Selasa, 08 Juli 2025

Tantangan Menuju Benua Australia

Karya :Gutamining Saida 
Liburan kali ini terasa istimewa. Saya, seorang guru IPS di SMPN 3 Cepu, tidak hanya menghabiskan waktu dengan seperangkat administrasi silabus. Kali ini saya punya tamu istimewa di rumah. Tiga cucu saya yang datang dari luar kota yaitu Tegal.  Sejak tiba di Cepu, rumah menjadi lebih ramai, penuh tawa, dan tentu saja penuh pertanyaan polos yang membuat hati saya hangat.

Zaskia, Hamzah, dan Elmira adalah trio kecil yang selalu penasaran dengan dunia sekitar mereka. Elmira, si bungsu baru usia tiga tahun, Hamzah baru duduk di bangku TK A, tapi semangat dan keinginannya untuk belajar seperti anak kelas besar sangat mengagumkan. Dia belum lancar membaca, tetapi rasa ingin tahunya luar biasa.

Saat pagi menjelang dan udara mulai panas saya mengeluarkan satu kresek  besar dari lemari ruang tamu. Di dalamnya terdapat potongan-potongan puzzle bergambar peta dunia yang terdiri dari potongan benua-benua. Ini adalah media pembelajaran yang dulu saya gunakan untuk siswa saya, tapi hari itu saya ingin memperkenalkannya pada cucu-cucu saya.

“Timmi, ini gambar apa?” tanya Hamzah sambil menunjuk potongan puzzle yang berwarna putih, kuning dan biru.

“Itu bagian dari benua Australia, sayang,” jawab saya lembut. “Mau coba menyusunnya?”

Matanya langsung berbinar. “Mau! Mau!” jawabnya sambil duduk bersila dan meraih potongan-potongan puzzle lainnya.

Saya mulai menjelaskan perlahan, tak peduli meski ia belum bisa membaca tulisan "Australia", "Asia", atau "Amerika". Saya menunjuk pada bentuk dan warna, pada gambar peta benua Australia, benua Amerika dan wilayah Asia. Ketiganya saya kenalkan seperti sedang bercerita tentang negeri-negeri jauh tempat tinggal manusia di luar negeri. 

Apa itu puzzle? Puzzle adalah permainan yang terdiri dari potongan-potongan gambar yang harus disusun kembali menjadi satu gambar utuh. Bisa berupa gambar hewan, kendaraan, kartun, atau peta dunia seperti yang sedang dimainkan Hamzah. Menata puzzle adalah kegiatan yang melatih ketekunan, kesabaran, serta kemampuan anak dalam mengenali bentuk, warna, dan posisi. Tidak hanya itu, puzzle juga merangsang daya pikir logis dan kemampuan motorik halus anak.
Hamzah awalnya kebingungan. Potongan-potongan puzzle tampak acak dan sulit dikenali. Tapi saya tahu, inilah tantangan yang sebenarnya yaitu bukan hanya menyusun gambar, tetapi juga belajar bersabar dan tidak menyerah. Berkali-kali ia mencoba menyusun potongan yang tidak pas, berkali-kali pula dia menarik napas panjang.

Saya duduk di sampingnya, mendampingi tanpa terlalu banyak membimbing. Saya ingin dia mengalami sendiri proses menemukan solusi. Sesekali saya mengajukan pertanyaan, “Kira-kira potongan ini cocok dipasang di mana ya? Coba lihat warnanya, sama dengan yang di ujung sana bukan?”

Tak terasa hampir satu jam berlalu. Hamzah masih bertahan di depan puzzle. Meski wajahnya mulai tampak lelah, dia tetap bersemangat.

“Timmi, ini yang benua Amerika, ya?” katanya sambil menunjuk potongan yang memanjang. 

“Betul! Pintarnya cucu Timmi,” jawab saya sambil tersenyum bangga.

Saya tertegun. Ternyata, meskipun belum bisa membaca, Hamzah bisa memahami dan mengingat. Ini bukti bahwa daya nalar dan daya ingat anak-anak bisa berkembang pesat ketika mereka tertarik dan dilibatkan secara menyenangkan.

Akhirnya, menjelang waktu makan siang, puzzle itu selesai tersusun. Hamzah berdiri dan menepuk tangannya dengan bangga. "Timmi! Aku bisa!”
Saya menatap hasil puzzle peta dunia dengan benua Asia, Amerika, dan Australia tersusun rapi. 

Liburan kali ini bukan tentang waktu berkualitas, pengalaman belajar yang menyenangkan, dan usaha kecil penuh makna dari seorang cucu yang ingin tahu lebih banyak tentang dunia.

Saya merasa ini adalah bentuk pendidikan awal yang sangat penting. Mengajak anak mengenal dunia melalui cara menyenangkan. Puzzle bukan hanya mainan. Bagi saya, puzzle adalah pintu kecil menuju dunia pengetahuan, imajinasi, dan pembentukan karakter anak.
Cepu, 9 Juli 2025 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar