Jumat, 28 Februari 2025

Dua Korban

 


Karya: Gutamining Saida

Awal Ramadan tahun 2025 membawa suasana yang berbeda bagi para siswa dan guru. Siswa pembelajaran mandiri di lingkungan keluarga, tempat ibadah dan masyarakat selama satu minggu penuh untuk menyesuaikan diri dengan bulan puasa. Sementara guru dan tenaga tata usaha tetap menjalankan tugas seperti biasa. Meski tanpa siswa di sekolah, ruang guru tetap ada kehidupan. Suasana ruang guru cukup ramai dengan berbagai percakapan.

Beberapa guru berkumpul dalam kelompok kecil, berbagi cerita.  Guru disibukkan dengan berbagai aktivitas. Ada yang sibuk menyiapkan materi pembelajaran. Ada yang mengerjakan tugas administrasi. Ada pula yang sedang berdiskusi mengenai persiapan masak sahur nanti malam. Ada yang membahas rencana pembelajaran setelah libur selesai. Sebagian lagi sibuk mengetik di laptop, menyusun soal atau laporan yang harus segera diselesaikan. Meskipun menyongsong bulan puasa. Semangat kerja tetap tinggi, meskipun sesekali terdengar keluhan ringan tentang rasa kantuk yang mulai menyerang.

Di salah satu sudut ruangan, Bu Warti dan bu Ning sedang berdiskusi tentang masakan. “Menurut bu Ning bagaimana strategi masak yang enak dan cepat selesai?” tanya Bu Warti sambil membolak-balik buku catatannya.

Bu Indri terlihat sudah siap dengan tas tentengnya. Berjalan pelan menuju pintu keluar. Teman-teman yang duduk di dekatnya bertanya dalam hati tanpa memberikan komentar.  Sesekali dia menatap jam dinding yang terletak di atas pintu ruang sebelah.

“Bu Indri, mau kemana? Kenapa tidak nunggu sekalian?”tanya bu Warti.

“Pulanglah.”jawabnya singkat sambil melanjutkan langkah.

“Masih kurang satu jam bu Indri, sabaaar.”lanjut bu Warti.

Bu Endri akhirnya berbalik arah kembali duduk di kursinya dengan wajah yang masih sedikit malu. “Baiklah, aku duduk lagi. Semoga jam benar-benar menunjukkan angka 11.00 WIB dalam waktu yang  lebih cepat!” katanya, disambut gelak tawa dari rekan-rekannya.

Setelah kejadian itu, rekan-rekan guru kembali menyibukkan diri. Melanjutkan berbagai aktivitas. Di tengah suasana kerja yang penuh keseriusan itu. Pintu ruang guru tiba-tiba terbuka. Seorang guru dari luar yaitu Bu Ely masuk dengan langkah mantap.  “Waaah, saatnya pulang!” serunya dengan penuh keyakinan. Wajahnya menunjukkan ekspresi lega seakan hari kerja sudah selesai. Dia sambil menatap jam dinding di atas pintu ruang keuangan bendahara.

Sejenak, suasana ruang guru sunyi. Hanya dalam hitungan detik, tawa pecah dari berbagai sudut ruangan. Semua guru yang mendengar komentar bu Ely langsung tertawa terbahak-bahak.

Bu Ely yang masih belum menyadari apa yang terjadi. Dia ikut tersenyum bingung. “Kenapa kalian ketawa?” tanyanya mengerutkan kening sambil mendekat ke bu Lala.

Bu Lala yang masih menahan tawa menunjuk ke arah jam dinding. “Bu Ely  coba lihat jam dulu sebelum buru-buru pulang.”

Bu Ely langsung mengalihkan pandangannya ke jam dinding di ruang guru. Matanya membesar saat menyadari bahwa jarum pendek masih di angka 10.15 WIB, sementara jarum panjang mencapai angka tiga. Bu Ely menepuk dahinya. “Ya ampun! Aku kira sudah pukul 11.00 WIB. Pantas saja semua orang masih sibuk bekerja.”

Tawa di ruangan semakin menjadi. Bu Ely menepuk pundak bu Lala sambil terkekeh. Bu Ely menghela napas panjang. “Aku tadi lihat jam sekilas, eh… malah salah lihat.”

Suasana ruang guru menjadi lebih cair setelah kejadian lucu itu. Beberapa guru mulai mengingat kejadian-kejadian serupa yang pernah mereka alami saat hari-hari libur.

“Dulu aku pernah mengalami hal yang sama, tapi lebih parah. Aku pikir sudah waktunya berbuka, padahal baru jam tiga sore,” kata Bu Putri sambil terkikik.

Bu Ning ikut menimpali, “Aku pernah hampir minum karena lupa kalau sedang puasa. Untungnya sadar sebelum air sampai ke mulut.”

Percakapan ringan itu membuat semua guru semakin bersemangat. Semangat menyongsong datangnya bulan suci yang sebentar lagi datang. Esok hari sudah melaksanakan ibadah puasa. Suasana kebersamaan di ruang guru menjadi lebih hangat. Bulan ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang berbagi kebahagiaan dan kebersamaan.

Suasana di ruang guru tetap penuh semangat. Kejadian kecil seperti salah lihat jam menjadi hiburan tersendiri di tengah kesibukan. Ramadan memang selalu membawa cerita unik. Kisah bu Ely dan bu Indri hari ini pasti akan menjadi bahan candaan di hari-hari berikutnya. Candaan yang membuat orang lain tersenyum dan terhibur. Bukankah senyum termasuk ibadah. Asal jangan senyum-senyum sendirian. Semoga terhibur.

Cepu, 28 Februari 2025

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar