Karya: Gutamining Saida
Mentari mulai meredup, menyisakan
semburat jingga di langit barat. Di kamar, aku duduk santai sambil menunggu
berbuka puasa. Tiba-tiba Zaskia cucu perempuanku yang baru duduk di kelas satu
SD Insyaniah kota Tegal. Dia ungkapan perasaannya dituliskan di atas kertas
kemudian disobek dan diberikan kepada saya. Saya bersyukur kepada Allah
Subhanahu Wata’alla atas karunia diberikan cucu-cucu yang aktif dan pandai. Dia
menghampiriku dengan wajah serius. Tangannya menggenggam selembar amplop kertas
berwarna putih.
“Ini surat buat Timmi,"
katanya dengan suara kecil namun tegas.
"Dibaca ya,Timmi terus
disimpan." lanjutnya
Aku tersenyum, menerima surat itu
dengan hati berdebar. Zaskia memang anak yang istimewa. Di usianya yang masih
belia , ia sudah pandai membaca dan
menulis. Tulisan tangannya masih belum rapi, tapi setiap hurufnya terpancar
ketulusan dan cinta.
Kubuka lipatan kertas itu, dan
mataku langsung tertuju pada deretan kata yang tertulis dengan pulpen warna
hitam.
"Timmi kakak sayang Timmi,
Timmi kesayangan kakak selamanya. Timmi juga cantik Pokoknya Timmi cantik deh,
kapan-kapan ke sini lagi ya kalau hari minggu, kalau tanggal merah. Timmi
hati-hati ya.“
Kata-kata sederhana itu begitu
menyentuh hatiku. Di tengah kesibukan dunia, Zaskia mampu mengungkapkan rasa
sayangnya dengan cara yang begitu tulus. Aku merasa sangat bersyukur memiliki
cucu seperti dia.
" Timmi juga sayang banget sama Zaskia," ucapku
sambil memeluknya erat. "Terima kasih ya, sudah menulis surat yang indah
ini."
Zaskia tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi susunya
yang rapi. "Sama-sama,Timmi.
Kami pun menghabiskan sore itu
dengan bercerita dan bermain bersama. Zaskia bercerita tentang teman-teman di
sekolah, tentang pelajaran yang disukainya dan tentang cita-citanya kelak. Aku
mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menyelipkan nasihat atau lelucon
untuk membuatnya tertawa.
Malam harinya sebelum tidur, aku
kembali membaca surat dari Zaskia. Setiap kata yang tertulis di sana terasa
begitu berharga. Surat cinta menjadi pengingat akan cinta dan kebahagiaan yang
sederhana. Aku berjanji pada diri sendiri untuk menyimpan surat itu baik-baik,
sebagai harta karun yang tak ternilai.
Keesokan harinya, aku mengajak
Zaskia bermain. Kami bermain tebak-tebakan dan tepuk-tepuk. Zaskia tertawa
riang dan aku ikut merasakan kebahagiaannya. Di tengah tawa dan canda, aku
menyadari betapa beruntungnya aku memiliki Zaskia dalam hidupku.
Ia adalah anugerah terindah,
sumber kebahagiaan yang tak pernah habis. Setiap momen bersamanya adalah
kenangan yang akan selalu kusimpan dalam hati. Surat kecil yang diberikannya
adalah bukti cinta yang tulus, pengingat akan betapa berharganya hubungan antara
seorang nenek dan cucu.
Aku berharap, kelak Zaskia akan
tumbuh menjadi anak yang cerdas, mandiri, dan penuh kasih serta menjadi anak
sholehah. Ia akan menjadi kebanggaan keluarga dan aku akan selalu berdoa untuknya.
Surat dari Zaskia bukan hanya
sekadar lembaran kertas. Ia adalah simbol cinta, harapan, dan kebahagiaan. Ia
adalah pengingat bahwa di tengah kesibukan dan tantangan hidup, selalu ada
cinta yang tulus dari keluarga yang akan menguatkan.
Cepu, 20 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar