Liburan sekolah selalu menjadi
momen yang dinanti-nantikan oleh anak-anak. Begitu pula dengan cucu saya yaitu
Zaskia, Hamzah, Elmi. Zaskia duduk di kelas satu, penuh energi, dan tak pernah lelah
untuk bermain. Di rumah, dia biasa dipanggil "Kakak" karena yang
paling besar di antara saudara-saudaranya. Setiap kali berlibur ke Cepu, rumah
mendadak menjadi lebih ramai. Suasana yang awalnya tenang berubah menjadi penuh
suara canda, tawa, dan permintaan-permintaan tak berujung untuk bermain.
Sebagai nenek, saya sudah paham
betul dengan kebiasaannya. Zaskia cepat bosan dengan permainan. Dia selalu
ingin mencoba hal baru. Maka sebelum dia datang saya sudah menyiapkan berbagai cara
agar liburannya menyenangkan. Saya tak ingin dia merasa bosan atau kehabisan
kegiatan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya tahu bahwa sehari dua
permainan saja tidak cukup. Dia bisa saja meminta lebih, bahkan sebelum satu
permainan benar-benar selesai dimainkan.
Pada hari pertama liburannya,
saya sudah menyiapkan kegiatan kreatif yang bisa dilakukan bersama kedua
saudaranya. Saya mengumpulkan botol bekas Aqua, kertas warna-warni, lem,
gunting, dan beberapa peralatan lain untuk membuat bunga hias. Mereka membuat
bunga dari kertas. Lalu menempelkannya ke botol aqua yang sudah saya
potong-potong sebagai tangkai. Saya membayangkan betapa serunya mereka
berkreasi, menempel, dan merangkai bunga warna-warni yang cantik.
Namun realitas tak selalu
berjalan sesuai harapan. Baru beberapa menit setelah memulai, cucu saya yang
paling kecil tiba-tiba kabur! Dia tampaknya kurang tertarik dengan kegiatan ini
dan lebih memilih untuk berlari kesana kemari. Saya hanya bisa tersenyum
melihat tingkah lucunya.
Sementara itu Zaskia dan Hamzah
adiknya tetap bersemangat. Tangannya yang mungil dengan lincah memasang kertas
ke batang. Dia memilih warna-warna cerah untuk bunga buatannya. Matanya
berbinar saat melihat hasilnya mulai terbentuk. “Timi, bunga Kakak bagus, kan?”
tanyanya dengan penuh kebanggaan. Timi adalah sapaan yang diberikan
cucu-cucuku. Saya menjawab sambil tersenyum. “Bagus sekali! Kakak memang
kreatif.”
Setelah beberapa bunga selesai
dibuat, ekspresinya mulai berubah. Dia menoleh ke Hamzah adiknya. Dia
memberikan semangat pada adiknya yang belum selesai. Ayo dik, cepet dikit dong.
Dia mulai melihat ke sekeliling. Saya tahu betul tanda-tanda ini. Dia mulai
bosan! Saya buru-buru mengajaknya berbicara agar tetap tertarik.
“Kakak, kalau bunga ini sudah
jadi, kita bisa membuat model lain lho. Mau coba?”
“Ah…nanti saja Timi. Kakak mau
main yang lain dulu,” jawabnya cepat.
Tak berapa lama, dia menghilang
ke ruang belakang. Saya tertawa kecil. Nah…seperti yang sudah saya duga, satu
permainan belum cukup untuk membuatnya bertahan lama. Semoga terhibur.
Cepu, 8 Februari 2025

Tidak ada komentar:
Posting Komentar