Ulang tahun Zaskia yang ke-7 kali
ini dirayakan secara sederhana bersama keluarga inti. Abah, umi, uti, timmi, serta adik-adiknya. Semua
untuk memberikan doa dan kebahagiaan bagi gadis kecil itu. Saya yang tinggal di
Cepu berusaha datang ke Tegal.
Ada satu hal yang membuat Zaskia
sedikit sedih yaitu Akung, kakek tercintanya tidak bisa hadir. Uminya tersenyum
lembut dan mengusap kepala putri kecilnya. “Kakak Zaskia, Akung ingin sekali
datang. Tapi ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Akung tetap ingat ulang
tahunmu, lho.” Mendengar itu, mata Zaskia sedikit berbinar. “Benarkah?”
tanyanya penuh harap.
Saya yang datang dari perjalanan kota
Cepu mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalam tas. “Zaskia, Akung menitipkan
sesuatu untukmu,” kataku sambil menyodorkan amplop itu.
Mata Zaskia membesar penuh rasa
ingin tahu. Dengan penuh semangat, ia meraih amplop itu dan mulai membolak balik dan mencoba membaca tulisan di
amplop. Di dalamnya, terdapat sebuah kado yang sedikit tebal.
Zaskia segera membaca tulisan di amplop
itu dengan lantang. Namun, seketika ia mengerutkan kening.
“Metriultah cuku Zaskia,” baca
Zaskia dengan suara pelan. Ia lalu menoleh kepadaku dengan ekspresi bingung.
“Timmi, metriultah cuku itu apa?”
Aku menahan tawa. “Mungkin maksud
Akung adalah ‘Selamat Hari Ulang Tahun cucuku,’ kak.”
“Oh….” Zaskia melanjutkan
membaca, tapi kali ini ekspresinya semakin bingung. “Kaya kata moga sebenarnya semoga.
Moga kurang kata ‘se’ ya kan timmi? tanya Zaskia sambil ngomong sendiri. Akung
ini nulis kok tidak lengkap dan gak bener.
Terus “cerdaz.” Kok pakai hurus “Z”
bukannya yang benar huruf “S”
Ia kembali menoleh kepadaku
dengan wajah penuh pertanyaan. “Akung kok tulisannya aneh, ya!”
“Sepertinya Akung terburu-buru
menulisnya atau mungkin sedang bercanda dengan kakak Zaskia.”jawabku
“Terkadang, orang dewasa juga
bisa salah menulis, kak,” kataku sambil tersenyum. “Atau mungkin Akung ingin
mengujimu apakah kamu bisa menemukan kesalahannya.”
Zaskia terkekeh. “Berarti aku
lebih pintar dari Akung dalam menulis!” katanya bangga. “Aku mau ajari Akung
menulis yang benar nanti.”
Kami semua tertawa mendengar
celotehnya. Kemudian, Zaskia membuka amplop kecil yang lebih tebal. Begitu
melihat isinya, matanya langsung berbinar.
“Wah, uang!” serunya penuh
kegembiraan. “Akung tahu aku ingin membeli buku cerita baru.”
Ia segera menunjukkan uang itu
kepada uminya. “Mii, bolehkah aku membeli buku dongeng yang kemarin kita lihat
di toko?”
Uminya tersenyum dan mengangguk.
“Tentu saja, kak. Itu hadiah dari Akung untukmu. Kamu bisa memilih buku yang
kamu suka.”
Zaskia tampak sangat bahagia. Ia
mencium amplop itu dan berkata, “Terima kasih, Akung! Aku akan pilih buku yang
bagus dan nanti aku bacakan untuk Akung kalau kita bertemu.”
Meskipun Akung tidak hadir secara
fisik, kehadirannya tetap terasa melalui amplop putih kecil itu. Setelah
membaca amplop dan menerima hadiah dari Akung. Zaskia menangkupkan kedua
tangannya dan berdoa dengan mata terpejam.
“Selamat ulang tahun,kak!” seru adik-adiknya
sambil memberi pelukan.
Sore itu penuh dengan tawa dan
kebahagiaan. Tidak ada pesta besar, tidak ada banyak tamu, tetapi kehangatan
keluarga membuat segalanya terasa sempurna.
“Timmi,” panggilnya pelan. “Aku
belajar sesuatu hari ini.”
Aku duduk di samping tempat
tidurnya. “Belajar apa,kak?”
Zaskia berpikir sejenak. “Aku
belajar bahwa tulisan itu penting. Kalau kita menulis dengan benar, orang bisa
membacanya dengan mudah.”
Aku tersenyum. “Benar sekali.
Menulis dengan baik itu penting agar pesan kita bisa dimengerti orang lain.”
Zaskia mengangguk pelan. “Aku
akan bantu Akung belajar menulis yang benar nanti.”
Aku tertawa kecil dan mencium
keningnya. “Itu ide yang bagus, Zaskia.”
Beberapa saat kemudian, Zaskia
sudah tertidur dengan senyum di wajahnya. Malam itu, ia tidur nyenyak, memeluk
amplop putih dari Akung seolah itu adalah harta paling berharga.
Saya tahu bahwa meskipun Akung
tidak bisa hadir hari ini. Akung tetap ada di hati Zaskia. Dan cinta seorang
kakek kepada cucunya tidak selalu harus terlihat. Namun bisa dirasakan dalam
setiap kata dan setiap hadiah sederhana yang penuh makna. Semoga menjadi anak
sholehah.
Cepu, 23 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar