaan sekali lagi. "Coba kalian baca lagi soalnya.," perintah saya. "Iya baik bu," jawabnya singkat. Mereka membolak balik lembar soal dan sesekali melihat lembar jawaban. Sebenarnya mereka hanya mencari cara untuk mengisi waktu dengan hal sederhana. Dari sini saya belajar bahwa anak-anak selalu punya cara kreatif untuk membuat suasana lebih ringan.
Permainan kecil itu juga memberi saya gambaran, bahwa belajar bukan sekadar soal serius dan tegang. Dalam ruang PTS sekalipun, ada sisi manusiawi yang muncul yaitu rasa bosan, keinginan bermain, hingga kreativitas mencari kesenangan sederhana.
Ketika bel tanda PTS berakhir berbunyi, mereka mengumpulkan lembar jawaban dengan wajah lega. Saya sempat melirik kertas mereka yang penuh dengan coretan kotak 3x3 berisi simbol X dan O. Rasanya seperti menemukan cerita kecil di balik keseriusan PTS.
PTS tidak hanya mengukur kemampuan akademik, tetapi juga membuka mata kita untuk melihat bagaimana siswa menghadapi tekanan, mengekspresikan diri, dan menemukan cara mereka bertahan dalam suasana ujian. Permainan sederhana seperti Tic-Tac-Toe bisa menjadi bagian dari kisah hari Selasa.
Cepu, 24 September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar