Karya : Gutamining Saida
Bekam, atau dalam istilah Arab disebut hijamah, adalah salah satu terapi pengobatan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terapi ini dilakukan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari tubuh melalui permukaan kulit menggunakan alat khusus yang menciptakan tekanan negatif, semacam vakum. Secara umum, bekam terbagi menjadi dua jenis yaitu bekam kering (tanpa sayatan) dan bekam basah (dengan sayatan tipis pada kulit untuk mengeluarkan darah).
Manfaat bekam sangat banyak, antara lain melancarkan peredaran darah, membantu mengatasi pegal-pegal, meringankan migrain, membersihkan racun dalam darah, hingga membantu meningkatkan imunitas tubuh. Tidak heran jika terapi ini kembali populer di kalangan masyarakat modern yang mulai tertarik dengan metode pengobatan alami dan sunnah Nabi.
Tidak semua orang berani mencoba. Banyak yang mundur teratur begitu mendengar kata “sayatan” atau “darah”. Ada yang membayangkan rasa sakit, ada pula yang takut karena trauma dengan jarum suntik. Bagi mereka, terapi bekam terdengar menyeramkan. Saya punya cerita berbeda, bahkan lucu, soal bekam ini dari cucu saya yang masih TK!
Saat liburan tiba, anak pertama saya yang tinggal di Tegal pulang ke rumah. Dia membawa serta tiga anaknya yaitu Zaskia, Hamzah, dan Emira. Anak kedua saya, yang kini tinggal di Salatiga saya anjurkan pulang ke Cepu. Momen kumpul begini cukup jarang terjadi dan sangat kami syukuri. Seperti biasa, rumah kami menjadi ramai dan penuh tawa anak-anak. Mereka berlarian ke sana kemari, tertawa, bermain, dan membuat rumah kami kembali hidup.
Suatu sore, anak saya, sang umi dari ketiga cucu itu, meminta untuk dibekam karena tubuhnya terasa pegal. Seorang terapis wanita adalah anak saya nomor tiga bernama Faiz. Dia membuka praktik dirumah sehingga memiliki perlengkapan bekamnya. Ia mengeluarkan alat vakum, jarum steril, kapas, alkohol, dan minyak gosok.
Saya ingat betul, saat itu Hamzah, cucu saya yang tengah duduk di TK A, awalnya hanya duduk memperhatikan uminya. Ia tampak penasaran dan matanya membelalak melihat alat-alat bekam. Saya sempat khawatir dia akan takut atau menangis melihat proses bekam yang mengeluarkan darah. Tapi ternyata saya salah besar.
Alih-alih takut, Hamzah malah mendekat dengan semangat. Dia bertanya, “Timmi, itu kenapa umi disedot kayak gitu? Kok ada darahnya? Kayak seru ya, boleh Hamzah coba?”
Kami semua tertawa. Saya menatap Hamzah sambil berkata lembut, “Ini namanya bekam, sayang. Ini pengobatan yang dianjurkan Nabi. Tapi biasanya untuk orang dewasa. Hamzah kan masih kecil.”
Anak sekecil Hamzah bisa jadi sangat gigih bila sudah menginginkan sesuatu. Ia mulai merengek, lalu memohon dengan suara manja. “Timmi, Hamzah pengen banget. Masa Umi boleh, Hamzah nggak boleh. Hamzah nggak takut darah, kok!”
Melihat kesungguhan cucu saya, akhirnya sang terapis (Faiz) menjelaskan dengan hati-hati bahwa bekam untuk anak kecil sebenarnya bisa dilakukan, tapi tentu dengan penanganan khusus dan hanya di titik-titik tertentu yang ringan. Dengan persetujuan uminya dan kami semua, serta memakai alat khusus untuk anak-anak, Hamzah pun dibekam yang jenis kering.
Hamzah tidak menangis sama sekali. Ia malah tersenyum puas. Setelah proses selesai, ia bangkit sambil berkata penuh kemenangan, “Wah, enak ya, kayak digigit semut tapi bikin badan adem!”
Kami semua terpingkal-pingkal. Anak sekecil itu bisa merasa "ketagihan" bekam. Dan benar saja, keesokan harinya, ia kembali bertanya, “Timmi, kapan Hamzah dibekam lagi?”
Sejak saat itu, setiap kali melihat ada anggota keluarga yang dibekam, Hamzah langsung muncul dan ikut antre. Ia menganggap bekam itu seperti permainan. Bahkan ia pernah bercerita di sekolah bahwa bekam itu seperti “sedotan super yang bisa bikin tubuh jadi superhero.”
Bagi saya pribadi, pengalaman ini memberi pelajaran penting. Kadang kita sebagai orang dewasa terlalu cepat menanamkan rasa takut kepada anak-anak yaitu takut jarum, takut darah, takut sakit. Hamzah, dengan rasa penasaran dan keberaniannya yang polos, malah menunjukkan bahwa keberanian bisa muncul bila rasa ingin tahu didampingi dengan pengertian.
Setiap liburan, jika kami berkumpul dan ada sesi bekam, Hamzah akan jadi yang paling dulu bersorak. “Ayo dibekam, biar sehat seperti Nabi!”
Ah, cucuku yang satu ini memang unik. Di usianya yang masih dini, dia sudah mengenal salah satu terapi sunnah. Siapa sangka, di balik tubuh kecilnya, tersimpan semangat besar untuk menjaga kesehatan ala Rasulullah.
Semoga keberaniannya terus tumbuh dan menjadi anak yang sehat jasmani rohani, penuh cinta kepada sunah Nabi meski dimulai dari sesuatu yang sederhana yaitu bekam.
Cepu, 1 Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar