Sabtu, 22 Maret 2025

Bintek Di Saat Jam Rawan Ngantuk


Karya: Gutamining Saida

Bimbingan teknis sesi terakhir selalu menjadi tantangan tersendiri, apalagi jika berlangsung pada pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB. Waktu yang dikenal sebagai jam rawan mengantuk, terlebih di bulan suci Ramadan.  Peserta harus berjuang melawan kantuk dan tetap fokus mengikuti materi yang disampaikan. Namun, sesi kali ini berbeda. Narasumber yang dihadirkan adalah seorang perempuan cantik dan berkarisma. Beliau Bernama ibu Tri Yuli Setyaningrum, M. Pd. Beliau tidak hanya memiliki wawasan yang luas. Beliau menggunakan metode penyampaian yang luar biasa agar para peserta tetap terjaga dan antusias.

Narasumber tidak langsung menyampaikan materi. Ia justru memberikan instruksi unik kepada para peserta. “Bapak dan Ibu sekalian, sebelum kita mulai, silakan cari tiga orang yang belum Anda kenal sebelumnya. Pastikan setiap kelompok terdiri dari penggiat literasi, pustakawan, siswa, dan mahasiswa. Setelah itu, silakan berdiskusi selama beberapa menit,” ujarnya dengan senyum hangat.

Para peserta awalnya tampak bingung, tetapi mereka segera beranjak dari tempat duduk dan mulai mencari rekan baru. Termasuk saya, saya berjalan mendekati peserta yang masih muda. Dia peserta dari mahasiswa Poltekes jurusan perawat semester empat. Saat kami berdua berbincang ada peserta lain mendekat ikut bergabung. Seorang penggiat literasi wakil dari desa Panolan kecamatan Cepu. Ruangan yang semula sunyi mendadak berubah menjadi ramai. Suara perkenalan dan tawa kecil terdengar di berbagai sudut ruangan. Dalam waktu singkat, kami mulai berdiskusi, berbagi pengalaman, dan mengungkapkan ketertarikan masing-masing terhadap dunia literasi.

Setelah beberapa menit berlalu, narasumber kembali mengambil alih suasana. “Sekarang, kita akan membagi peserta ke dalam tiga kelompok,” katanya. “Silakan berbaris. Baris pertama untuk peserta yang belum memiliki karya, baris kedua untuk peserta yang sudah memiliki karya tetapi belum dipublikasikan, dan baris ketiga bagi mereka yang karyanya sudah terbit.”

Para peserta pun segera bergerak sesuai dengan kategori mereka. Ada yang tampak ragu-ragu memilih posisi, tetapi setelah saling bertanya satu sama lain, mereka akhirnya menemukan tempat yang tepat. Narasumber tersenyum melihat antusiasme yang mulai muncul.

“Sekarang, saya akan memilih beberapa orang secara acak untuk menceritakan karyanya,” ujarnya. “Jangan khawatir, ini bukan ujian. Kita saling berbagi pengalaman.”

Seorang peserta dari kelompok kedua maju ke depan. Ia adalah seorang guru yang sudah menulis beberapa cerpen tetapi belum pernah menerbitkannya. Dengan semangat, ia menceritakan bagaimana ide-ide cerpennya berasal dari pengamatan sehari-hari terhadap siswa di sekolahnya. “Saya sering melihat interaksi mereka dan berpikir, ini bisa menjadi cerita yang menarik,” katanya. “Tetapi saya masih ragu untuk menerbitkannya.”

Di kelompok ketiga, seorang mahasiswa berdiri dan berbagi pengalamannya menerbitkan artikel di media daring. Seorang siswa SMK sudah memiliki banyak karya. Dia pandai berbicara tentang literasi yang sudah dilaluinya. Saya mendengarnya menjadi kagum.

Narasumber kemudian mulai memaparkan materi tentang artikel ilmiah dan artikel populer. Beliau menjelaskan perbedaan mendasar antara keduanya, bagaimana menulis artikel yang baik, serta cara menyesuaikan tulisan dengan target pembaca. Materinya disampaikan dengan gaya yang interaktif dan menyenangkan. Sesekali, ia menyisipkan humor dan kisah inspiratif yang membuat peserta tetap fokus.

“Saya tahu ini adalah jam-jam mengantuk,” katanya sambil tersenyum. “Tapi ingat, menulis adalah perjalanan panjang. Jika kita tidak memulainya sekarang, kapan lagi?”

Menurut beliau ciri-ciri artikel ilmiah adalah objektif, rasional, kritis, gaya bahasa formal, pengutipan sumber jelas disertai daftar Pustaka. Struktur artikel popuer yaitu Judul, pendahuluan, isi dan penutup. Adapun Langkah-langkah Menyusun karya ilmiah popular sebagai berikut Setelah mendapat data kemudian diolah. Bahasa yang digunakan mudah dipahami  dilanjutkan membuat kerangka dan disusunlah karya.

Ketika sesi akhirnya berakhir, para peserta memberikan tepuk tangan meriah. “Terima kasih atas sesi yang luar biasa ini,” ujar salah satu peserta. “Saya benar-benar mendapatkan banyak ilmu dan motivasi.”Narasumber tersenyum. “Ingat, menulis adalah proses. Jangan takut untuk memulai. Saya menantikan karya-karya para peserta.”

Sebelum ditutup panitia mengajak foto bersama para narasumber dengan menggunakan kaos seragam yang berwarna biru. Beberapa detik kemudia para peserta sudah berubah memakai kaos dan sudah siap dengan berbagai posisi untuk difoto. Dengan semangat yang menyala para peserta meninggalkan ruangan.  Semoga berkah ilmunya terimakasih DPK kab. Blora atas kesempatannya bisa bergabung.

Cepu, 23 Maret 2025

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar