Karya : Gutamining Saida
Di halaman yang teduh, Zaskia sedang asyik mengayuh sepeda merah kecil.
Selama dua hari terakhir, Zaskia giat belajar naik sepeda. Terjatuh, lututnya sempat lecet sedikit, tapi dia tak perna putus asa. “Timmi, aku bisa! Coba lihat nanti,” katanya penuh semangat kemarin sore.
Kakak Zaskia berhasil naik sepeda. Sepeda bisa berjalan lurus beberapa meter tanpa jatuh. Wajahnya sumringah, senyum tak lepas dari bibirnya.
Tak jauh dari situ, berdiri seorang bocah laki-laki bernama Hamzah, adik Zaskia. Ia memperhatikan kakaknya berkeliling halaman.
“Kakak Zaskia sudah bisa sih?” gumam Hamzah lirih.
Timmi… aku boleh nggak… pinjam sepedanya Kakak Zaskia?” tanyanya ragu.
Saya tersenyum hangat. “Tentu boleh, Hamzah. Mau belajar juga, ya?”
Hamzah mengangguk pelan.
Zaskia yang mendengar langsung memarkir sepedanya. “Nih, dik. Tapi pelan-pelan ya. Kalau jatuh jangan nangis!"
Saya membantu Hamzah naik ke atas sepeda. Kakinya masih ragu menginjak pedal. Tangannya mencengkeram setang erat-erat.
“Coba satu kaki naik di pedal, kaki satunya lagi buat dorong dulu. Timmi pegangin belakangnya ya,” saya memberi arahan sambil menopang sadel.
Hamzah mencoba. Sekali… dua kali… sepeda goyang dan hampir jatuh.
“Pelan aja, dik! ” seru Zaskia sambil mengamati dari samping.
“Ini susah, Kak!” teriak Hamzah sambil manyun.
“Dulu aku juga susah! Tapi lama-lama bisa,” jawab Zaskia sambil tersenyum bangga. “Coba lagi!”
Hamzah tidak menyerah. Ia mencoba lagi dan lagi. Kadang terjatuh, kadang sepeda hanya bergeser sedikit, tapi semangatnya makin menyala.
“Ayo, Hamzah bisa!” sorak kakak Zaskia sambil bertepuk tangan.
“Dikit lagi nih… aku mau coba lebih kenceng!” kata Hamzah, nafasnya mulai ngos-ngosan, tapi matanya berbinar.
Saya mulai melepas pegangannya sedikit demi sedikit tanpa memberitahunya. Ia mengayuh, satu, dua, tiga... dan sepeda melaju!
“Dik Hamzahh! KAMU BISA!!” teriak Zaskia kencang.
Hamzah terkejut. Ia menoleh ke belakang, melihat saya berdiri jauh dari tempatnya mulai.
Wajah Hamzah langsung bersinar seperti mentari pagi. “AKU BISA! AKU BISA KAYAK KAKAK!” teriaknya penuh kemenangan. Ia turun dari sepeda dan meloncat-loncat girang.
“Coba lagi, coba lagi!” katanya cepat, lalu menaiki sepeda lagi tanpa bantuan.
Zaskia menghampirinya dan memberi tos. “Good job, dik! Kamu hebat!”
“Makasih, Kak. Tadi aku deg-degan banget. Tapi seruuu!”
Saya mengusap kepala mereka bergantian. “Kalian hebat. Lihat, karena berani mencoba dan nggak gampang nyerah, sekarang Hamzah bisa naik sepeda.”
Mereka tertawa bersama, lalu mulai bermain berdua. Hamzah mengayuh sepedanya pelan-pelan mengitari halaman.
Pagi itu di halaman rumah, bukan hanya tentang anak kecil yang belajar naik sepeda. Tapi juga tentang keberanian, semangat, dan dukungan satu sama lain. Saya memandang mereka dengan hati penuh syukur. Setiap usaha kecil mereka adalah langkah besar dalam hidup. Dan momen itu saat Hamzah berhasil mengayuh sepeda sendiri untuk pertama kalinya akan selalu saya simpan dalam hati.
Cepu, 26 Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar