Rabu, 19 Februari 2025

Jejak Kata di Tangga Masuk Masjid

Langkah kaki saya terayun ringan menuju ruang tes nomor 24. Suasana sekolah sudah lengang sebab siswa sudah masuk ruang tes Tengah semester . Cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela besar menyapa. menciptakan siluet panjang yang indah. Saya bertugas mengawasi tes Tengah semester, sebuah rutinitas biasa. Ada sesuatu menarik perhatian saya.

Saat akan naik tangga menuju lantai atas, mata saya tertumbuk pada kata-kata yang tertulis di setiap anak tangga masjid. Bukan sekadar angka urutan atau tanda peringatan, melainkan rangkaian kalimat pendek yang menggugah.

“Saya Muslim”

Muslim adalah sebutan orang yang menyakini dan mengikuti ajaran agama islam. Muslim terdiri dari muslimin dan Muslimah.

Saya membaca kata-kata itu di anak tangga pertama. Langkah saya terhenti sejenak. Saya tatap kalimat itu dengan penuh rasa ingin tahu. Siapa yang menuliskannya? Apa tujuannya?

Saya melangkah ke anak tangga ke dua yaitu:

“SayaMukmin”

Mukmin adalah yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah Subhanahu Wata’alla dan ajaran-ajaranNya. Mukmin menyakini adanya rukun iman. Iman yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tangan saya refleks merogoh saku baju, mencari handphone. Saya harus mengabadikan dengan memfotonya. Kata-kata ini begitu sederhana, tetapi memiliki kesan yang luar biasa.

Langkah saya kembali berlanjut ke anak tangga ke tiga yaitu

“Saya Muhsin”

Muhsin dalam arti seseorang tidak hanya beriman dan beribadah tetapi juga berusaha untuk mencapai Tingkat kebaikan yang tertinggi dalam segala aspek kehidupan. Tingkat yang lebih tinggi dari mukmin dan muslim.

Saya mengangguk pelan, setuju dengan pesan itu. Betapa banyak siswa yang hanya membaca tanpa benar-benar memahami bahwa kata-kata, bukan sekadar kata atau kalimat.

Setiap kalimat yang saya baca membawa perasaan berbeda. Ada yang menyemangati, ada yang mengingatkan, dan ada yang menenangkan.

“Saya Mukhlisin”

Mukhlisin merupakan golongan orang yang memiliki tingkat keimanan dan ketaqwaan yang tinggi serta senantiasa menjaga keikhlasan dalam segala aspek kehidupan.

Saya sampai di anak tangga terakhir. Tulisan di sana begitu  maknanya:

“Saya Muttaqin”

Muttaqin adalah golongan orang yang memiliki tingkat ketakwaan tinggi kepada Allah dan berusaha untuk selalu menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat mendatangkan murka-Nya.

Bagaimanakah cara mencapai derajat muttaqin? Ada beberapa langkah untuk mencapainya yaitu, Satu, memperkuat iman dan tauhid kepada Allah Subhanahu Wata’all. Memperkuat iman dengan jalan yaitu Menyakini rukun iman, menjauhi syirik. Kedua, melaksanakan ibadah dengan khusu, Ketiga, meningkatkan akhlaq, Keempat, Menjauhi larangan Allah Subhanahu Wata’aalla. Kelima, meningkatkan ilmu agama. Keenam yaitu istiqomah dan mujahadah.

Nah, dengan mengikuti langkah-langkah tersebut di atas, kita akan meraih derajat muttaqin dan mendapat ridho Allah Subhanahu Watta’alla.

Saya menarik napas dalam, merenungi setiap kata yang saya temui dalam perjalanan singkat ini. Seakan-akan tangga ini tidak hanya mengantarkan saya ke ruangan di lantai atas, tetapi juga ke pemahaman baru tentang arti perjalanan hidup seorang muslim.

Pikiran saya berkelana lebih jauh. Jika kata-kata di tangga itu bisa memberi penuntun kepada siapa pun yang membacanya. Bagaimana jika setiap sudut sekolah diisi dengan pesan-pesan inspiratif? Bagaimana jika setiap kelas memiliki kata-kata motivasi yang bisa menyentuh hati siswa?

Saya mengambil kertas catatan saya dan mulai menulis. Bukan hanya mencatat kalimat-kalimat tadi, tetapi juga menambahkan ide-ide baru. Saya ingin berbagi kisah ini, menuliskannya agar lebih banyak orang yang terinspirasi untuk menebar kebaikan lewat kata-kata.

Saya akan terus berbenah. Bukan hanya berhenti sebagai muslim, tetapi juga untuk berjuang ke arah muttaqin. Dan hari ini, saya akan mengabadikan kata-kata di tangga ini dalam sebuah tulisan. Agar lebih banyak orang yang tergerak untuk menebarkan semangat melalui kata-kata.

Cepu, 20  Februari 2025

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar