Karya : Gutamining Saida
Setelah melewati hari Minggu yang tenang, saya memasuki kelas 8F dengan langkah mantap dan semangat yang tak biasa. Cuaca di luar cukup cerah, langit bersih tanpa awan menggantung. Saya memandangi wajah-wajah siswa yang mulai tampak segar setelah akhir pekan, sebagian masih tampak mengantuk, tapi itu hal biasa. Saya tahu, siang ini harus dimulai dengan energi positif dan strategi pembelajaran yang menyenangkan.
Saya datang dengan persiapan matang. Materi hari ini adalah Sumber Daya Alam. Topik ini sebenarnya sudah tidak asing, tapi tetap menantang untuk dikemas menarik. Saya membuka pelajaran dengan menyapa hangat mereka, kemudian memberi sedikit cerita ringan tentang bagaimana bumi menyediakan segalanya untuk manusia, mulai dari air yang kita minum, tanah tempat kita berpijak, hingga sinar matahari yang menyinari tanaman agar tumbuh.
“Anak-anak, hari ini kita akan menjelajahi kekayaan bumi kita." Siapa yang bisa menyebutkan apa itu sumber daya alam?”
Beberapa tangan siswa mulai terangkat. Ada yang menjawab dengan tegas, ada pula yang masih ragu-ragu. Saya senang melihat keberanian mereka mencoba. Saya lalu menjelaskan pengertian sumber daya alam, membaginya berdasarkan sifatnya (yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui), jenisnya (biotik dan abiotik), serta bentang alamnya (darat dan laut).
Saya menggunakan gambar interaktif agar mereka bisa melihat secara visual jenis-jenis sumber daya. Saya tampilkan proses penambangan batu bara, juga foto-foto hutan dan lautan Indonesia. Mereka tampak antusias. Mereka mulai mengajukan pertanyaan spontan.
“Bu, apakah sinar matahari termasuk sumber daya alam?” tanya Azka dengan mata membulat.
“Bagus, Azka! Ya, sinar matahari adalah sumber daya alam yang tak terbatas. Bisa digunakan untuk energi surya,” jawab saya.
Setelah sesi diskusi, saya mengarahkan pembicaraan ke manfaat sumber daya alam. Kami bersama-sama menyusun tabel di papan tulis. Di kolom pertama, ditulis jenis sumber daya seperti air, udara, hutan, tambang, dan laut. Di kolom kedua, manfaatnya untuk kehidupan. Mereka ikut menuliskan ide mereka. Saya sengaja memberi ruang partisipatif agar mereka merasa dilibatkan.
Setelah semua materi disampaikan dan mereka tampak cukup paham, saya berpikir bagaimana cara mengukur pemahaman mereka tanpa membuat mereka terbebani. “Sekarang kita main teka-teki! Tapi kali ini, kalian bukan hanya menjawab, kalian juga harus membuat teka-teki sendiri. Teka-teki yang berhubungan dengan sumber daya alam!”
Suara riuh mulai terdengar. Sebagian tertawa, sebagian mulai menatap buku mereka, mencoba mencari ide. Saya beri waktu sekitar 15 menit. Saya berjalan keliling kelas, melihat satu per satu hasil mereka. Beberapa hasilnya membuat saya tersenyum sendiri.
“Aku berkulit hitam, digali dari perut bumi, proses terjadinya dalam waktu yang lama dan dapat dijadikan bahan bakar industri, bahan bakar memasak. apakah aku?”
( Batu bara)
“Aku berbentuk cair tapi bukan air, asalku dari sebuah pohon. aku mengucur keluar, bisa jadi bahan baku karet. Siapa aku?”
(Getah karet)
Mereka tampak bangga saat membacakan hasil karyanya. Bahkan siswa yang biasanya pendiam, seperti Lutfhi, hari ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Ia membuat empat teka-teki berbeda, semuanya berkaitan dengan sumber daya laut.
Melihat itu, saya merasa haru. Tidak semua pembelajaran harus berbentuk ulangan dan catatan panjang. Ternyata lewat cara menyenangkan seperti ini, mereka bisa lebih bebas mengekspresikan pemahaman. Mereka tidak hanya mengerti isi materi, tetapi juga mampu menerapkannya dengan kreatif.
Setelah semua selesai, saya beri apresiasi kepada mereka. Beberapa karya terbaik saya abadikan dan saya tuliskan cerita di blog saya. Sebelum pelajaran berakhir, saya duduk sejenak di kursi guru. Saya pandangi mereka satu per satu. Dalam hati saya bersyukur pada Tuhan. Hari ini, Dia memudahkan tugas. Anak-anak memahami materi dengan baik, mereka berani, ceria, dan penuh semangat.
Saya menyadari bahwa keberhasilan mengajar bukan hanya dari seberapa lengkap catatan siswa, tapi dari bagaimana mereka bisa berpikir, mengolah informasi, dan berani menyampaikan dalam bentuk yang mereka pahami. Teka-teki tadi adalah bukti bahwa mereka menyerap bukan hanya isi buku, tapi juga semangat untuk melangkah maju menggapai mimpi.
Hari ini saya pulang dengan hati ringan. Senyum anak-anak dan rasa ingin tahu mereka menjadi penguat dalam langkah pengabdian saya. Seperti biasa, sebelum meninggalkan kelas, saya berkata pelan, “Terima kasih, anak-anak. Hari ini kalian luar biasa.” Sampai jumpa minggu depan.
Cepu, 30 Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar