Senin, 03 Maret 2025

Berbuka Puasa di Dalam Kereta

 


Karya: Gutamining Saida

Hari pertama ramadan tepatnya tanggal 1 Maret 2025 saya memiliki kesan tersendiri. Bagi banyak orang ramadan momen yang dinanti-nanti. Berbuka bersama keluarga, menikmati hidangan khas yang sudah disiapkan sejak siang. Malam ini saya harus berbuka puasa dalam perjalanan dengan kereta.  Kereta yang membawa saya ke kota Tegal yang sudah direncanakan sebelumnya.

Dari rumah saya sudah mempersiapkan bekal untuk berbuka. Saya memilih membawa air minum, beberapa butir kurma, serta nasi lengkap dengan lauk. Semua itu saya taruh dalam tempat bekal berwarna putih. Bukan karena saya tidak ingin membeli makanan di kereta. Saya ingin tetap menjaga kebiasaan berbuka makanan yang disiapkan sendiri. Ada rasa nyaman ketika mengetahui apa yang akan disantap saat berbuka.

Kereta melaju dengan tenang sesekali berguncang ringan ketika melewati rel yang tidak terlalu mulus. Di gerbong beberapa penumpang tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang membaca buku, ada yang menonton film di ponsel mereka. Ada juga yang tampak hanya duduk diam menikmati perjalanan. Saya sendiri lebih banyak melihat ke luar jendela, memperhatikan pemandangan yang mulai menggelap. Langit yang tadinya berwarna jingga perlahan berubah menjadi biru kehitaman.

Kuucap syukur kepada Allah Subhanahu Wata’alla. Saat ini saya masih diberi kesempatan untuk bertemu bulan suci. Saya melihat ke pemandangan sekitar. Beberapa penumpang tampaknya mulai bersiap berbuka. Ada yang langsung mengambil botol air dari tas mereka. Ada yang mengeluarkan termos kecil berisi kopi atau teh. Ada pula yang menggenggam beberapa butir kurma.

Tiba-tiba suara pengumuman dari petugas KAI terdengar melalui pengeras suara. "Para penumpang saat ini sudah memasuki waktu Magrib. Dipersilakan untuk  yang menjalankan ibadah puasa untuk    berbuka."

Saya mengambil botol air dari tas membuka tutupnya sebelumnya saya awali berdoa berbuka. Lalu meneguk seteguk pertama. Alhamdulillah terasa begitu nikmat dan segar. Setelah menahan haus sepanjang hari saat ini terasa luar biasa nikmat. Saya lalu mengambil sebutir kurma dan memakannya perlahan. Beberapa penumpang lain tampak melakukan hal yang sama. Kami saling menganggukkan kepala sebagai tanda izin. Sebuah keadaan sederhana yang menghangatkan hati.

Seorang pria membuka kotak bekalnya yang berwarna coklat. Di seberangnya, seorang ibu tampak menyiapkan makanan dari wadah berbentuk kotak warna-warni. Ada juga yang membawa makanan dalam sterofoam, mungkin dibeli dari stasiun sebelum berangkat. Semua menikmati makanan mereka dengan tenang, tanpa suara berisik. Hanya sesekali terdengar bunyi sendok yang beradu dengan tempat bekal.

Saya tersenyum sendiri. Walaupun kami semua tidak saling mengenal, ada perasaan kebersamaan yang muncul di momen ini. Saya mulai menyantap nasi yang saya bawa. Meski sederhana, rasanya luar biasa. Bukan hanya karena saya lapar. Tetapi karena ada ketenangan dan rasa syukur dalam setiap suapan.

Di sudut lain gerbong, seorang anak kecil yang duduk bersama ibunya tampak tersenyum senang saat disuapi. Mungkin ini pertama kalinya ia berpuasa. Ia berhasil menahan lapar hingga waktu berbuka. Sang ibu membelai kepalanya dengan bangga.

Momen berbuka puasa di kereta ini benar-benar memberikan pengalaman baru bagi saya. Walaupun tidak bersama keluarga, saya tetap merasakan kebersamaan. Dalam perjalanan, di tengah orang-orang yang tidak saya kenal, tetap ada rasa hangat, ada perasaan bahwa kita semua sedang menjalani sesuatu yang sama.

Setelah selesai makan tempat bekal masukkan ke dalam tas. Beberapa penumpang lain juga mulai merapikan sisa makanan mereka. Kereta terus melaju, membawa kami ke tujuan masing-masing. Langit di luar sudah gelap sempurna.  Lampu-lampu kecil di dalam gerbong menyala lembut.

Saya bersandar di kursi merasa puas dan bersyukur. Hari pertama puasa yang berbeda ini ternyata memberikan pengalaman yang tidak kalah berharga. Ramadan memang selalu membawa cerita, di mana pun kita berada.

Cepu, 4 Maret 2025


Tidak ada komentar:

Posting Komentar