Karya : Gutamining Saida
Sabtu, tanggal 12 Juli 2025 diawali dengan koordinasi kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan. Walaupun ini adalah kegiatan rutin tahunan, namun tetap saja, koordinasi di awal menjadi hal yang sangat penting. Mengapa? Karena setiap tahun selalu ada perubahan. Entah itu perkembangan regulasi, kondisi peserta didik, atau dinamika internal sekolah yang tak pernah bisa diprediksi. Maka, seperti membuka buku baru, MPLS pun harus dibaca dari awal, dikaji ulang, dan dilaksanakan dengan kesiapan yang matang.
Sekitar pukul 09.30, saya masih duduk manis, mencatat hal-hal penting di buku tulis saya yang mulai terlihat penuh dengan garis-garis, angka, dan coretan ringan. Tapi detik itu juga, suasana ruang guru berubah drastis. Waka Kurikulum, dengan suara yang tenang namun penuh arti, mulai membacakan daftar nama wali kelas untuk tahun pelajaran baru 2024-2025 . Seperti biasa, saya mencatat sambil membayangkan wajah-wajah siswa dan kelas mana yang kelak akan saya isi dengan cerita.
Daftar dibacakan mulai dari kelas tujuh A, B, C, dan seterusnya. Saya terus mencatat dengan santai, karena dalam benak saya, tugas wali kelas tahun ini tidak bisa saya prediksikan seperti biasa. Beda dunia beda kebijakan. Menurut informasi akan dipercayakan pada guru-guru muda. Itu sudah menjadi pola umum dari tahun ke tahun. Apalagi saya merasa… ya, saya ini sudah termasuk “golongan tua.” Saya sudah siap menerima tugas di kelas tujuh, delapan atau sembilan.
Dugaan saya meleset. Saat sampai pada pengumuman wali kelas tujuh G, telinga saya menangkap sesuatu yang membuat tangan saya berhenti menulis. Nama saya disebut. “Bu Saida.”
Seketika itu suasana ruang guru meledak. Beberapa guru bersorak, sebagian lainnya tertawa dan saling melempar pandang. Suara Bu Isna terdengar paling jelas, “Hhhh Bu Saida termasuk muda ya sekarang!” Diikuti gelak tawa dan candaan yang bersahutan dari berbagai penjuru ruangan terutama bagian belakang.
Saya sendiri sempat bengong beberapa detik, lalu akhirnya ikut tertawa. Buku yang saya pegang sampai jatuh dari pangkuan karena saya refleks berdiri dan membalas komentar ibu-ibu tadi, “Ooooh benar banget! Kalau begitu saya ini masuk kategori muda. Soalnya saya baru enam bulan!”
Tawa semakin keras. Beberapa guru malah menahan geli. Saya lanjutkan, “Usia saya ini baru enam bulan… sejak masuk ke dunia Esmega!” Kalimat itu membuat semuanya paham, bahwa walaupun usia biologis saya bukan lagi belia, tapi di lingkungan SMP Negeri 3 Cepu, saya adalah pendatang baru. Seorang bayi yang belum banyak tahu seluk-beluknya, belum banyak pengalaman, dan masih meraba-raba dunia kerja di tempat ini.
Saya lanjut berkata dengan senyum, “Jadi kalau saya salah-salah nanti, maklum ya… namanya juga masih belajar tengkurap.”
Dalam hati saya bersyukur. Apapun tugas yang diberikan, selama ini adalah amanah yang datang dari pimpinan sekolah, saya menerimanya dengan lapang dada. Allah tentu punya rencana terbaik untuk setiap hambanya. Mungkin saja penempatan ini adalah salah satu jalan agar saya bisa mengenal siswa lebih dekat, membimbing mereka dari titik awal masa SMP, dan menanamkan nilai-nilai yang baik sejak mereka duduk di kelas tujuh.
Meski sempat terkejut, saya tahu bahwa tugas ini bukan beban, tapi justru peluang. Kesempatan untuk menanam kebaikan, menyiram nilai, dan menumbuhkan semangat pada generasi yang sedang mencari jati diri.
Usia tua bukanlah halangan. Justru pengalaman yang saya punya semoga bisa menjadi bekal. Saya sadar, semangat muda tetap harus dijaga. Saya harus menjadi wali kelas yang tidak hanya mendampingi dari sisi akademik, tapi juga menjadi sosok yang menyenangkan, bisa diajak curhat, bisa memberi solusi, dan yang penting.
Saat rekan-rekan guru masih menggoda saya hanya tersenyum sambil mengangkat jempol. Dalam hati saya bergumam, “Tak apa, tua di usia, tapi muda di semangat dan penerimaan tugas dengan lapang dada.” Lagi pula, siapa yang bisa menebak? Mungkin ini awal dari cerita-cerita indah bersama kelas tujuh G. Mungkin akan ada tawa, air mata, atau kejutan yang tak pernah saya sangka.
Perjalanan di dunia Esmega baru saja dimulai.
Cepu, 12 Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar