Jumat, 07 Maret 2025

Bingkisan Di Dalam Tas Kuning

 

Karya: Gutamining Saida


Saat jam keempat pelajaran berlangsung, sebuah pengumuman dari Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan muncul di grup sekolah ESMEGA. Pengumuman tersebut menyebutkan bahwa dua siswa dari setiap kelas diminta untuk mengambil bingkisan makan gratis di ruang Sasana Krida. Kabar ini segera menyebar, dan masing-masing kelas memilih dua perwakilan untuk mengambil bingkisan tersebut.

Di kelas 7B Shesha dan Najwa dipilih untuk mengambil bingkisan. Mereka berjalan beriringan menuju ruang Sasana Krida yang terletak gedung di bagian depan sekolah. Sesampainya di sana, mereka melihat beberapa siswa dari kelas lain sudah berkumpul, menunggu giliran mengambil bingkisan. Meja panjang di tengah ruangan telah dipenuhi dengan berbagai jenis makanan, tertata rapi dalam tas berwarna kuning.

“Silakan ambil satu bagian untuk masing-masing kelas,” kata seorang guru yang bertugas membagikan bingkisan.

Shesha dan Najwa mengambil dua tas berwarna kuning yang telah disiapkan untuk kelas mereka. Mereka melirik isi bingkisan tersebut, yang berisi Energen saset, roti, telur puyuh, kurma, dan salak. Tidak semua siswa mendapatkan isi yang sama. Beberapa bingkisan berisi buah yang berbeda, misalnya ada yang mendapatkan jeruk dan ada pula yang mendapatkan salak.

“Sepertinya di kelas kita ada yang tidak suka jeruk,” kata Shesha sambil mengamati isi tas.

“Iya, kalau ada yang tidak suka, kita bisa saling bertukar,” sahut Najwa

Sesampainya di kelas, mereka meletakkan tas bingkisan di meja depan. Siswa-siswa pun duduk di bangku masing-masing. Mereka menunggu dengan sabar dan penuh rasa penasaran. Petugas memberikan satu-satu kepada temannya. Mereka mulai membuka dan melihat isi masing-masing bingkisan. Ada yang merasa senang dengan isinya, tetapi ada juga yang merasa kurang cocok.

“Wah, aku dapat jeruk. Tapi aku kurang suka jeruk,” kata Arin sambil menghela napas.

“Aku dapat salak, padahal aku lebih suka jeruk,” kata Nova.

Tanpa ragu, mereka pun sepakat untuk bertukar buah. Arina memberikan jeruknya kepada Nova. Sementara Nova menyerahkan salaknya kepada Arin. Mereka berdua tersenyum puas setelah pertukaran itu terjadi.

Melihat kejadian tersebut, siswa lain ikut menyesuaikan diri. Mereka yang mendapatkan sesuatu yang kurang disukai mulai mencari teman untuk bertukar. Beberapa siswa dengan ikhlas memberikan bagian mereka kepada teman yang lebih membutuhkan.

“Ambil saja telur puyuhku, aku tidak terlalu suka,” kata Sofia kepada Neta yang memang menyukai telur puyuh.

“Terima kasih Sofia. Aku akan menggantinya dengan kurma. Aku tidak begitu suka kurma,” balas Sofia.

Interaksi sederhana ini menciptakan suasana yang penuh dengan kebersamaan. Tidak ada rasa iri atau perasaan ingin memiliki lebih banyak. Justru, mereka saling berbagi dengan hati yang lapang.

Setelah semua menikmati bingkisan.  Mereka, tas kuning yang digunakan untuk membawa bingkisan pun dikumpulkan kembali. Sesuai instruksi, tas tersebut harus dikembalikan ke tempatnya agar dapat digunakan kembali di lain waktu. Shesha dan  Kembali Najwa  bertugas mengumpulkan tas dari teman-teman mereka dan mengembalikannya ke ruang Sasana Krida.

“Terima kasih sudah tertib mengembalikan tas ini. Dari kegiatan berbagi bingkisan ini, para siswa belajar banyak hal. Mereka belajar tentang keikhlasan dalam memberi dan menerim. Tidak semua yang didapat selalu sesuai dengan keinginan. Kebersamaan dan sikap saling menghargai juga tumbuh dari momen sederhana ini.

Ketika bel pulang berbunyi, para siswa melanjutkan berdoa yang dipimpin temannya. Mereka pulang dengan hati yang lebih hangat. Meski hanya sekadar bingkisan makanan, pengalaman hari itu memberikan pelajaran berharga tentang arti berbagi dan peduli kepada sesama.

Cepu, 7 Maret 2025

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar