Selasa, 11 Februari 2025

Karya: Gutamining Saida

Anak dan cucu-cucu sedang berlibur di Cepu. Tempat tinggal mereka di kota Tegal. Jarak tempuh dengan kereta api butuh waktu lima jam.  Situasi rumah terasa lebih ramai dari biasanya. Mereka mengisi setiap sudut rumah dengan tawa dan keceriaan mereka. Satu hal yang menarik perhatian mereka apabila ada pasien datang terapi.  Tiap saat hadir pasien di ruang terapi mereka ingin ikut masuk ke ruang terapi. Ruang terapi bekam dan akupungtur yang dikelola oleh tante mereka. Tante yang biasa disapa dengan “Amah Faiz”.

Amah Faiz membuka praktik akupungtur dan bekam. Pasien datang silih berganti, ada yang mengeluh pegal-pegal, ada yang merasa tidak enak badan, dan ada juga yang sekedar ingin menjaga kesehatannya. Umi Bilta sering melihat prosesnya, tetapi tak pernah punya keberanian untuk mencoba. Uminya takut pada jarum.

"Umi, tuh amah Faiz ngapain di ruang terapi?" tanya Zaskia, anak pertama dari umi Bilta.

"Itu, nerapi pasien." jawab umi Bilta.

"Kakak Zaskia mau coba, mii!" seru cucu saya dengan mata berbinar.

"Kamu masih kecil, apa tidak takut?." Tanya Umi  Bilta sambil tertawa kecil.

“Tidak takut Mii,” jawab Zaskia singkat.

“Bilang sana, sama amah Faiz.” Ujar umi Bilta

Saat di ruang terapi, dan tidak ada pasien Zaskia minta di bekam. Si adik laki-laki yang bernama Hamzah dan adik perempuan El membuntututi dari belakang.

“El juga mau! El juga, nggak takut mii!"

“Hamzah nanti juga, ya mii!” ujar Hamzah

Bekam adalah terapi pengobatan tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu. Metode ini bekerja dengan cara menyedot darah kotor dari tubuh menggunakan alat khusus yang disebut kop bekam. Dalam praktiknya, bekam dipercaya bisa melancarkan peredaran darah, membuang racun dari dalam tubuh, mengurangi nyeri, hingga meningkatkan daya tahan tubuh.

Orang-orang yang rutin melakukan bekam sering merasa tubuh mereka lebih ringan, segar, dan berenergi. Bahkan, bekam juga sering digunakan sebagai terapi untuk mengatasi berbagai penyakit seperti migrain, tekanan darah tinggi, atau nyeri sendi.

Meskipun banyak manfaatnya, tidak semua orang berani mencoba bekam. Umi Bilta salah satunya. Ada beberapa alasan mengapa bekam sering kali terasa menakutkan bagi orang awam yaitu

  1. Takut jarum
    Proses bekam memang melibatkan sayatan kecil untuk mengeluarkan darah kotor. Membayangkan kulit saya ditusuk dan darah keluar sudah cukup membuat saya merinding.
  2. Kurangnya Pemahaman
    Banyak orang, menganggap bekam hanya sebatas mengeluarkan darah tanpa memahami cara kerjanya secara ilmiah. Ketidaktahuan ini menambah keraguan untuk mencoba.
  3. Persepsi Negatif
    Beberapa orang masih menganggap bekam itu menyeramkan atau kurang higienis, padahal jika dilakukan oleh terapis yang berpengalaman dan menggunakan alat yang steril, bekam justru sangat aman dan bermanfaat.

Zaskia berbaring tanpa takut. Ketika kop bekam mulai ditempelkan ke kulit, ada sensasi tarikan yang cukup kuat, ternyata dia tidak merasa sakit. Setelah beberapa menit, bekam selesai. Kakak Zaskia bangun dan turun sambil senyum.

Melihat Kakak Zaskia baik-baik saja. Elmi dan Hamzah naik ke tempat terapi dan berbaring. "Kakak  hebat!  Saya belajar sesuatu yang berharga dari kisah tersebut. Terkadang, keberanian bukan hanya soal usia, tetapi tentang bagaimana kita menghadapi ketakutan. Umi Bilta yang sudah memiliki tiga anak terlalu banyak berpikir dan merasa takut. Sementara anak-anak menghadapi sesuatu dengan polos dan penuh semangat. Mungkin inilah saatnya umi Bilta belajar untuk lebih berani, bukan hanya dalam menghadapi bekam, tetapi juga dalam menghadapi tantangan hidup.

Cepu, 11 Pebruari 2025

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar