Selasa, 08 Juli 2025

Benua Afrika Dan Doa Nenek




Karya : Gutamining Saida 
Sebagai seorang nenek sekaligus guru IPS di SMPN 3 Cepu, saya tidak hanya ingin cucu-cucu saya menikmati hari libur dengan bermain dan bersantai, tapi juga belajar sesuatu yang bermanfaat. Saya percaya, belajar tak harus lewat buku atau di kelas. Belajar bisa hadir lewat permainan, interaksi, bahkan lewat kegigihan menyusun sebuah puzzle.

Pagi ini Hamzah cucu saya yang masih duduk di TK A sudah berhasil menyusun puzzle peta benua Australia. Walau belum bisa membaca, ia begitu semangat saat mengenali gambar benua Afrika. Saya bangga bukan main. Tapi yang membuat hati saya semakin hangat adalah saat, tanpa saya minta, Hamzah berkata pelan, “Timmi… sekarang mau yang Afrika, ya.”

Saya menoleh ke arahnya. Puzzle benua Afrika memang belum pernah saya kenalkan. Saya sengaja menyimpannya, menunggu momen yang tepat. Tapi Hamzah sudah lebih dulu penasaran. Ia berjalan ke arah tumpukan puzzle, membuka kotaknya dengan hati-hati, dan mulai mengeluarkan potongan-potongan peta Afrika.

Saya menghela napas pelan. “Ya Allah, terima kasih telah memberi cucu yang semangat dan penuh rasa ingin tahu,” doa saya dalam hati.

Hamzah duduk bersila di lantai ruang tamu. Di hadapannya, puluhan potongan puzzle berserakan. Tidak ada petunjuk arah, tidak ada tulisan besar yang bisa ia baca. Tapi ia tidak ragu. Satu demi satu potongan ia ambil, ia coba pasangkan. Kadang diputar, digeser, bahkan ditekan sedikit lebih keras saat tampak hampir cocok.

Saya duduk di sampingnya, memperhatikan diam-diam. Tidak ingin terlalu ikut campur. Saya tahu, bagian dari proses belajar yang paling berharga adalah saat anak menyelesaikan tantangan dengan kemampuannya sendiri.

“Timmi… ini apa?” tanyanya sambil menunjukkan potongan bergambar 

Ia terus mencoba. Beberapa kali salah pasang. Beberapa kali ia menarik napas pelan, mengerutkan kening, bahkan sempat mengangkat kedua tangannya ke kepala seperti berpikir keras. Tapi yang tak pernah ia lakukan adalah  menyerah.

Saya belajar banyak dari Hamzah hari itu. Kadang orang dewasa seperti saya mudah menyerah saat dihadapkan pada masalah yang terlihat rumit. Hamzah, dengan segala keterbatasannya belum bisa membaca, belum mengenal letak geografis, belum paham arah mata angin tetap bertahan dan berusaha.

Satu demi satu potongan mulai menemukan tempatnya. Saya tertegun. Hamzah berhasil menyusun benua Afrika!

“Alhamdulillah… jadi, Timmi!” serunya sambil menepuk tangannya sendiri. Matanya berbinar penuh kebanggaan.

Saya memeluknya erat. “Masya Allah, cucu Timmi hebat sekali. Walau belum bisa membaca, tapi kamu bisa menata. Itu karena kamu sabar, tidak putus asa, dan mau mencoba.”

Saya menatap hasilnya dengan bangga. Potongan puzzle yang semula berserakan kini sudah membentuk peta benua Afrika yang utuh. Hamzah menatapnya seolah sedang mengamati sebuah negeri jauh yang suatu hari ingin ia datangi.

Hari itu saya tidak hanya melihat puzzle tersusun. Saya melihat proses yang lebih dalam. Saya melihat semangat, kesabaran, kegigihan, dan rasa penasaran yang terjaga. Saya melihat pribadi yang kelak dengan izin Allah siap menghadapi tantangan hidup.

Saya berkata dalam hati, “Semoga seperti puzzle ini, cucu-cucuku kelak bisa menata kehidupannya. Bisa menyusun potongan-potongan ujian dan cobaan, bisa menghadapi tantangan dan jalan berliku, hingga akhirnya membentuk gambar indah penuh makna. Semoga mereka selalu dibimbing Allah, dengan iman yang kuat sebagai kompas mereka.”

“Ya Allah, terima kasih atas semangat Hamzah hari ini. Jadikan ia anak yang sabar, cerdas, dan kuat menghadapi kehidupan. Seperti ia menata potongan puzzle ini, semoga kelak ia mampu menata setiap potongan hidupnya dengan iman dan akhlak mulia.”

Hamzah mengaminkan doa saya dengan suara lirih.
Saya tahu, perjalanan hidupnya masih panjang. Hari ini, sebuah langkah kecil sudah ia ambil. Ia telah menunjukkan pada saya bahwa meski kecil, anak-anak ini memiliki kekuatan luar biasa dalam hati dan pikirannya. Semoga menginspirasi pembaca. 
Cepu, 9 Juli 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar