Karya: Gutamining Saida,S.Pd
Di tengah hiruk pikuk kegiatan classmeeting yang meriah, tawa riang dan sorak sorai siswa terdengar membahana di seluruh penjuru lapangan SMP Esmega. Sorakan dari lomba futsal, tarik tambang, dan berbagai permainan lainnya menjadikan suasana pagi itu begitu semarak. Namun, ada satu sudut yang menarik perhatian saya bukan karena keramaiannya, tetapi justru karena kesunyiannya.
Di sudut lapangan yang agak teduh karena rindangnya pohon, berdiri empat kursi dan sebuah meja yang seluruhnya terbuat dari semen dan dibentuk menyerupai potongan kayu. Tempat itu biasanya kosong, atau kadang dipakai oleh siswa yang ingin beristirahat sejenak. Pagi ini berbeda. Dari kejauhan, saya melihat tiga siswi duduk di sana. Mereka tampak serius, bukan sedang bermain atau bercengkerama seperti siswa lainnya. Di atas meja tampak tumpukan kertas gambar, pensil warna, kuas, dan papan ujian. Ada pula cat air yang tertata rapi di sebuah wadah plastik. Pemandangan itu membuat rasa penasaran saya memuncak.
Langkah saya perlahan mendekati mereka. Di tengah keramaian, sudut itu seperti dunia lain yang tenang dan penuh konsentrasi. Ketiganya tidak menyadari kedatangan saya hingga saya benar-benar berdiri di samping mereka.
"Assalamualaikum, sedang apa kalian?” tanya saya sambil tersenyum.
Mereka sedikit terkejut, lalu membalas dengan senyum malu-malu. Salah satu dari mereka, yang duduk paling dekat dengan saya, menjawab, “Kami sedang melukis, Bu.”
“Oh iya? Ini bagus sekali. Boleh saya lihat?” tanya saya lagi sambil menunduk melihat kertas yang tengah digoresi kuas.
Saya takjub melihat detail dan warna yang digunakan. Meski masih kelas 7, sentuhan mereka pada lukisan terasa penuh semangat dan kedewasaan dalam berekspresi.
“Dari 7C, saya bernama Keyza” ujar siswi yang pertama, “Yang dua teman saya dari 7G Aisley dan Livia,” tambahnya sambil menunjuk dua temannya yang tampak masih asyik menggambar.
Saya duduk di salah satu kursi kosong, menyimak penjelasan mereka. Rupanya mereka bertiga tergabung dalam komunitas kecil pelukis di sekolah. Mereka sering berkumpul di tempat ini setiap ada waktu luang, termasuk saat classmeeting. Di saat teman-temannya berlomba dan bersorak, mereka memilih untuk berkarya, menuangkan imajinasi dan perasaan melalui kuas dan warna.
“Kenapa kalian memilih melukis di tengah classmeeting yang ramai begini?” tanya saya, tak mampu menyembunyikan kekaguman.
Salah satu siswi yang bernama Keyza menjawab dengan tenang, “Kami suka suasana riuh. Suara-suara itu seperti jadi inspirasi. Tapi kami memang lebih suka menciptakan daripada berkompetisi secara langsung.”
Saya mengangguk. Jawaban itu begitu tulus. Saya melihat betapa mereka menikmati proses menciptakan karya seni, dan bukan hanya hasil akhirnya. Bahkan mereka tampak saling memotivasi, sesekali saling memberi saran pada lukisan masing-masing, atau berbagi warna yang kurang.
“Apakah kalian sering berkumpul seperti ini?” saya lanjutkan pertanyaan.
“Iya, Bu. Kadang waktu istirahat, kadang sepulang sekolah. Kami punya grup kecil juga di WhatsApp. Sering berbagi gambar, teknik, atau tantangan melukis mingguan. Kadang kami pakai tema bebas, kadang kami tentukan bersama,” jawab Livia.
Saya mengangguk-angguk, dalam hati mengagumi semangat dan inisiatif mereka. Anak-anak seusia mereka biasanya sibuk dengan gawai atau sekadar bermain, namun ketiganya memilih jalan sunyi yang tak banyak dilirik berkarya dalam diam.
Saya ingin sekali mengabadikan momen itu. Saya keluarkan ponsel dari saku dan bertanya dengan antusias, “Boleh Ibu foto kalian sedang melukis?”
Namun secara serempak mereka menggeleng, sambil tertawa malu. “Jangan, Bu. Kami malu,” ucap salah satunya.
Saya hanya tertawa kecil, “Tidak apa-apa. Ibu tetap senang melihat kalian. Teruslah berkarya ya. Kalau nanti ada pameran seni di sekolah, kalian harus ikut.”
Mereka tersenyum dan mengangguk pelan. Saya bangkit dari tempat duduk, meninggalkan mereka yang kembali tenggelam dalam dunia mereka masing-masing. Langkah saya menjauh perlahan, tapi pikiran saya masih tertambat pada ketiga siswi itu. Ada harapan, ada semangat, ada nilai yang ingin saya bagi dengan guru-guru lain bahwa dalam kebebasan memilih aktivitas, akan tumbuh benih kemandirian dan kreativitas yang luar biasa. Semoga kalian bertiga semakin sukses. Semangat untuk berkaya.
Cepu, 17 Juni 2025
yang namanya aisley imut bngt ><
BalasHapus-A
bu, efforts banget bu 😕
BalasHapuskembangkan yaaa
BalasHapusWowwwwwwww 🤫🤫🤫
BalasHapuskreatif banget merekaa🤩
BalasHapus