Selasa, 04 Maret 2025

Sedekah

 


Karya: Gutamining Saida

Minggu siang tanggal 2 Maret 2025 suasana kamar terasa hangat dan nyaman. Aku duduk bersama cucu-cucuku.  Zaskia cucu pertamaku, Hamzah cucu kedua dan Elmira yang ceria, di atas tempat tidur. Di hadapan kami terbentang buku tugas ramadan dari sekolah yang penuh warna. Zaskia dengan mata bulatnya yang penuh rasa ingin tahu, menunjuk ke salah satu bagian buku.

"Timi, ini apa?" tanyanya, jarinya menunjuk ke kolom "Sedekah".

Aku tersenyum, menjelaskan dengan bahasa yang sederhana, "Sedekah itu artinya memberikan sesuatu kepada orang lain.

“Sesuatu itu apa Timi?” tanya Zaskia selanjutnya.

“Sesuatu itu bisa berupa uang, makanan, barang.”

Zaskia mengerutkan kening, tampak berpikir keras. "Tapi Timi, Zaskia kan belum punya uang. Gimana Zaskia bisa sedekah?"

Aku mengelus rambutnya dengan lembut. "Sedekah itu tidak harus selalu dengan uang, sayang. Senyum kepada orang lain, membantu teman yang kesulitan. Atau bahkan mengucapkan terima kasih dengan tulus itu juga sedekah."

"Oh… gitu ya, Timi," jawab Zaskia, matanya berbinar. "Jadi, senyum juga sedekah?"

"Betul sekali," jawabku sambil mengangguk. "Senyum itu sedekah yang paling mudah dan paling indah."

Tiba-tiba, Zaskia bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari kamar. Aku sedikit bingung, tapi aku membiarkannya pergi. Tak lama kemudian, ia kembali dengan wajah berseri-seri, tangannya menggenggam amplop berwarna putih.

"Timi, ini sedekah dari Zaskia untuk Timi," katanya, menyerahkan amplop itu kepadaku. "Dibuka ya, Timi."

Dengan rasa penasaran, aku membuka perlahan amplop itu.  Tambah ada rasa haru bahagia. Dia mengamati saat amplopnya saya  sobek kemudia kubuka. Didalamnya kutemukan uang kertas dua ribu rupiah.

"Ini amplop dari mana dan ini uang siapa?" tanyaku, sedikit terkejut.

“Amplop minta Uti dan uang saku sekolah Zaskia kemarin," jawabnya dengan polos.

Hatiku langsung menghangat. Kata-kata sederhana yang tertulis di atas selembar amplop bisa menjadi cahaya dalam hari-hariku. Zaskia dengan pemahamannya yang masih sederhana tentang sedekah, telah mempraktikkannya dengan tulus. Ia memberikan uang yang sebenarnya bisa ia gunakan untuk membeli mainan atau permen, kepada orang yang ia sayangi.

"Zaskia sayang, terima kasih banyak ya," ucapku, memeluknya erat. "Ini sedekah yang sangat berharga bagi Timi."

Zaskia tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi susunya yang rapi. "Sama-sama, Timi. Zaskia mau jadi anak yang suka sedekah." Aku mengangguk, merasa bangga dengan cucu kecilku. Ia telah menunjukkan pemahaman yang luar biasa tentang nilai-nilai kebaikan. Aku berharap, kelak ia akan tumbuh menjadi anak yang dermawan, yang selalu peduli terhadap sesama.

Momen itu menjadi pelajaran berharga bagiku. Zaskia telah mengajarkanku bahwa sedekah tidak selalu tentang jumlah materi yang diberikan. Tetapi tentang ketulusan dan niat baik yang menyertainya. Ia juga mengingatkanku bahwa kebaikan bisa diajarkan dan dipraktikkan sejak usia dini.

Aku menyimpan uang dua ribu rupiah itu dengan hati-hati. Sebagai pengingat akan kebaikan hati Zaskia. Setiap kali aku melihat uang itu, aku akan teringat akan senyumnya yang tulus.  Aku akan masukkan ke kotak amal musala serta berdoa agar ia selalu menjadi anak yang penuh kasih dan suka berbagi. Aamiin

Cepu, 5 Maret 2025

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar