Karya: Gutamining Saida
Bimtek di DPK Kabupaten Blora kali ini membuat saya melayang jauh ke masa lalu, ke puluhan tahun yang lalu, ketika saya masih duduk di bangku SMA. Saat itu, ada satu mimpi yang sering terlintas dalam benak saya yaitu ingin kuliah dan bekerja di perpustakaan. Saya membayangkan diri saya dikelilingi oleh rak-rak buku yang tertata rapi, menyelami dunia literasi setiap hari, dan membantu orang lain menemukan buku yang mereka butuhkan. Namun, seiring waktu, saya menyadari bahwa mimpi itu perlahan memudar dan berganti dengan kenyataan hidup yang berbeda.
Saya berasal dari keluarga guru. Sejak kecil, dunia pendidikan sudah begitu akrab bagi saya. Orang tua saya, yang juga seorang pendidik, selalu menanamkan nilai-nilai pentingnya belajar dan berbagi ilmu. Namun, meskipun mereka sangat mendukung pendidikan, pilihan karier saya tetap terbatas dalam lingkup yang mereka anggap lebih realistis dan sesuai dengan kondisi keluarga.
Saat itu, informasi tentang dunia perpustakaan masih sangat terbatas, terutama bagi anak-anak desa seperti saya. Di sekitar tempat tinggal saya, perpustakaan bukanlah sesuatu yang mudah dijangkau. Hanya ada perpustakaan sekolah, yang koleksi bukunya terbatas, atau perpustakaan kabupaten yang jaraknya cukup jauh dari desa saya. Tidak ada internet untuk mencari informasi lebih banyak seperti sekarang. Jika ingin mengetahui sesuatu, kami harus bertanya kepada orang yang lebih tahu atau membaca buku yang ada.
Keinginan saya untuk bekerja di perpustakaan bertabrakan dengan kenyataan bahwa saya adalah satu-satunya anak perempuan dalam keluarga. Orang tua saya memiliki aturan yang cukup ketat. Saya tidak boleh jauh-jauh dari rumah. Mereka ingin saya tetap dekat, tetap dalam pengawasan mereka dan menjalani kehidupan yang lebih aman dan terjamin. Kuliah di luar kota, apalagi untuk sesuatu yang belum jelas prospeknya, bukanlah pilihan yang bisa saya ambil dengan mudah.
Akhirnya, saya memilih jalan yang lebih "masuk akal" menurut keluarga: menjadi guru. Pilihan ini bukan berarti saya tidak mencintainya. Saya tetap bersemangat dalam dunia pendidikan, karena sejak kecil saya sudah terbiasa melihat bagaimana orang tua saya mengajar dengan penuh dedikasi. Namun, jauh di dalam hati, ada sebuah ruang kosong yang tidak bisa diisi yaitu sebuah kerinduan terhadap dunia perpustakaan yang dulu pernah saya impikan.
Waktu pun berlalu. Saya menjalani kehidupan sebagai guru dengan sepenuh hati. Saya mengajar, mendidik, dan berusaha menanamkan kecintaan terhadap literasi kepada murid-murid saya. Setiap kali saya melihat seorang siswa yang antusias membaca buku atau mencari informasi lebih dalam tentang suatu topik, saya merasa lega. Saya tidak bekerja di perpustakaan seperti yang saya impikan, tetapi saya tetap bisa menjadi bagian dari dunia literasi dengan cara yang berbeda.
Lalu, tibalah hari ini. Saya duduk di ruangan bimtek DPK Kabupaten Blora di lantai empat, mendengarkan materi tentang literasi menulis membuat konten budaya lokal. Rasanya seperti sebuah kebetulan yang indah dan berkah di bulan suci. Seakan-akan semesta mengingatkan saya pada mimpi lama yang dulu saya simpan rapat-rapat. Saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan sampai di titik ini yaitu kembali bersentuhan dengan perpustakaan meskipun dengan cara yang berbeda.
Dalam sesi diskusi, saya mendengar berbagai cerita dari peserta lain. Ada yang sudah lama berkecimpung di dunia literasi dengan karya mereka, ada yang baru memulai, dan ada juga yang, seperti saya, memiliki kecintaan terhadap literasi tetapi mengambil jalan yang berbeda. Saya merasa bahwa saya tidak sendirian. Banyak orang yang, meskipun bukan pustakawan, tetap berkontribusi dalam dunia literasi dengan caranya masing-masing.
Bimtek ini membuka mata saya bahwa mimpi tidak selalu harus diwujudkan dalam bentuk yang persis sama seperti yang kita bayangkan. Kadang-kadang, kehidupan membawa kita ke arah yang berbeda, tetapi tetap menghubungkan kita dengan impian lama dalam bentuk lain. Saya mungkin tidak bekerja sebagai pustakawan, tetapi saya tetap bisa menjadi bagian dari dunia literasi dengan cara saya sendiri yaitu melalui mengajar, menulis, dan berbagi ilmu kepada siswa.
Mungkin dulu saya merasa bahwa menjadi pegawai perpustakaan hanyalah sebuah mimpi yang tak pernah menjadi nyata. Sekarang saya melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Mimpi itu tidak hilang hanya bertransformasi. Saya tetap bisa mendukung dunia literasi, tetap bisa menginspirasi anak-anak untuk mencintai buku, dan tetap bisa belajar tentang menulis seperti hari ini.
Saya bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata'ala, atas perjalanan hidup yang telah saya lalui. Semua keputusan yang saya ambil, meskipun tidak selalu sesuai dengan keinginan awal saya, tetap membawa manfaat dalam kehidupan saya. Saya tetap bisa menambah ilmu, tetap bisa berbagi, dan yang paling penting, tetap bisa menjadi bagian dari perubahan dalam dunia pendidikan dan literasi.
Hari ini, saya menyadari satu hal penting yaitu tidak ada mimpi yang benar-benar hilang. Kadang hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali dalam bentuk yang berbeda. Dan ketika saat itu tiba, kita hanya perlu menerimanya dengan hati yang terbuka dan penuh syukur kepada Allah Subhanahu Wata'ala atas nikmatnya.
Cepu, 24 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar