Karya : Gutamining Saida
Setelah melaksanakan salat tarawih di musala dekat rumah, saya duduk sejenak di teras. Udara malam terasa sejuk, membelai wajah dengan lembut. Saya menarik napas dalam-dalam, menikmati ketenangan yang hanya bisa dirasakan di bulan Ramadan.
Seperti biasa sebelum beristirahat, saya mengecek handphone. Barangkali ada pesan penting yang masuk. Jari-jari saya menggeser layar perlahan, membaca satu per satu notifikasi yang masuk. Tiba-tiba, mata saya tertuju pada chat dari sahabatku, bu Emy
"Ada lomba literasi, mungkin njenengan tertarik ikut? Ini posternya," tulisnya.
Saya segera membuka file yang dikirimkan. Mata saya membelalak, membaca dengan penuh perhatian. Lomba menulis bertema Ramadan. Kategori umum, terbuka bagi siapa saja yang memiliki minat menulis. Tanpa sadar, senyum tersungging di wajah.
Hati saya bergetar penuh semangat. Literasi adalah dunia yang saya cintai. Saya memang bukan penulis profesional, tapi saya selalu merasa nyaman menuangkan pikiran dalam tulisan. Bagi saya, menulis bukan sekadar hobi, melainkan sarana untuk memahami diri sendiri dan berbagi inspirasi dengan orang lain.
Tanpa berpikir panjang, saya mengetik balasan kepada bu Emy.
"Terima kasih, saya coba ikut. ?"
Tak sampai satu menit, bu Emy membalas, "Masih ada waktu empat hari. Aku yakin njenengan bisa!"
Empat hari! Waktu yang cukup untuk menyusun tulisan dengan baik. Saya kembali membaca persyaratan lomba. Panjang tulisan minimal 700 kata, harus orisinal, dan mengandung pesan inspiratif seputar Ramadan. Saya menghela napas, mencoba merancang ide dalam kepala.
Malam semakin larut, tapi saya justru semakin bersemangat. Saya mengambil buku catatan kecil di meja dan mulai mencoret-coret ide yang muncul. Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, bulan refleksi dan perjuangan. Banyak kisah menarik yang bisa diangkat.
Sambil merenung, saya teringat pengalaman berharga yang terjadi Ramadan tahun ini. Saya berusaha menyeimbangkan kesibukan pekerjaan dengan ibadah, sambil tetap meluangkan waktu untuk menulis. Saya ingat betapa sulitnya menjaga konsistensi, tapi pada akhirnya saya berhasil menyelesaikan beberapa tulisan yang mendapat apresiasi dari teman-teman.
Aha! Saya bisa menulis tentang perjuangan menjaga konsistensi dalam beribadah dan berkarya di bulan Ramadan!
Saya segera membuka laptop dan mulai mengetik. Kata demi kata mengalir begitu saja. Saya menuliskan bagaimana tantangan terbesar dalam bulan Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan juga menahan rasa malas dan godaan untuk menunda-nunda kebaikan.
Saya bercerita tentang bagaimana saya berusaha tetap produktif di tengah jadwal yang padat, bagaimana saya terkadang gagal, tapi tetap berusaha bangkit. Saya ingin tulisan ini bukan hanya menjadi kisah pribadi, tapi juga bisa menginspirasi orang lain yang mengalami hal serupa.
Waktu berlalu tanpa terasa. Saya melirik jam di dinding sudah hampir pukul sebelas. Saya menghela napas lega. Draft pertama sudah selesai. Meski masih butuh revisi, saya merasa puas dengan apa yang telah saya tulis.
Saya meregangkan tubuh, kemudian menutup laptop. Saya tersenyum kecil. Bagi saya, kemenangan dalam lomba bukanlah tujuan utama. Yang lebih penting adalah prosesnya bagaimana saya menantang diri untuk terus berkembang, belajar dari setiap kesalahan, dan tetap semangat dalam berkarya.
Lomba ini bukan hanya sekadar ajang kompetisi, tapi juga kesempatan untuk mengasah kemampuan. Saya percaya, setiap usaha yang dilakukan dengan niat baik pasti akan membawa manfaat, entah dalam bentuk kemenangan atau pengalaman berharga.
Saya menutup mata sejenak, berdoa dalam hati.
"Ya Allah, aku berusaha dengan sebaik-baiknya. Menang atau tidak, aku serahkan pada-Mu. Yang penting, aku telah berjuang."
Dengan perasaan lega dan penuh syukur, saya akhirnya merebahkan diri di tempat tidur. Mata saya perlahan terpejam, tapi hati saya masih dipenuhi semangat. Esok, saya akan kembali membaca tulisan saya, memperbaiki yang perlu diperbaiki, dan mengirimkan naskah terbaik saya.
Malam itu, saya tidur dengan senyuman. Ramadan bukan hanya bulan ibadah, tapi juga bulan perjuangan. Dan saya telah memilih untuk berjuang, dalam dunia yang saya cintai yaitu literasi.
Cepu, 16 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar