Karya : Gutamining Saida
Selepas menunaikan ibadah isya di musala kecil dekat rumah, saya memanjakan diri dengan merebahkan tubuh di istana kesayangan. Istana kapuk begitu saya menyebut tempat istimewa itu adalah ranjang sederhana yang selalu menyambut letih saya dengan penuh kasih. Hari ini terasa panjang, penuh dengan riuh aktivitas yang tak henti. Dari pagi sampai sore, tidak sempat sekalipun saya menyapa istana kapuk. Maka, malam ini saya menebus semuanya.
Sambil rebahan, saya menggenggam ponsel. Jemari saya berselancar di atas layar, membuka berbagai pesan, notifikasi, dan tanpa sengaja, berhenti pada sebuah story WhatsApp dari teman lama saya yang tinggal di Blora, Ibu Puruhita atau akrab saya panggil, Bu Hita.
Jujur, saya sempat kaget. Bukan karena isi story-nya, tapi karena selama ini Bu Hita sangat sulit diajak foto. Sosoknya berbeda dengan saya yang hampir selalu mengabadikan momen dengan swafoto. Bu Hita lebih memilih untuk berada di balik layar, tak ingin jadi sorotan. Maka ketika saya melihat wajahnya terpampang di story, spontan saya mengetik komentar singkat, “Cantik.”
Tak lama, dua tanda centang abu-abu berubah biru. Wah, story-nya sudah dibaca! Saya senyum sendiri. Dalam hati saya bergumam, Alhamdulillah, pasti Bu Hita sudah sehat. Terakhir kami bertemu, ia mengeluhkan gangguan pernapasan yang membuatnya harus istirahat total.
Belum sempat saya melanjutkan berselancar, notifikasi masuk. Pesan dari Bu Hita yaitu “Buketnya!” disertai stiker lucu dengan tokoh kartun mengangkat tangan dan memegang buket. Saya tertawa kecil. Sungguh, ini lebih dari sekadar percakapan. Ini adalah pertanda bahwa dia telah pulih dan kembali ceria.
“Semoga sehat-sehat,” balas saya singkat dan tulus.
“Alhamdulillah sehat, Bu Saida,” jawabnya. Hati saya terasa hangat.
Rasa penasaran pun tak tertahan. Saya pun lanjut bertanya, “Itu buket beneran?”
“Iyalah, Bu. Isinya Frescare berjumlah lima dengan aroma green tea,” jawabnya disertai foto yang lebih jelas sebuah buket sederhana namun unik. Tidak berisi bunga segar, bukan pula uang atau makanan ringan seperti kebanyakan buket yang saya lihat belakangan ini. Tapi isinya… pereda nyeri dan penyegar pernapasan!
Saya tak bisa menyembunyikan rasa takjub. Selama ini saya tahu buket bisa berisi uang, bunga plastik, bahkan bumbu dapur. Tapi buket berisi Frescare? Baru kali ini saya melihatnya.
Dengan antusias, Bu Hita mulai bercerita panjang lebar tentang buket tersebut. Katanya, pemberi buket adalah salah satu siswanya, Viska, dari kelas IX yang akan lulus tahun ini. “Anak itu memang beda,” tulis Bu Hita. “Cuek, ceria, dan agak tomboy. Tapi hatinya lembut.”
Beberapa hari sebelumnya, Viska mengirim pesan pribadi pada Bu Hita yang isinya langsung bikin terpingkal.
"Bu Hita, aku mau kasih buket buat Bu Hita. Nanti isinya salonpas aja ya, biar cocok buat Bu yang sering batuk dan ngeluh pegal-pegal."
Membaca pesan itu, Bu Hita hanya bisa tertawa di balik layar. Tapi naluri seorang guru membuatnya berpikir cepat. Ia tak ingin mengecewakan niat baik siswanya, tapi juga ingin memberi sedikit arahan.
“Salonpas, Vis? Wah, idenya unik, tapi boleh nggak kalau diganti sama Frescare aja?” balas Bu Hita.
“Loh, kenapa, Bu?” tanya Viska polos.
“Biar lebih cocok. Soalnya Ibu tuh lebih sering sesak napas daripada pegal. Nah, kalau Frescare green tea itu bisa bikin lega di hidung dan dada. Ibu suka banget wanginya.”
Viska sempat mengetik cepat, lalu menghapus. Kemudian mengirim emoji mikir. Beberapa detik kemudian, ia membalas, “Oke deh, Bu! Tapi Viska boleh minta imbalannya?”
“Iya, asal bukan uang ya,” jawab Bu Hita.
“Enggak, Bu. Viska cuma minta foto bareng bu Hita. Sekali aja, boleh ya bu Hita? Hehe…”
Hari yang dijanjikan pun tiba. Viska, tampil pada acara pelepasan kelas IX gaya jalan santai, datang membawa buket kecil berisi lima kemasan botol kecil Frescare yang disusun rapi dengan pita dan kertas warna hijau daun. Di tengah buket, ada tulisan tangan
"Untuk Bu Hita. Jangan lupa semprot setiap habis batuk. Biar Bu Hita tetap bisa ngajarin kita sampai lulus dan ikut pindah mengajar di SMANSA Blora."
Bu Hita memandang buket itu dengan mata berkaca-kaca. Di saat banyak remaja seusia Viska sibuk dengan urusan mereka sendiri, ada satu anak yang peduli, yang diam-diam memperhatikan gurunya, yang bahkan rela merangkai buket kecil penuh makna.
Tentu saja, mereka pun berfoto bersama. Satu jepretan yang mengabadikan bukan hanya wajah, tapi juga kisah kecil tentang kasih sayang dan perhatian. Semoga menghibur.
Cepu, 5 Juni 2025
Terimakasih Bu Saida, telah menuliskan peristiwa bermakna sy hari ini
BalasHapus