Karya: Gutamining Saida
Hari pertama ramadan tepatnya
tanggal 1 Maret 2025 saya memiliki kesan tersendiri. Bagi banyak orang ramadan
momen yang dinanti-nanti. Berbuka bersama keluarga, menikmati hidangan khas
yang sudah disiapkan sejak siang. Malam ini saya harus berbuka puasa dalam
perjalanan dengan kereta. Kereta yang
membawa saya ke kota Tegal yang sudah direncanakan sebelumnya.
Dari rumah saya sudah
mempersiapkan bekal untuk berbuka. Saya memilih membawa air minum, beberapa
butir kurma, serta nasi lengkap dengan lauk. Semua itu saya taruh dalam tempat
bekal berwarna putih. Bukan karena saya tidak ingin membeli makanan di kereta.
Saya ingin tetap menjaga kebiasaan berbuka makanan yang disiapkan sendiri. Ada
rasa nyaman ketika mengetahui apa yang akan disantap saat berbuka.
Kereta melaju dengan tenang sesekali berguncang ringan ketika melewati rel yang tidak terlalu mulus. Di gerbong beberapa penumpang tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang membaca buku, ada yang menonton film di ponsel mereka. Ada juga yang tampak hanya duduk diam menikmati perjalanan. Saya sendiri lebih banyak melihat ke luar jendela, memperhatikan pemandangan yang mulai menggelap. Langit yang tadinya berwarna jingga perlahan berubah menjadi biru kehitaman.
Kuucap syukur kepada Allah
Subhanahu Wata’alla. Saat ini saya masih diberi kesempatan untuk bertemu bulan
suci. Saya melihat ke pemandangan sekitar. Beberapa penumpang tampaknya mulai bersiap
berbuka. Ada yang langsung mengambil botol air dari tas mereka. Ada yang
mengeluarkan termos kecil berisi kopi atau teh. Ada pula yang menggenggam
beberapa butir kurma.
Tiba-tiba suara pengumuman dari
petugas KAI terdengar melalui pengeras suara. "Para penumpang saat ini
sudah memasuki waktu Magrib. Dipersilakan untuk
yang menjalankan ibadah puasa untuk
berbuka."
Saya mengambil botol air dari tas
membuka tutupnya sebelumnya saya awali berdoa berbuka. Lalu meneguk seteguk
pertama. Alhamdulillah terasa begitu nikmat dan segar. Setelah menahan haus
sepanjang hari saat ini terasa luar biasa nikmat. Saya lalu mengambil sebutir
kurma dan memakannya perlahan. Beberapa penumpang lain tampak melakukan hal
yang sama. Kami saling menganggukkan kepala sebagai tanda izin. Sebuah keadaan sederhana
yang menghangatkan hati.
Seorang pria membuka kotak bekalnya yang berwarna coklat. Di seberangnya, seorang ibu tampak menyiapkan makanan dari wadah berbentuk kotak warna-warni. Ada juga yang membawa makanan dalam sterofoam, mungkin dibeli dari stasiun sebelum berangkat. Semua menikmati makanan mereka dengan tenang, tanpa suara berisik. Hanya sesekali terdengar bunyi sendok yang beradu dengan tempat bekal.
Saya tersenyum sendiri. Walaupun kami semua tidak saling mengenal, ada perasaan kebersamaan yang muncul di momen ini. Saya mulai menyantap nasi yang saya bawa. Meski sederhana, rasanya luar biasa. Bukan hanya karena saya lapar. Tetapi karena ada ketenangan dan rasa syukur dalam setiap suapan.
Di sudut lain gerbong, seorang
anak kecil yang duduk bersama ibunya tampak tersenyum senang saat disuapi.
Mungkin ini pertama kalinya ia berpuasa. Ia berhasil menahan lapar hingga waktu
berbuka. Sang ibu membelai kepalanya dengan bangga.
Momen berbuka puasa di kereta ini benar-benar memberikan pengalaman baru bagi saya. Walaupun tidak bersama keluarga, saya tetap merasakan kebersamaan. Dalam perjalanan, di tengah orang-orang yang tidak saya kenal, tetap ada rasa hangat, ada perasaan bahwa kita semua sedang menjalani sesuatu yang sama.
Setelah selesai makan tempat
bekal masukkan ke dalam tas. Beberapa penumpang lain juga mulai merapikan sisa
makanan mereka. Kereta terus melaju, membawa kami ke tujuan masing-masing.
Langit di luar sudah gelap sempurna. Lampu-lampu
kecil di dalam gerbong menyala lembut.
Saya bersandar di kursi merasa
puas dan bersyukur. Hari pertama puasa yang berbeda ini ternyata memberikan
pengalaman yang tidak kalah berharga. Ramadan memang selalu membawa cerita, di
mana pun kita berada.
Cepu, 4 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar