Karya :Gutamining Saida
Hari Jum’at menghadirkan rasa yang berbeda. Tak hanya awal bulan, bagi saya Jum’at adalah hari istimewa hari yang membawa berkah, kejutan, dan rasa syukur yang mendalam. Sebuah hari yang membawa sesuatu membuat hati saya tak berhenti tuk terus bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata'alla.
Saya pulang dari sekolah dengan langkah yang sedikit terburu-buru. Pagi tadi cukup padat, dan tubuh rasanya ingin segera direbahkan. Sesampainya di rumah, saya langsung menuju kamar untuk melepas lelah. Tapi begitu pintu kamar terbuka, langkah saya terhenti. Pandangan saya tertuju pada sesuatu di atas kasur. Sebuah paket rapi terbungkus plastik warna hitam. Tatapan mata tak bisa lepas darinya. Saya tidak langsung membaca nama pengirim atau alamat tujuan. Tidak perlu. Hati saya sudah yakin ini pasti untuk saya.
Beberapa hari sebelumnya, Kak Wayan adalah guru, teman sekaligus orang yang selama ini mendampingi proses saya menulis memasang story di WhatsApp , menampilkan cuplikan halaman dari buku yang sangat saya tulis. Ia menulis, “Segera meluncur ke Jawa Tengah.” Saat itu saya hanya membalas dengan doa dan rasa harap. Kini, doa itu benar-benar sampai ke pangkuan saya.
Tanpa pikir panjang, saya ambil gunting dan duduk di tepi kasur. Tangan saya sedikit gemetar saat mulai membuka plastiknya. Saya tahu benar apa yang ada di dalam paket ini. Rasanya seperti membuka hadiah paling indah dari semesta.
Ketika lapisan pelindung terakhir saya buka, mata saya langsung berkaca-kaca. Di dalamnya, tergeletak dengan anggun, lima buah buku. Tapi bukan sembarang buku. Itu adalah buku kisah yang saya tulis sendiri setiap hari, selama berbulan-bulan sebagai catatan harian.
Buku itu memuat potongan-potongan perasaan, pengalaman, dan refleksi yang saya tuangkan setiap malam sebelum tidur. Ia lahir dari kejujuran, dari rasa lelah yang ingin diceritakan, dari kebahagiaan kecil yang tak ingin saya lupakan. Kini, semua kisah itu tak lagi sekadar catatan lepas di ponsel atau kertas-kertas buram semuanya telah berubah menjadi buku sungguhan yaitu buku saya.
Saya membalik-balik halamannya pelan-pelan. Di setiap kata, saya melihat kembali diri saya yang pernah menangis, tertawa, marah, dan bersyukur. Setiap cerita adalah bagian dari perjalanan saya. Membacanya kembali seperti berbicara dengan versi diri saya yang dulu.
Saya tahu, buku ini bukan buku komersial. Ia belum ada di toko-toko, belum dicetak massal. Tapi bagi saya, buku ini lebih berharga daripada bestseller manapun. Karena ia bukan ditulis untuk populer. Ia ditulis untuk menyembuhkan, untuk menguatkan, untuk mengingatkan saya bahwa saya pernah melalui semuanya dan tetap bertahan.
Saya teringat betapa panjang jalan menuju buku ini. Waktu yang saya curi di antara tugas rumah tangga, jam tidur yang saya kurangi demi menulis satu paragraf lagi, dan biaya yang saya sisihkan perlahan agar bisa mencetaknya dalam bentuk nyata. Semua saya lakukan tanpa target besar. Saya hanya ingin menepati janji kepada diri sendiri bahwa kisah-kisah saya tidak akan hilang begitu saja.
Ketika buku itu berada di tangan saya, semua lelah itu seakan berubah menjadi rasa syukur yang tak terukur. Saya memeluk buku itu erat, seakan sedang memeluk diri saya sendiri yang dulu pernah merasa ragu, tapi tetap memilih untuk melanjutkan menulis.
Saya mencatatkan momen ini di buku kecil yang masih kosong
"Hari Jum’at saya menerima bukti bahwa usaha kecil jika dijaga konsistensinya, akan sampai juga ke tujuan. Buku ini bukan hanya kisah, tapi cermin perjalanan hati saya. Terima kasih Tuhan, telah memberi saya kekuatan untuk menyelesaikannya.”
Siang itu saya tidak tidur siang seperti biasanya. Saya duduk berlama-lama di kamar, membuka halaman demi halaman buku, membaca ulang kisah-kisah saya sendiri. Saya tertawa sendiri, terharu sendiri. Tak jarang saya meneteskan air mata bahagia.
Hari ini saya belajar satu hal yaitu kebahagiaan tidak harus besar atau mahal. Terkadang, kebahagiaan hadir dalam bentuk sederhana. Ketika kita berhasil menepati janji kepada diri sendiri. Ketika mimpi kecil kita akhirnya menjadi nyata. Dan ketika usaha yang diam-diam kita lakukan, berbuah sesuatu yang dapat kita peluk dan banggakan. Terima kasih untuk buku kisah yang akan terus hidup, meski waktu terus berjalan.
Cepu, 1 Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar