Jumat, 04 Juli 2025

Coretan Wajah

Karya: Gutamining Saida 
Sore itu, menjelang waktu mandi, cucu-cucu saya yaitu Zaskia, Hamzah, dan Emira berlari kecil ke arah saya dengan wajah penuh semangat.
“Timmi, main yuk! Jangan mandi dulu,” pinta Zaskia sambil menarik tangan saya.

Saya tersenyum. Rasa lelah saya langsung menguap melihat semangat mereka. “Main apa ya sore ini?” tanya saya sambil menatap wajah mereka satu per satu.

Tak ingin menyia-nyiakan momen itu, saya segera mendapatkan ide permainan sederhana tapi seru yaitu tebak huruf nama hewan, lengkap dengan hukuman yang mengundang tawa yaitu coretan bedak bayi di wajah!

“Panggil Amah, umi kalian dan kita main ramai-ramai. Harus banyak peserta biar tambah seru,” ajak saya.

Tak lama, anak saya ikut bergabung. Kami semua duduk membentuk lingkaran di atas lantai di ruang tengah. Saya lalu menjelaskan aturannya.

“Sekarang semua ulurkan jari tangan kalian ke tengah. Bebas, mau satu sampai sepuluh jari juga boleh. Nanti kita hitung jari satu per satu sambil menyebut abjad: A, B, C, dan seterusnya. Huruf terakhir yang jatuh di jari terakhir, itulah huruf yang harus kita pakai untuk menebak nama hewan.  Ingat, dalam satu putaran, semua peserta harus menyebut satu nama hewan dengan huruf tersebut. Siapa yang tidak bisa menjawab, wajahnya kita coret pakai bedak bayi!”

Tawa pun langsung pecah. Anak, cucu - cucu sudah tak sabar ingin memulai.
Putaran pertama dimulai. Zaskia mengulurkan lima jari, Hamzah dua, Emira tiga, amah Faiz empat, dan saya tiga. Total ada tujuh belas jari. Saya mulai menyebut, “A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q...”
Huruf terakhir adalah Q.
Semua serentak berseru, “Waduhhh! Susah banget, huruf Q!”

Zaskia berpikir keras, “Hmm… Q… Q… Quokka!” katanya ragu-ragu. Saya tertawa, ternyata dia tahu hewan kecil dari Australia itu. “Benar! Zaskia lolos!”

Hamzah mulai gelisah. “Q... Qura... Qucing?” katanya, membuat semua tertawa. “Salah, Hamzah, yang benar tetap ‘kucing’, bukan ‘qucing’! Coret!” Kami pun serempak mencoret pipinya dengan bedak bayi. 

Saya dan anak saya sama-sama tidak sempat berpikir cepat. Kami kehabisan ide dan waktu pun habis.
“Coret! Coret!” seru Zaskia.
Dalam waktu singkat, wajah saya dan anak saya penuh garis putih dari pipi hingga dagu. Tawa makin meledak.

Putaran kedua dimulai. Kali ini jari-jari kami menghasilkan huruf S.
“Ah, gak ikut!” kata Emira.
Zaskia langsung menyahut, “Sapi!
Hamzah dengan cepat menambahkan, “Semut!”
Saya berkata, “Siput!”
Anak saya kebingungan. “Aduh… apa lagi ya… S… S… Sowa?” Kami semua memandang heran.

“Sowa? Yang benar burung hantu itu Owl, bukan ‘Sowa’!” protes Zaskia sambil tertawa.

“Wah, siap-siap dicoret,” kata saya sambil menuang bedak di jari.

Wajah dik Faiz kini sudah bercorak seperti badut. Tapi dia hanya tertawa bersama.

Permainan berlanjut dengan huruf “M”, “T”, “B”, dan sebagainya. Semakin lama, semakin banyak wajah yang penuh coretan. Hamzah pernah kena tiga kali berturut-turut dan wajahnya nyaris tak dikenali lagi. Tapi ia justru pali semangat.

“Lagi, lagi! Aku mau kena lagi!” teriaknya dengan polos.

Terkadang, saya harus memberi waktu tambahan bagi yang lebih kecil. Tapi mereka tetap berusaha keras menebak nama hewan yang benar. Permainan ini bukan sekadar seru, tapi juga penuh manfaat—mengasah ingatan, menambah kosa kata, dan tentu saja mempererat kebersamaan.

Ketika hari mulai gelap dan aroma sabun dari kamar mandi mulai tercium, saya mengajak semuanya berhenti.

“Ayo, cukup dulu. Sudah waktunya mandi.”

“Belum, Timmi! Satu putaran lagi!” protes Zaskia.

“Biar setelah mandi tetap bisa ketawa lihat wajah sendiri di cermin, ya?” goda saya.

Akhirnya kami sepakat menyudahi permainan setelah putaran terakhir. Kami semua menuju kamar mandi dengan wajah penuh bedak, hati penuh tawa, dan kenangan penuh warna.

Sore itu, permainan sederhana telah menciptakan kebahagiaan yang tak sederhana. Tak perlu ponsel, tak perlu mainan mahal. Hanya dengan huruf, tawa, dan bedak bayi, hari itu menjadi istimewa dan akan dikenang selamanya.
Cepu, 4 Juni 2025 


-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar