Karya : Gutamining Saida
Tanggal 12 Juni selalu memiliki tempat istimewa dalam hidup saya. Tidak seperti tanggal-tanggal biasa, hari ini menyimpan kisah yang sangat dalam dan menyentuh hati. Hari yang mempertemukan dua jiwa dari generasi berbeda, dua insan yang sangat saya cintai ibu saya dan suami saya. Ya, mereka berdua lahir di tanggal yang sama, 12 Juni. Hanya tahunnya saja yang berbeda.
Pertama kali saya menyadari kesamaan tanggal lahir itu, saya terdiam. Waktu itu saya membaca tanggal lahir suami dan ingat tanggal lahir ibu. Saat saya mengetahui ada kesamaan rasa haru dan syukur hadir. Dalam hati, saya tahu ini bukan sekadar kebetulan. Ada rasa haru yang sulit dijelaskan. Allah memang Maha Mengatur. Kadang, kita hanya perlu sedikit waktu dan kepekaan untuk menyadari betapa takdir-Nya begitu indah.
Mertua dan menantu memiliki tanggal lahir yang sama. Ini bukan cerita biasa. Ini semacam pesan lembut dari langit bahwa ada ikatan batin yang sudah digariskan sejak awal. Saya percaya, Allah tak mungkin salah dalam menyusun takdir umat-Nya. Mungkin saja ini adalah bagian kecil dari skenario besar yang telah ditetapkan-Nya untuk membimbing perjalanan hidup kami.
Saya pun mulai mengenang kembali perjalanan hidup ibu saya. Seorang perempuan tangguh, penuh kasih sayang, dan tak pernah berhenti mendoakan anak-anaknya. Dari tangan dan pelukannya, saya mengenal cinta pertama dalam hidup saya. Beliau adalah tempat pulang yang paling damai. Sekarang, di tanggal yang sama, saya merayakan hari lahir seorang pria yang juga menjadi tempat saya berteduh. Suami yang sabar, penyayang, dan bertanggung jawab.
Tahun ini, saya sengaja menyiapkan sesuatu yang spesial. Saya hadirkan adik-adik untuk berkumpul, makan bersama. Sudah saya rancang makan lesehan dengan alas daun pisang ditata memanjang kemudian diatasnya nasi dan aneka lauk. Dilengkapi dengan minuman air putih dan teh gelas. Kami duduk mengikuti alur daun pisang. Ibu, anak dan cucu-cucunya. Saya ingin hari ulang tahun mereka menjadi lebih dari sekadar perayaan biasa. Saya ingin membuat kenangan yang akan terukir dalam hati kami semua.
Saya siapkan dengan hati-hati, dengan penuh cinta, karena saya tahu cinta juga bisa hadir dalam setiap Suapan. Melihat duduk bersama ada kebahagian. Kami berkumpul sederhana di ruang tengah. Saya beli dua kue ulang tahun bertuliskan: "Selamat Ulang Tahun Abah" dan "Selamat Ulang Tahun Mbahyi".
Dua jiwa satu tanggal, dua cinta dalam satu rumah.
Di sudut hati saya, saya berdoa dalam diam. Ya Allah, terima kasih atas takdir-Mu yang indah. Atas ibu yang melahirkan saya, dan suami yang Kau hadirkan sebagai pelindung. Kita tak perlu mencari keajaiban di tempat yang jauh. Cukup melihat sekeliling dengan hati yang peka. Kesamaan tanggal lahir ibu dan suami saya adalah bukti bahwa Allah mempertemukan kita bukan tanpa alasan. Ada benang tak kasatmata yang menghubungkan hati-hati yang dipilih-Nya untuk saling mengisi, saling melengkapi.
Bagi saya, 12 Juni bukan sekadar tanggal di kalender. Ia adalah bukti cinta dan takdir. Ia adalah pengingat bahwa saya tumbuh di bawah kasih ibu dan kini dilindungi oleh cinta suami. Dua cinta dalam satu tanggal, satu kehormatan dalam dua sosok yang luar biasa.
Terima kasih, ya Allah, Engkau hadirkan cinta dengan cara yang begitu halus dan istimewa.Selama saya masih bisa mencintai dan merawat mereka, tanggal 12 Juni akan selalu menjadi hari paling indah dalam hidup saya.
Cepu, 13 Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar