Bimbingan teknis sesi terakhir
selalu menjadi tantangan tersendiri, apalagi jika berlangsung pada pukul 13.00
WIB hingga 15.00 WIB. Waktu yang dikenal sebagai jam rawan mengantuk, terlebih
di bulan suci Ramadan. Peserta harus
berjuang melawan kantuk dan tetap fokus mengikuti materi yang disampaikan.
Namun, sesi kali ini berbeda. Narasumber yang dihadirkan adalah seorang
perempuan cantik dan berkarisma. Beliau Bernama ibu Tri Yuli Setyaningrum, M.
Pd. Beliau tidak hanya memiliki wawasan yang luas. Beliau menggunakan metode
penyampaian yang luar biasa agar para peserta tetap terjaga dan antusias.
Narasumber tidak langsung
menyampaikan materi. Ia justru memberikan instruksi unik kepada para peserta.
“Bapak dan Ibu sekalian, sebelum kita mulai, silakan cari tiga orang yang belum
Anda kenal sebelumnya. Pastikan setiap kelompok terdiri dari penggiat literasi,
pustakawan, siswa, dan mahasiswa. Setelah itu, silakan berdiskusi selama
beberapa menit,” ujarnya dengan senyum hangat.
Para peserta awalnya tampak
bingung, tetapi mereka segera beranjak dari tempat duduk dan mulai mencari
rekan baru. Termasuk saya, saya berjalan mendekati peserta yang masih muda. Dia
peserta dari mahasiswa Poltekes jurusan perawat semester empat. Saat kami
berdua berbincang ada peserta lain mendekat ikut bergabung. Seorang penggiat
literasi wakil dari desa Panolan kecamatan Cepu. Ruangan yang semula sunyi
mendadak berubah menjadi ramai. Suara perkenalan dan tawa kecil terdengar di
berbagai sudut ruangan. Dalam waktu singkat, kami mulai berdiskusi, berbagi
pengalaman, dan mengungkapkan ketertarikan masing-masing terhadap dunia
literasi.
Setelah beberapa menit berlalu,
narasumber kembali mengambil alih suasana. “Sekarang, kita akan membagi peserta
ke dalam tiga kelompok,” katanya. “Silakan berbaris. Baris pertama untuk
peserta yang belum memiliki karya, baris kedua untuk peserta yang sudah
memiliki karya tetapi belum dipublikasikan, dan baris ketiga bagi mereka yang
karyanya sudah terbit.”
Para peserta pun segera bergerak
sesuai dengan kategori mereka. Ada yang tampak ragu-ragu memilih posisi, tetapi
setelah saling bertanya satu sama lain, mereka akhirnya menemukan tempat yang
tepat. Narasumber tersenyum melihat antusiasme yang mulai muncul.
“Sekarang, saya akan memilih
beberapa orang secara acak untuk menceritakan karyanya,” ujarnya. “Jangan
khawatir, ini bukan ujian. Kita saling berbagi pengalaman.”
Seorang peserta dari kelompok
kedua maju ke depan. Ia adalah seorang guru yang sudah menulis beberapa cerpen
tetapi belum pernah menerbitkannya. Dengan semangat, ia menceritakan bagaimana
ide-ide cerpennya berasal dari pengamatan sehari-hari terhadap siswa di
sekolahnya. “Saya sering melihat interaksi mereka dan berpikir, ini bisa
menjadi cerita yang menarik,” katanya. “Tetapi saya masih ragu untuk
menerbitkannya.”
Di kelompok ketiga, seorang
mahasiswa berdiri dan berbagi pengalamannya menerbitkan artikel di media
daring. Seorang siswa SMK sudah memiliki banyak karya. Dia pandai berbicara
tentang literasi yang sudah dilaluinya. Saya mendengarnya menjadi kagum.
Narasumber kemudian mulai
memaparkan materi tentang artikel ilmiah dan artikel populer. Beliau menjelaskan
perbedaan mendasar antara keduanya, bagaimana menulis artikel yang baik, serta
cara menyesuaikan tulisan dengan target pembaca. Materinya disampaikan dengan
gaya yang interaktif dan menyenangkan. Sesekali, ia menyisipkan humor dan kisah
inspiratif yang membuat peserta tetap fokus.
“Saya tahu ini adalah jam-jam
mengantuk,” katanya sambil tersenyum. “Tapi ingat, menulis adalah perjalanan
panjang. Jika kita tidak memulainya sekarang, kapan lagi?”
Menurut beliau ciri-ciri artikel
ilmiah adalah objektif, rasional, kritis, gaya bahasa formal, pengutipan sumber
jelas disertai daftar Pustaka. Struktur artikel popuer yaitu Judul,
pendahuluan, isi dan penutup. Adapun Langkah-langkah Menyusun karya ilmiah
popular sebagai berikut Setelah mendapat data kemudian diolah. Bahasa yang
digunakan mudah dipahami dilanjutkan
membuat kerangka dan disusunlah karya.
Ketika sesi akhirnya berakhir,
para peserta memberikan tepuk tangan meriah. “Terima kasih atas sesi yang luar
biasa ini,” ujar salah satu peserta. “Saya benar-benar mendapatkan banyak ilmu
dan motivasi.”Narasumber tersenyum. “Ingat, menulis adalah proses. Jangan takut
untuk memulai. Saya menantikan karya-karya para peserta.”
Sebelum ditutup panitia mengajak foto bersama para narasumber dengan menggunakan kaos seragam yang berwarna biru. Beberapa detik kemudia para peserta sudah berubah memakai kaos dan sudah siap dengan berbagai posisi untuk difoto. Dengan semangat yang menyala para peserta meninggalkan ruangan. Semoga berkah ilmunya terimakasih DPK kab. Blora atas kesempatannya bisa bergabung.
Cepu, 23 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar