Kamis, 17 Juli 2025

Satu Baris Doa Pada Delapan Belas Juli



Karya : Gutamining Saida 
Tanggal 18 Juli bukan sekadar tanggal di kalender, bagiku itu adalah momentum penuh makna. Di tanggal itulah sosok yang sangat berjasa dalam hidup saya Pak Prasetyo Cahyo Nugroho, Kepala Sekolah SMPN 1 Kedungtuban merayakan ulang tahunnya. Beliau bukan hanya sekadar atasan atau pimpinan tempat saya dahulu mengajar. Lebih dari itu, beliau adalah motivator dalam diam, dan panutan dalam kepemimpinan.

Beliau adalah kepala sekolah saat saya masih bertugas di SMPN 1 Kedungtuban, sebelum mutasi ke Cepu. Masa-masa itu menjadi pondasi penting dalam perjalanan profesi saya sebagai pendidik. Di bawah arahan dan kepemimpinan beliau, saya  banyak belajar bukan hanya tentang manajemen sekolah, tetapi tentang keteguhan prinsip, kedisiplinan, dan integritas. Beliau memberi contoh, bukan sekadar perintah. Langkahnya tegas, keputusannya penuh wibawa, namun selalu ada kelembutan saat dibutuhkan. Banyak guru yang segan sekaligus hormat padanya seperti sosok pohon besar yang menaungi, bukan menindas.

Sejak jauh-jauh hari, saya telah menandai tanggal ulang tahun beliau dalam ingatan. Bukan karena ada tuntutan atau kewajiban untuk mengingat, melainkan karena ada rasa hormat yang tulus. Saya ingin menyempatkan waktu untuk mendoakan beliau. Meskipun jarak telah memisahkan kami karena mutasi tugas ke Cepu, namun jejak beliau tetap kuat di hati.

Bahkan, saya sudah menyiapkan puisi sederhana untuk beliau. Puisi itu saya tulis dalam malam-malam hening dan pagi yang lirih. Sebuah persembahan dari hati untuk sosok yang berjasa dalam membentuk menjadi pribadi yang lebih baik. Puisi itu belum rampung, masih dalam tahap revisi. Saya merasa belum cukup mewakili segala rasa hormat dan terima kasih yang ingin  saya sampaikan.

Langit terlihat biasa saja, tapi suasana hati terasa berbeda. Saat dalam perjalanan menuju sekolah esmega di Cepu, saya  tak menyangka akan berpapasan langsung dengan beliau. Hanya sesaat, tapi cukup untuk membuat dada ini hangat. Beliau tidak melihat saya. Langkah percaya diri yang tetap menjadi ciri khasnya, seolah mengingatkan saya kembali pada masa-masa ketika masih berada di bawah bimbingan beliau.

Sekejap setelah itu, ingatan  langsung mengarah pada tanggal hari ini yaitu tanggal 18 Juli. Ya, hari ini adalah hari ulang tahun beliau. Tanpa banyak pertimbangan, sampai di sekolah saya langsung membuka kembali puisi yang belum rampung itu. Saya duduk di sudut ruang guru, menyendiri sejenak, menatap lembaran kata yang masih belum sempurna.

Ada haru yang menyeruak. Sebuah rasa syukur karena diberi kesempatan bertemu secara tak terduga di hari yang istimewa. Ada getar di dada saat memperbaiki bait demi bait. Bukan karena puisi itu harus sempurna secara sastra, tapi karena saya ingin menyampaikan isi hati dengan jujur. Setiap kalimat yang tertulis, setiap kata yang saya timbang, semuanya lahir dari rasa hormat yang dalam.

Saya tak lupa menyelipkan doa dalam diam. Untuk Pak Prasetyo. Untuk kesehatan beliau, kebahagiaan keluarganya, dan keberkahan usianya. Dalam doa itu, saya titipkan pula rasa terima kasih yang tak pernah bisa terucap dengan gamblang. Semoga Allah senantiasa menjaga beliau, sebagaimana beliau pernah membimbing. 

Banyak hal yang tidak sempat diungkap secara langsung. Tapi puisi ini, walau sederhana, adalah cara terbaik yang bisa saya lakukan untuk mengenang, menghormati, dan membalas sebagian kecil kebaikan beliau. Dalam bait-baitnya  saya tulis segala rasa yang mungkin tak akan pernah cukup hanya dalam kata-kata.

Walau saya tak lagi di SMPN 1 Kedungtuban, dan jarak fisik memisahkan kami, tapi nilai-nilai yang beliau tanamkan tetap hidup bersama. Dalam setiap kelas yang saya ampu, dalam setiap siswa yang saya dampingi, ada jejak langkah beliau yang tak kasat mata. Dan hari ini, 18 Juli, adalah pengingat bahwa pemimpin  sejati akan selalu hidup dalam hati seorang guru tanpa batas waktu, tanpa dibatasi ruang.

Bahagia rasanya bisa menciptakan puisi ini. Bukan hanya untuk Pak Prasetyo, tapi juga untuk semua orang baik yang pernah Allah hadirkan dalam hidup. Orang-orang yang tak hanya berkata, tapi memberi contoh nyata. Orang-orang yang memotivasi untuk terus belajar, bertumbuh, dan berbagi.

Selamat ulang tahun, Pak Prasetyo. Teriring doa dan hormat yang tak putus. Semoga Bapak selalu dalam lindungan Allah, diberi kekuatan untuk terus menebar kebaikan, dan hidup dalam kebahagiaan bersama keluarga tercinta. Dari hati yang tulus, saya mengucapkan: Terima kasih telah menjadi cahaya dalam langkah-langkah perjalanan saya sebagai pendidik.
Cepu, 18 Juli 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar