Anak dan cucu-cucu sedang
berlibur di Cepu. Tempat tinggal mereka di kota Tegal. Jarak tempuh dengan
kereta api butuh waktu lima jam. Situasi
rumah terasa lebih ramai dari biasanya. Mereka mengisi setiap sudut rumah
dengan tawa dan keceriaan mereka. Satu hal yang menarik perhatian mereka
apabila ada pasien datang terapi. Tiap
saat hadir pasien di ruang terapi mereka ingin ikut masuk ke ruang terapi. Ruang
terapi bekam dan akupungtur yang dikelola oleh tante mereka. Tante yang biasa
disapa dengan “Amah Faiz”.
Amah Faiz membuka praktik akupungtur
dan bekam. Pasien datang silih berganti, ada yang mengeluh pegal-pegal, ada
yang merasa tidak enak badan, dan ada juga yang sekedar ingin menjaga
kesehatannya. Umi Bilta sering melihat prosesnya, tetapi tak pernah punya
keberanian untuk mencoba. Uminya takut pada jarum.
"Umi, tuh amah Faiz ngapain
di ruang terapi?" tanya Zaskia, anak pertama dari umi Bilta.
"Itu, nerapi pasien."
jawab umi Bilta.
"Kakak Zaskia mau coba, mii!"
seru cucu saya dengan mata berbinar.
"Kamu masih kecil, apa tidak
takut?." Tanya Umi Bilta sambil tertawa
kecil.
“Tidak takut Mii,” jawab Zaskia
singkat.
“Bilang sana, sama amah Faiz.”
Ujar umi Bilta
Saat di ruang terapi, dan tidak
ada pasien Zaskia minta di bekam. Si adik laki-laki yang bernama Hamzah dan
adik perempuan El membuntututi dari belakang.
“El juga mau! El juga, nggak
takut mii!"
“Hamzah nanti juga, ya mii!” ujar
Hamzah
Bekam adalah terapi pengobatan
tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu. Metode ini bekerja dengan cara
menyedot darah kotor dari tubuh menggunakan alat khusus yang disebut kop bekam.
Dalam praktiknya, bekam dipercaya bisa melancarkan peredaran darah, membuang
racun dari dalam tubuh, mengurangi nyeri, hingga meningkatkan daya tahan tubuh.
Orang-orang yang rutin melakukan
bekam sering merasa tubuh mereka lebih ringan, segar, dan berenergi. Bahkan,
bekam juga sering digunakan sebagai terapi untuk mengatasi berbagai penyakit
seperti migrain, tekanan darah tinggi, atau nyeri sendi.
Meskipun banyak manfaatnya, tidak
semua orang berani mencoba bekam. Umi Bilta salah satunya. Ada beberapa alasan
mengapa bekam sering kali terasa menakutkan bagi orang awam yaitu
- Takut
jarum
Proses bekam memang melibatkan sayatan kecil untuk mengeluarkan darah kotor. Membayangkan kulit saya ditusuk dan darah keluar sudah cukup membuat saya merinding. - Kurangnya
Pemahaman
Banyak orang, menganggap bekam hanya sebatas mengeluarkan darah tanpa memahami cara kerjanya secara ilmiah. Ketidaktahuan ini menambah keraguan untuk mencoba. - Persepsi
Negatif
Beberapa orang masih menganggap bekam itu menyeramkan atau kurang higienis, padahal jika dilakukan oleh terapis yang berpengalaman dan menggunakan alat yang steril, bekam justru sangat aman dan bermanfaat.
Zaskia berbaring tanpa takut.
Ketika kop bekam mulai ditempelkan ke kulit, ada sensasi tarikan yang cukup
kuat, ternyata dia tidak merasa sakit. Setelah beberapa menit, bekam selesai. Kakak
Zaskia bangun dan turun sambil senyum.
Melihat Kakak Zaskia baik-baik
saja. Elmi dan Hamzah naik ke tempat terapi dan berbaring. "Kakak hebat! Saya belajar sesuatu yang berharga dari kisah
tersebut. Terkadang, keberanian bukan hanya soal usia, tetapi tentang bagaimana
kita menghadapi ketakutan. Umi Bilta yang sudah memiliki tiga anak terlalu
banyak berpikir dan merasa takut. Sementara anak-anak menghadapi sesuatu dengan
polos dan penuh semangat. Mungkin inilah saatnya umi Bilta belajar untuk lebih
berani, bukan hanya dalam menghadapi bekam, tetapi juga dalam menghadapi
tantangan hidup.
Cepu, 11 Pebruari 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar