Karya: Gutamining Saida
Minggu siang tanggal 2 Maret 2025
suasana kamar terasa hangat dan nyaman. Aku duduk bersama cucu-cucuku. Zaskia cucu pertamaku, Hamzah cucu kedua dan
Elmira yang ceria, di atas tempat tidur. Di hadapan kami terbentang buku tugas
ramadan dari sekolah yang penuh warna. Zaskia dengan mata bulatnya yang penuh
rasa ingin tahu, menunjuk ke salah satu bagian buku.
"Timi, ini apa?"
tanyanya, jarinya menunjuk ke kolom "Sedekah".
Aku tersenyum, menjelaskan dengan
bahasa yang sederhana, "Sedekah itu artinya memberikan sesuatu kepada
orang lain.
“Sesuatu itu apa Timi?” tanya
Zaskia selanjutnya.
“Sesuatu itu bisa berupa uang,
makanan, barang.”
Zaskia mengerutkan kening, tampak
berpikir keras. "Tapi Timi, Zaskia kan belum punya uang. Gimana Zaskia
bisa sedekah?"
Aku mengelus rambutnya dengan
lembut. "Sedekah itu tidak harus selalu dengan uang, sayang. Senyum kepada
orang lain, membantu teman yang kesulitan. Atau bahkan mengucapkan terima kasih
dengan tulus itu juga sedekah."
"Oh… gitu ya, Timi,"
jawab Zaskia, matanya berbinar. "Jadi, senyum juga sedekah?"
"Betul sekali," jawabku
sambil mengangguk. "Senyum itu sedekah yang paling mudah dan paling
indah."
Tiba-tiba, Zaskia bangkit dari
duduknya dan berlari keluar dari kamar. Aku sedikit bingung, tapi aku
membiarkannya pergi. Tak lama kemudian, ia kembali dengan wajah berseri-seri,
tangannya menggenggam amplop berwarna putih.
"Timi, ini sedekah dari
Zaskia untuk Timi," katanya, menyerahkan amplop itu kepadaku. "Dibuka
ya, Timi."
Dengan rasa penasaran, aku
membuka perlahan amplop itu. Tambah ada rasa haru bahagia. Dia mengamati saat amplopnya saya sobek kemudia kubuka. Didalamnya kutemukan uang kertas dua ribu rupiah.
"Ini amplop dari mana dan ini
uang siapa?" tanyaku, sedikit terkejut.
“Amplop minta Uti dan uang saku sekolah
Zaskia kemarin," jawabnya dengan polos.
Hatiku langsung menghangat. Kata-kata sederhana yang tertulis di atas selembar amplop bisa menjadi cahaya dalam hari-hariku. Zaskia dengan pemahamannya yang masih sederhana tentang sedekah, telah mempraktikkannya dengan tulus. Ia memberikan uang yang sebenarnya bisa ia gunakan untuk membeli mainan atau permen, kepada orang yang ia sayangi.
"Zaskia sayang, terima kasih
banyak ya," ucapku, memeluknya erat. "Ini sedekah yang sangat
berharga bagi Timi."
Zaskia tersenyum lebar,
menunjukkan deretan gigi susunya yang rapi. "Sama-sama, Timi. Zaskia mau
jadi anak yang suka sedekah."
Momen itu menjadi pelajaran
berharga bagiku. Zaskia telah mengajarkanku bahwa sedekah tidak selalu tentang
jumlah materi yang diberikan. Tetapi tentang ketulusan dan niat baik yang
menyertainya. Ia juga mengingatkanku bahwa kebaikan bisa diajarkan dan
dipraktikkan sejak usia dini.
Aku menyimpan uang dua ribu
rupiah itu dengan hati-hati. Sebagai pengingat akan kebaikan hati Zaskia.
Setiap kali aku melihat uang itu, aku akan teringat akan senyumnya yang tulus. Aku akan masukkan ke kotak amal musala serta berdoa agar ia selalu menjadi anak
yang penuh kasih dan suka berbagi. Aamiin
Cepu, 5 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar