Karya : Gutamining Saida
Hari Minggu udara Cepu terasa hangat dan cerah. Saya mengikuti Walking Tour yang diselenggarakan komunitas sejarah lokal. Tujuan kali ini adalah menyusuri area sekitar Stasiun Cepu. Setiap perjalanan menawarkan kejutan dan pengetahuan baru.
Setibanya di lokasi, kami langsung diajak mendekati Depo stasiun. Seorang pemandu menjelaskan bahwa area tersebut bukan hanya sekadar jalur parkir lokomotif atau kereta api, tapi juga merupakan tempat pengisian bahan bakar untuk kereta. Di sanalah saya mulai penasaran. Apa sebenarnya bahan bakar kereta api di masa kini? Bagaimana proses pengisiannya? Apakah semua stasiun memiliki fasilitas seperti ini?
Jenis Bahan Bakar Kereta Api
Kereta api di Indonesia, terutama yang digunakan oleh PT KAI, sebagian besar menggunakan bahan bakar solar (High Speed Diesel atau HSD). Khususnya untuk kereta lokomotif diesel yang mendominasi layanan perjalanan antarkota maupun barang. Meski ada kereta listrik seperti KRL di Jakarta dan sekitarnya, namun untuk wilayah-wilayah luar Pulau Jawa, kereta diesel masih sangat dominan.
Solar ini disimpan dalam tangki besar di lokomotif, dan akan diisi ulang pada stasiun-stasiun tertentu yang memiliki Depo Pengisian Bahan Bakar Minyak (DPBBM). Proses pengisiannya hampir seperti mengisi bahan bakar kendaraan besar, hanya saja dilakukan dengan protokol keselamatan tinggi, mengingat ukuran tangki kereta bisa sangat besar.
Berapa Konsumsi BBM Kereta per Kilometer?
Salah satu peserta walking tour yang tampak paham dunia perkeretaapian menyela dengan data menarik konsumsi solar untuk satu lokomotif diesel sekitar 2 hingga 3 liter per kilometer tergantung beban muatan dan kondisi lintasan. Jika kereta membawa banyak gerbong, maka konsumsi bisa naik, bahkan mencapai lebih dari 4 liter per kilometer.
Sebagai ilustrasi, rute Cepu-Semarang yang berjarak sekitar 180 km bisa menghabiskan sekitar 500 liter lebih solar hanya dalam satu perjalanan. Bayangkan jika kereta bolak-balik dalam sehari, maka kebutuhan bahan bakarnya bisa mendekati 1000 liter.
Tak heran jika pengisian BBM dilakukan secara berkala dan terjadwal, demi efisiensi dan menghindari keterlambatan perjalanan.
Stasiun Mana yang Menyediakan Bahan Bakar?
Saya bertanya kepada pemandu, "Lalu, apakah semua stasiun seperti Cepu ini memiliki fasilitas pengisian bahan bakar?"
Pemandu menjelaskan bahwa tidak semua stasiun memiliki DPBBM. Hanya stasiun tertentu yang ditunjuk sebagai lokasi pengisian BBM. Biasanya, stasiun tersebut berada di titik strategis yang dekat dengan depo, jalur utama, atau memiliki kapasitas teknis untuk penanganan logistik bahan bakar.
Beberapa contoh stasiun yang memiliki fasilitas ini selain Stasiun Cepu antara lain yaitu
Stasiun Balapan Solo
Stasiun Kertapati (Palembang)
Stasiun Jatinegara (Jakarta)
Stasiun Tanah Abang
Stasiun Tanjungkarang (Lampung)
Stasiun Sidotopo (Surabaya)
Stasiun Cepu sendiri menjadi penting karena lokasinya di jalur lintas utara Pulau Jawa dan dekat dengan kilang minyak tua yang menjadi sejarah panjang kota ini sebagai pusat perminyakan sejak masa kolonial. Dulu, minyak bumi yang ditambang dari sekitaran Blora dan Cepu juga dikirim melalui jalur kereta api.
Mengapa Tidak Semua Stasiun Menyediakan BBM?
Pertanyaan ini dijawab dengan cukup masuk akal. Tidak semua stasiun memiliki kapasitas dan kebutuhan yang sama. Penyediaan bahan bakar memerlukan:
1. Infrastruktur khusus seperti tangki penyimpanan, pompa, dan jalur pengisian aman.
2. Keamanan tinggi, karena BBM tergolong bahan mudah terbakar.
3. Efisiensi rute, karena kereta dirancang agar bisa menempuh ratusan kilometer tanpa harus sering mengisi ulang.
Pengisian bahan bakar dilakukan di titik-titik tertentu yang sudah dihitung secara teknis, bukan seperti kendaraan pribadi yang bisa berhenti di SPBU mana saja. Hal ini membuat perjalanan kereta lebih terstruktur dan aman.
Setelah penjelasan panjang itu, kami diajak mendekati rel dan melihat jejak jalur pengisian bahan bakar. Ada selang besar, tangki di bawah tanah, dan area yang dipagari untuk mencegah akses sembarangan. Meskipun tidak bisa masuk terlalu dekat, namun cukup membuatku kagum akan bagaimana sistem kereta bekerja dengan sangat terencana.
Stasiun Cepu yang selama ini tampak tenang ternyata menyimpan peran penting sebagai pusat energi untuk kereta-kereta yang melintas.
Kereta yang bergerak di kejauhan, bertenaga dari solar yang tak terlihat, namun memutar roda sejarah dan kehidupan dari satu stasiun ke stasiun lain.
Cepu, 7 Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar