Suasana di ruang guru yang
biasanya tenang berubah menjadi riuh. Hari ini hari Jumat, hari di mana semua
guru di sekolah mengenakan seragam batik sesuai aturan. Ada satu sosok yang
tampak mencolok di antara para guru.
Bukannya memakai batik seperti
guru-guru lain, Pak Budi justru tampil dengan kemeja polos berwarna biru.
Awalnya tidak ada yang terlalu memperhatikan. Begitu beliau masuk ke dalam
ruang guru, satu per satu rekan-rekan mulai menyadari ada yang berbeda.
“Eh, Pak Budi nggak pakai batik?”
bisik Bu Rina kepada Bu Indri sambil melirik ke arah Pak Budi.
Tak lama Bu Peni yang duduk
langsung bersuara, “Pak Budi ini kok beda sendiri? Seperti pegawai bank!”
katanya dengan nada menggoda.
“Ini tadi memakai baju seragam
batik waktu berangkat dari rumah. Tiba-tiba masuk ruang guru jadi luntur,” saut
Pak Budi.
Tawa kecil mulai terdengar dari
beberapa guru yang sudah menyadari perbedaan seragam itu. Pak Budi yang baru
saja duduk hanya bisa tersenyum tipis.
Bu Indri yang selalu sigap
menanggapi candaan segera menimpali, “Maksudnya bukan bank, tapi bangunan!”
katanya sambil melirik ke arah Pak Budi yang masih santai.
Suasana di ruang guru semakin
ramai. Beberapa guru lain yang baru masuk pun ikut penasaran dan melirik Pak
Budi dengan ekspresi heran sekaligus geli. Biasanya Pak Budi selalu patuh
dengan aturan seragam. Entah karena lupa atau sengaja, hari ini beliau justru
tampil beda.
Tidak mau kalah dengan
komentar-komentar yang mulai berseliweran, Pak Budi akhirnya meletakkan
handphone yang dipegang. Beliau menatap rekan-rekannya dengan senyum penuh
percaya diri.
“Iya betul,” katanya dengan nada
tenang tapi penuh arti. “Saya sebagai orang yang selalu bangun jiwa raga
anak-anak.”
Tugas guru, lebih dari sekadar mengajar
tapi sebagai arsitek masa depan bangsa. Mereka memegang peran penting dalam
membentuk generasi penerus yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi
tantangan zaman. Tugas mereka tidak hanya sebatas menyampaikan ilmu
pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur, membentuk kepribadian,
dan mengasah keterampilan yang dibutuhkan anak-anak untuk meraih kesuksesan di
masa depan.
Nah, Tanggung
jawab seorang guru sangatlah besar dan tak tergantikan. Mereka harus mampu
satu, tidak hanya fokus pada perkembangan intelektual, tetapi juga
memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak-anak. Mereka menciptakan
lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan holistik.Dua, sebagai
teladan dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab,
toleransi, dan gotong royong. Mereka membantu anak-anak memahami pentingnya
moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Tiga, harus mampu membekali
anak-anak dengan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman. Mereka
harus melek teknologi, adaptif, dan inovatif dalam metode pengajaran.
Sejenak suasana hening. Semua
guru tampak terdiam, mencoba mencerna kata-kata Pak Budi. Lalu, tiba-tiba…
“HAHHAHAHA!!”
Tawa pecah di seluruh ruangan.
Gelak tawa guru-guru menggema. Suara memenuhi setiap sudut ruang guru. Beberapa
bahkan sampai menepuk meja saking tak kuasanya menahan tawa.
Bu Peni yang pertama kali
bercanda pun sampai mengusap matanya, “Aduh, Pak Budi, saya kira tadi salah
kostum, ternyata filosofis sekali jawabannya!” katanya masih tergelak.
Pak Budi hanya tersenyum puas. Ia
berhasil membalikkan situasi yang awalnya menyoroti kesalahannya menjadi momen
yang menghibur.
Bu Indri yang tadinya menggoda
pun mengangguk sambil tersenyum, “Wah, Pak Budi ini bukan cuma membangun jiwa
raga anak-anak. Pak Budi juga membangun suasana yang menyenangkan di ruang
guru.”
Beberapa guru lain masih tertawa, sementara yang lain mulai melanjutkan aktivitas mereka. Semua mata kembali tertuju pada Pak Budi. Dengan santai, beliau membuka handphone membuka beberapa chat yang masuk. .
Gelak tawa kembali pecah.
Beberapa guru langsung mengulurkan tangan mengambil permen, sementara yang lain
masih tertawa geli dengan tingkah Pak Budi yang selalu punya cara mencairkan
suasana.
Suasana di ruang guru menjadi
lebih hidup. Gara-gara seragam yang berbeda, pagi yang awalnya biasa saja
berubah menjadi penuh tawa. Dan yang lebih penting, Pak Budi berhasil
menunjukkan bahwa di balik kesalahan kecil, ada cara untuk mengubahnya menjadi
sesuatu yang menyenangkan.
Cepu, 7 Maret 2025

Tidak ada komentar:
Posting Komentar