Kamis, 17 April 2025

Trik Hindari 3M

Karya : Gutamining Saida 

Assalamialaikum, pembaca setia! Semoga pagi ini tubuh kita sehat, hati kita ringan, dan pikiran kita jernih. Kali ini, izinkan saya menyapa dengan berbagi. Bukan sekadar kata-kata, tetapi sebuah cerita kecil yang semoga bisa menyentuh dan mengingatkan kita semua yaitu mari kita hindari tiga hal yang sering kali menggerogoti kualitas hidup kita, yaitu tiga M adalah Mengeluh, Malas, dan Medit (pelit).

Cerita ini datang dari seorang teman saya, sebut saja namanya Bu Lela. Ia seorang ibu rumah tangga sekaligus guru mata pelajaran IPS di sebuah sebuah sekolah favorit. Hidupnya tidak mewah, bahkan sering pas-pasan. Ia selalu tampak tenang, tersenyum, dan tidak pernah terlihat mengeluh.

Suatu pagi, saat kami duduk bersama setelah senam sehat di lapangan, saya bertanya kepadanya, “Bu Lela, bagaimana sih caranya Ibu bisa tetap semangat dan nggak pernah ngeluh? Padahal saya tahu perjuangan Ibu sangat berat.”

Bu Lela tersenyum dan menjawab, “Saya pernah melewati masa-masa sulit. Tapi saya sadar, mengeluh tidak membuat masalah selesai. Malah menambah beban. Jadi saya pilih untuk bersyukur dan mencari solusi.”

Perkataannya sederhana, tapi menghujam di Ulu hati. Saya pun mengingat kembali bagaimana seringnya kita secara tak sadar terjebak dalam M pertama yaitu Mengeluh. Mengeluh soal pekerjaan, soal gaji, soal anak, soal cuaca, bahkan soal makanan. Padahal, mengeluh hanya memperkeruh hati. Kita tidak akan bisa melihat nikmat Allah Subhanahu Wata'ala ketika mata kita terus-menerus memandang dari sisi kekurangan. Kita bisa bangun pagi saja adalah nikmat luar biasa yang tak semua orang dapatkan.

Mengeluh juga bisa menjadi penghalang rezeki. Kenapa? Karena Allah Subhanahu Wata'ala menyukai hamba-Nya yang bersyukur. Semakin banyak kita mengeluh, semakin jauh rasa syukur dari hati kita. Dan ketika hati jauh dari syukur, maka hati kita sempit, pikiran gelap, dan langkah pun berat.

Kemudian saya teringat M kedua yaitu Malas. Malas bangun pagi, malas beribadah, malas bersedekah, malas menolong, bahkan malas berolahraga. Bu Lela juga pernah bercerita bahwa dulu ia juga pernah seperti itu. Ia suka menunda-nunda salat, jarang bersedekah karena merasa tidak cukup, dan enggan menolong karena takut kelelahan.

Namun semuanya berubah ketika ia tersadar bahwa waktu tidak bisa diulang. Ia merenung, “Jika aku hari ini menunda ibadah, apakah aku yakin besok masih hidup? Jika aku pelit menolong, apakah aku yakin kelak aku tidak butuh pertolongan?” Sejak itu ia mulai memaksa dirinya untuk rajin-rajin dalam ibadah, dalam kebaikan, dalam menebar manfaat meski kecil.

Ia mengajarkan pada saya, “Jangan tunggu kaya dulu baru sedekah. Jangan tunggu luang dulu baru beribadah. Justru dari kebiasaan itu, Allah Subhanahu Wata'ala akan bukakan jalan. Sedekah membuka pintu rezeki, ibadah memperkuat hati, dan menolong sesama memperluas keberkahan.”

Terakhir adalah M ketiga yaitu Medit atau pelit. Ini penyakit hati yang kadang tersembunyi. Kita merasa sayang mengeluarkan sedikit uang untuk orang lain, tapi dengan mudah menghabiskannya untuk hal yang tak berguna. Kita takut harta berkurang, lupa bahwa Allah Subhanahu Wata'ala tidak pernah hitung-hitungan pada kita.

“Kalau Allah Maha Pemurah, kenapa kita pelit?” tanya Bu Lela. “Tubuh sehat, nafas panjang, anak-anak sehat, itu semua modal hidup yang tak ternilai. Tapi kita masih sering itung-itungan saat memberi.”

Saya terdiam. Teringat betapa seringnya saya menimbang-nimbang saat ingin bersedekah. Padahal, Allah Subhanahu Wata'ala tidak pernah berhitung saat memberi saya oksigen gratis tiap detik. Allah Subhanahu Wata'ala tidak pernah menagih saat memberikan saya detak jantung dan aliran darah. Maka,apakah ruginya berbagi hingga merasa rugi berbagi?

Hari itu saya pulang dengan hati yang penuh. Penuh kesadaran bahwa hidup ini terlalu berharga jika diisi dengan mengeluh. Terlalu pendek jika dihabiskan dengan kemalasan. Dan terlalu sia-sia jika diiringi dengan medit.

Teman-teman pembaca, mari pagi ini kita awali hari dengan niat memperbaiki diri. Hindari tiga M itu. Gantikan dengan tiga M baru yaitu Mensyukuri, Menebar kebaikan, dan Membuka hati. Kita tak sempurna, tapi kita bisa belajar.

Ingatlah bahwa hidup adalah kesempatan. Kesempatan untuk memberi lebih banyak, berbuat lebih baik, dan bersyukur lebih dalam. Jangan biarkan keluhan menenggelamkan syukur kita. Jangan biarkan rasa malas memadamkan cahaya amal kita. Dan jangan biarkan sifat medit membatasi rezeki yang bisa kita bagikan. Semoga pagi ini menjadi awal dari hari yang penuh semangat, kebaikan, dan berkah. Salam hangat dari saya, dan semoga kita bisa terus belajar menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.
Cepu, 18 April 2025 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar