Kebersamaan Warga Esmega




Karya : Gutamining Saida 
Hari Selasa itu bukan hari biasa. Bukan hari belajar-mengajar seperti pekan-pekan sebelumnya, juga bukan hari libur penuh istirahat. Hari itu adalah hari tanggung jawab bersama. Hari di mana setiap guru yang tergabung dalam keluarga besar Esmega menunjukkan makna dari komitmen, kerjasama, dan kesungguhan hati dalam kegiatan  sekolah yang mereka cintai.

Sejak informasi pembagian tugas disampaikan pagi hari, para guru sudah bersiap. Piket kali ini berbeda. Tidak seperti piket harian yang biasanya hanya melibatkan beberapa orang, kali ini semua guru harus terlibat, tanpa terkecuali. Ada tiga sesi yang disiapkan oleh panitia pelaksana yaitu sesi pertama pukul 14.00 - 16.00 WIB, sesi kedua pukul 16.00 - 20.00 WIB, dan sesi ketiga, sesi paling malam, dimulai pukul 20.00 sampai selesai.

Piket ini bukan sekadar menjaga sekolah, tapi bagian dari rangkaian persiapan kegiatan penting. Yang pasti, setiap warga esmega tahu, tugas ini harus dilakukan sebaik mungkin.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, para guru yang seharusnya pulang mulai menunda kepulangannya. Sebagian masih memakai pakaian seragam keki rapi, sebagian sudah berpakaian santai tetap sopan. Mereka berkumpul di lokasi yang sudah ditentukan. 

Sesi pertama panasnya siang belum begitu terasa karena semangat guru-guru yang saling menyapa dan bekerja dengan ringan tangan. Ada yang mengecek kebersihan, persiapan panggung, ada yang menata kursi bahkan ada yang dengan penuh canda menata dekorasi sambil tertawa kecil bersama rekan satu tim ditambah OSIS esmega. 

Saat sesi kedua datang menjelang senja, bagian sesi pertama bisa pulang, jumlah guru berubah. Mereka datang untuk menggantikan rekan yang sudah piket sebelumnya. Tidak ada suasana terburu-buru, semua bergulir dengan tenang dan teratur. Suasana kebersamaan benar-benar terasa. Meskipun wajah-wajah lelah mulai tampak, tapi semangat untuk bersama, kebersamaan, kekompakan, menjaga nama baik Esmega tak pernah surut.

Salah satu guru yang datang untuk sesi kedua berkata dengan senyum, “Kita merasa guyub begini yang bikin betah.”
Malam pun tiba. Saat langit sudah gelap dan lampu-lampu sekolah menyala. Mereka tahu, malam ini akan panjang, namun mereka siap.

Sesi malam ini memang tak mudah. Saat sebagian besar masyarakat mulai beristirahat, guru-guru Esmega justru penuh tanggung jawab. Ada yang memantau sekitar area sekolah, ada yang duduk di lapangan mengecek perlengkapan yang harus siap esok hari. 

Sungguh, semua terasa indah. Bukan karena tempatnya yang nyaman, tapi karena kebersamaan yang terjalin erat. Semua guru bergerak dalam satu komando. Tak ada yang merasa lebih penting dari yang lain. Semuanya saling mendukung dan melengkapi.

Kepala sekolah yang sempat hadir memberikan semangat. Beliau melihat wajah warga Esmega yang sesungguhnya bersatu dalam kerja, kompak dalam aksi, dan tulus dalam niat.

Tak ada yang menuntut imbalan. Tak ada yang berharap pujian. Mereka semua hadir karena panggilan hati, karena rasa memiliki terhadap sekolah yang sudah menjadi rumah kedua.

Dan di antara tawa serta rasa letih itu, ada satu hal yang tak bisa dipungkiri yaitu semangat kebersamaan. Dalam tugas yang tampak sederhana seperti ini ternyata tercermin semangat luar biasa dari para guru yang mencintai sekolahnya. Mereka rela meninggalkan waktu istirahat, keluarga, dan kesibukan pribadi demi menjaga dan mempersiapkan lingkungan tempat mereka mendidik anak-anak bangsa.

Esmega bukan sekadar nama sekolah. Ia menjelma menjadi rumah penuh cinta, tempat para pendidik berkumpul dan saling menguatkan. Dalam diam dan cahaya temaram lampu sekolah, para guru itu tahu, mereka sedang menanam sesuatu yang besar yaitu dedikasi dan keteladanan.
Cepu, 4 Juni 2025 


Komentar