Karya: Gutamining Saida
Saat jam keempat pelajaran
berlangsung, sebuah pengumuman dari Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan
muncul di grup sekolah ESMEGA. Pengumuman tersebut menyebutkan bahwa dua siswa
dari setiap kelas diminta untuk mengambil bingkisan makan gratis di ruang
Sasana Krida. Kabar ini segera menyebar, dan masing-masing kelas memilih dua
perwakilan untuk mengambil bingkisan tersebut.
Di kelas 7B Shesha dan Najwa
dipilih untuk mengambil bingkisan. Mereka berjalan beriringan menuju ruang
Sasana Krida yang terletak gedung di bagian depan sekolah. Sesampainya di sana,
mereka melihat beberapa siswa dari kelas lain sudah berkumpul, menunggu giliran
mengambil bingkisan. Meja panjang di tengah ruangan telah dipenuhi dengan
berbagai jenis makanan, tertata rapi dalam tas berwarna kuning.
“Silakan ambil satu bagian untuk
masing-masing kelas,” kata seorang guru yang bertugas membagikan bingkisan.
Shesha dan Najwa mengambil dua
tas berwarna kuning yang telah disiapkan untuk kelas mereka. Mereka melirik isi
bingkisan tersebut, yang berisi Energen saset, roti, telur puyuh, kurma, dan
salak. Tidak semua siswa mendapatkan isi yang sama. Beberapa bingkisan berisi
buah yang berbeda, misalnya ada yang mendapatkan jeruk dan ada pula yang
mendapatkan salak.
“Sepertinya di kelas kita ada
yang tidak suka jeruk,” kata Shesha sambil mengamati isi tas.
“Iya, kalau ada yang tidak suka,
kita bisa saling bertukar,” sahut Najwa
Sesampainya di kelas, mereka
meletakkan tas bingkisan di meja depan. Siswa-siswa pun duduk di bangku
masing-masing. Mereka menunggu dengan sabar dan penuh rasa penasaran. Petugas memberikan satu-satu kepada temannya. Mereka mulai
membuka dan melihat isi masing-masing bingkisan. Ada yang merasa senang dengan
isinya, tetapi ada juga yang merasa kurang cocok.
“Wah, aku dapat jeruk. Tapi aku
kurang suka jeruk,” kata Arin sambil menghela napas.
“Aku dapat salak, padahal aku
lebih suka jeruk,” kata Nova.
Tanpa ragu, mereka pun sepakat
untuk bertukar buah. Arina memberikan jeruknya kepada Nova. Sementara Nova menyerahkan
salaknya kepada Arin. Mereka berdua tersenyum puas setelah pertukaran itu
terjadi.
Melihat kejadian tersebut, siswa
lain ikut menyesuaikan diri. Mereka yang mendapatkan sesuatu yang kurang
disukai mulai mencari teman untuk bertukar. Beberapa siswa dengan ikhlas
memberikan bagian mereka kepada teman yang lebih membutuhkan.
“Ambil saja telur puyuhku, aku
tidak terlalu suka,” kata Sofia kepada Neta yang memang menyukai telur puyuh.
“Terima kasih Sofia. Aku akan
menggantinya dengan kurma. Aku tidak begitu suka kurma,” balas Sofia.
Interaksi sederhana ini
menciptakan suasana yang penuh dengan kebersamaan. Tidak ada rasa iri atau
perasaan ingin memiliki lebih banyak. Justru, mereka saling berbagi dengan hati
yang lapang.
Setelah semua menikmati bingkisan. Mereka, tas kuning yang digunakan untuk
membawa bingkisan pun dikumpulkan kembali. Sesuai instruksi, tas tersebut harus
dikembalikan ke tempatnya agar dapat digunakan kembali di lain waktu. Shesha dan
Kembali Najwa bertugas mengumpulkan tas dari teman-teman
mereka dan mengembalikannya ke ruang Sasana Krida.
“Terima kasih sudah tertib mengembalikan tas ini. Dari kegiatan berbagi bingkisan ini, para siswa belajar banyak hal. Mereka belajar tentang keikhlasan dalam memberi dan menerim. Tidak semua yang didapat selalu sesuai dengan keinginan. Kebersamaan dan sikap saling menghargai juga tumbuh dari momen sederhana ini.
Ketika bel pulang berbunyi,
para siswa melanjutkan berdoa yang dipimpin temannya. Mereka pulang dengan hati yang lebih hangat. Meski
hanya sekadar bingkisan makanan, pengalaman hari itu memberikan pelajaran
berharga tentang arti berbagi dan peduli kepada sesama.
Cepu, 7 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar