Rabu, 19 Februari 2025

Dedikasi Tak Terbatas Ruang Dan Waktu

Karya: Gutamining Saida

Di suatu desa di pinggiran hutan, berdirilah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sering disebut warga sekitar sebagai "Sekolah melas," sebutan berasal dari istilah bahasa jawa mepet alas. Dalam Bahasa Indonesia, mepet alas berari dekat hutan. Bangunan sekolah sederhana, berada tepat di pinggir hutan pohon-pohon jati yang menjulang tinggi. Sekolah ini hanya terdiri dari dua puluh ruang kelas, ruang guru, ruang laboratorium, ruang kepala sekolah. Saat siang hari, hujan turun aktifitas pembelajaran terganggu kedatangan guru telat waktu. Ruang guru menuju kelas-kelas tiada atap. Jarak ruang guru dan kelas ada yang berjauhan. Sementara dindingnya dengan cat yang mulai memudar warnanya. Dibalik kesederhanaan fisiknya, sekolah itu menyimpan kisah perjuangan seorang guru  IPS bernama Bu Mining.

Bu Mining adalah seorang guru berusia lima puluh lima tahun yang penuh semangat. Meski tidak muda lagi, semangat dan cintanya pada dunia pendidikan tidak pernah pudar. Setiap pagi, ia memulai harinya dengan langkah tegap.  Ia selalu percaya bahwa seorang guru tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga terus belajar sepanjang hayat. Untuk sampai ke sekolah, ia harus menempuh perjalanan cukup panjang. Rumahnya berada di desa seberang, dan satu-satunya jalan menuju sekolah adalah jalan beraspal dengan lobang seribu. Di saat hujan turun di beberapa titik, jalan itu tertutup air, menciptakan suasana seperti dalam lukisan alam. Meski sering kali harus melangkah hati-hati karena licinnya jalan raya setelah hujan. Bu Mining tak pernah mengeluh. Baginya, setiap langkah menuju sekolah adalah bagian dari panggilan hatinya.

Sekolah melas, bukanlah tempat yang dilengkapi dengan fasilitas modern. Bangku-bangku kayu yang ada sudah mulai usang, dan beberapa di antaranya berlubang. Papan tulis yang digunakan di tiap kelas sudah penuh coretan lama yang sulit dihapus, sehingga Bu Mining harus mengajarkan materi menggunakan media seadanya. Buku pelajaran yang tersedia di perpustakaan sekolah tidak banyak mendukung kurikulum terbaru. Di mata Bu Mining, keterbatasan ini bukanlah penghalang, melainkan tantangan yang harus dihadapi dengan kreativitas.

Anak-anak yang bersekolah di sana kebanyakan berasal dari keluarga petani, anak-anak yang ditinggal orang tua merantau ke kota.  Anak-anak yang kurang perhatian orang tua dalam hal  pendidikan. Anak-anak dengan masalah keluarga yang kurang harmonis. Semangat belajar mereka aneka ragam. Ada yang semangat menimba ilmu, ada pula yang sekedar menggugurkan kewajiban datang ke sekolah. Setiap pagi, mereka dengan riang menyambut Bu Mining, berlomba-lomba menceritakan kejadian menarik yang mereka alami di rumah. Hal ini menjadi penyemangat bagi Bu Mining untuk memberikan yang terbaik.

Bu Mining tak hanya mengajar mata pelajaran IPS. Ia juga mengajarkan anak-anak nilai-nilai kehidupan. Dalam sela-sela pelajaran, ia sering berbagi cerita tentang pentingnya menjaga alam, berbagi dengan sesama, dan bermimpi besar meski hidup di tengah keterbatasan. Ia percaya bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai di atas kertas, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian.

Ada kalanya rasa lelah dan keraguan menghampiri Bu Mining. Namun, setiap kali melihat senyuman siswa siswi yang tulus dan mendengar mereka memanggilnya dengan penuh semangat. Ia merasa bahwa semua pengorbanan dan perjuangannya tidak sia-sia. Ia percaya bahwa meskipun berada di pinggiran hutan, cahaya pendidikan tetap bisa bersinar, membawa harapan baru bagi anak-anak.

 

Bu Mining, seorang guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ia menjalankan tugasnya dengan semangat yang luar biasa. Meski mata pelajaran yang ia ajarkan sering dianggap membosankan oleh sebagian besar siswa. Beberapa di antaranya menganggap IPS sebagai pelajaran yang kurang penting jika dibandingkan dengan mata pelajaran seperti Matematika, Bahasa Inggris, atau Ilmu Pengetahuan Alam. Bagi mereka, IPS hanyalah sekadar hafalan tanpa manfaat nyata. Pernyataan ini menjadi tantangan besar bagi Bu Mining. Ia yang selama ini sangat mencintai IPS. Ia percaya bahwa mata pelajaran ini adalah kunci untuk memahami dunia, sejarah, budaya, dan interaksi sosial.

Banyak siswa merasa bahwa IPS adalah mata pelajaran yang sulit dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Bu Mining selalu berusaha menghadirkan pembelajaran yang relevan dan menarik. Ia percaya bahwa setiap topik yang diajarkan dalam IPS memiliki kaitan erat dengan kehidupan nyata. Dalam setiap pertemuan, ia tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga membawa siswa pada perjalanan imajinasi yang hidup. Misalnya, saat membahas sejarah kerajaan di Nusantara, ia mengajak siswa membayangkan diri mereka sebagai bagian dari masyarakat pada masa itu. Ia sambil menghubungkannya dengan kebudayaan yang masih lestari hingga saat ini.

Ia tidak menyerah untuk membuktikan bahwa IPS adalah lebih dari sekadar hafalan tanggal, tahun atau teori belaka. Baginya, IPS adalah pintu gerbang bagi generasi muda untuk memahami dunia. Dan menjadi individu yang lebih peka. Setiap siswa memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan di Masyarakat. IPS adalah langkah awal untuk mencapainya.

Bu Mining juga menyadari pentingnya metode pembelajaran yang kreatif. Ia sering menggunakan pendekatan seperti bermain peran, diskusi kelompok, tebak-tebakan sejarah, hingga membuat peta potensi daerah. Salah satu kegiatan favorit siswa adalah ketika mereka diajak membuat puisi atau cerita pendek berdasarkan pelajaran IPS. Dengan cara ini, Bu Mining mampu menjadikan IPS sebagai pelajaran yang tidak hanya informatif, tetapi juga menghibur.

Meskipun ada tantangan, seperti kurangnya minat siswa terhadap mata pelajarannya. Bu Mining tetap optimis. Ia percaya bahwa dengan dedikasi, kreativitas, dan kesabaran, siswa akan melihat IPS dari sudut pandang yang berbeda. Bahkan, beberapa siswa yang awalnya menganggap IPS sebagai pelajaran yang membosankan mulai menunjukkan ketertarikan mereka. Mereka belajar untuk menghargai warisan budaya, memahami pentingnya peristiwa sejarah, dan mengenali potensi daerah mereka. Melalui kerja kerasnya, IPS bukan lagi pelajaran yang membosankan, melainkan jendela menuju dunia yang lebih luas.

Bu Mining adalah seorang guru dengan pengabdian panjang di dunia pendidikan. Selama bertahun-tahun, ia mengajar di sekolah yang sederhana, dikelilingi hutan, dengan fasilitas yang sangat terbatas. Namun, semangatnya untuk memberikan pendidikan terbaik kepada siswa-siswinya tidak pernah surut. Baginya, mendidik sebuah tugas mulia yang harus dijalankan sepenuh hati.

Dua bulan terakhir kehidupan Bu Mining mengalami tantangan yang tidak terduga. Dokter memvonis ada masalah pada tulangnya, membuat kondisi kesehatannya tidak sekuat dulu. Berita ini tentu menjadi pukulan berat, tetapi Ibu Mining memilih untuk bersikap tenang. Dalam hatinya, ia yakin bahwa setiap ujian yang diberikan Allah Subhanahu Wata’alla memiliki maksud dan hikmah yang indah. Di tengah rasa sakit yang terkadang datang, Ibu Mining tidak menyerah pada kesedihan. Ia berusaha untuk tetap bersyukur atas segala nikmat yang telah ia rasakan sebelumnya. Baginya, nafas yang masih mengalir, dan kekuatan untuk terus berdoa adalah bukti kasih sayang Allah Subhanahu Wata’alla. Meskipun maknanya belum sepenuhnya ia pahami.

Hari-harinya kini dipenuhi dengan senyuman, meski tidak selalu mudah. Setiap pagi, Ibu Mining menyambut hari dengan doa dan keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wata’alla tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuannya. Ia mengingatkan dirinya bahwa hidup tidak selalu tentang apa yang hilang, tetapi tentang mensyukuri apa yang masih dimiliki.

Dalam perjalanannya, Ibu Mining menemukan banyak pelajaran. Rasa sakit yang ia alami justru membuatnya semakin dekat dengan Sang Pencipta. Ia lebih sering merenung, beristighfar, dan memperbanyak ibadah. Bahkan, ia mulai berbagi cerita dengan orang-orang di sekitarnya, memberikan motivasi kepada mereka yang juga sedang diuji. Dengan lembut, ia mengingatkan bahwa setiap ujian adalah bentuk perhatian Allah Subhanahu Wata’alla kepada hamba-Nya, agar hati mereka semakin bersandar hanya kepada-Nya.

Dengan pertimbangan kesehatan dan saran dari keluarga, ia mengajukan mutasi untuk mengajar di sekolah dekat dengan lokasi rumah. Tepatnya di SMPN 3 Cepu, sebuah sekolah favorit yang memiliki fasilitas lengkap dan lebih mudah diakses. Ketika akhirnya ia menginjakkan kaki di SMPN 3 Cepu, perasaan Bu Mining bercampur aduk. Ada rasa syukur dan bahagia karena sekolah barunya memiliki gedung-gedung bertingkat dengan dinding bercat hijau yang tampak kokoh. Di tengah kompleks sekolah, sebuah masjid megah berdiri dengan arsitektur yang indah, sementara taman-taman yang tertata rapi memberikan suasana nyaman. Sudut-sudut sekolah dihias dengan ornamen yang menarik, menambah kesan modern dan tertib. Para siswa di sekolah ini juga terlihat rapi dengan seragam yang bersih dan beraturan.

Di balik rasa senangnya, terselip kebimbangan dan kecanggungan. Lingkungan di SMPN 3 Cepu jauh berbeda dari sekolah lamanya. Ia kini menghadapi babak baru, lingkungan baru  yang membawa tantangan sekaligus peluang bagi dirinya. Bu Mining melihat peluang emas untuk berkembang lebih jauh. Sebagai seorang guru yang berasal dari pinggiran hutan. Ia merasa seperti orang asing di tengah kemewahan dan keteraturan ini. Ia masih merasa dirinya, seorang guru desa yang terbiasa mengajar di ruang kelas dengan meja dan kursi yang terkadang sudah usang.

Meski begitu, semangat Bu Mining tidak berubah. Ia tetap membawa tekad dan nilai-nilai pengabdian yang sama seperti saat mengajar di sekolah sebelumnya. Ia percaya bahwa meskipun lingkungan berbeda, tugas seorang guru tetaplah sama yaitu mencerdaskan anak bangsa dengan penuh kasih dan dedikasi.

Perlahan tapi pasti, Bu Mining mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Ia belajar untuk menerima perubahan ini sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Baginya, tidak penting di mana ia mengajar di sekolah kecil di pinggiran hutan atau di sekolah favorit di kota. Yang terpenting adalah semangat untuk terus mendidik dan memberikan yang terbaik bagi para siswa. Ia sadar bahwa perubahan adalah hal yang tak terelakkan terutama di dunia pendidikan yang terus bergerak dinamis seiring perkembangan zaman.

Saat ia masuk ke kelas baru di SMPN 3 Cepu, Bu Mining menghadapi tantangan yang berbeda dari sebelumnya. Berbeda dengan siswa-siswa di sekolah lamanya. Siswa-siswa di sini tampak lebih percaya diri, kritis, dan berani menyampaikan pendapat. Mereka terbiasa mengutarakan ide tanpa ragu, menciptakan suasana kelas yang hidup namun penuh tantangan. Dengan penuh tekat, ia terus belajar dan meningkatkan kompetensinya.        

Tidak hanya berhenti di situ baginya, berbagi ilmu bukan hanya bentuk pengabdian, tetapi juga cara untuk terus belajar. Ia percaya bahwa melalui kolaborasi dan saling mendukung, sesama guru dapat menghadirkan pendidikan yang lebih baik bagi generasi akan datang.

Kisah Bu Mining adalah pengingat bahwa semangat untuk berkembang tidak mengenal batas usia. Dengan dedikasi, kerja keras, dan keinginan yang kuat, siapa pun dapat mengatasi tantangan dan terus memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitarnya. Bu Mining telah membuktikan bahwa cinta pada dunia pendidikan mampu menjadi bahan bakar yang tak pernah habis untuk terus melangkah maju.

Baginya melihat perubahan ini adalah kebahagiaan tersendiri. Ia merasa usahanya tidak sia-sia. Tantangan di kelas baru ini mengajarkannya untuk terus beradaptasi dan mencari cara kreatif untuk mengajar. Dengan kesabaran dan tekad yang kuat, ia tidak hanya mampu menghadapi tantangan, tetapi juga membangun hubungan yang lebih baik dengan siswa-siswanya.

Bu Mining percaya bahwa setiap siswa memiliki potensi besar, dan tugas seorang guru adalah membantu mereka melihat dan mengembangkan potensi tersebut. Meski berada di sekolah yang lebih maju dengan dinamika kelas yang berbeda, semangatnya untuk mengajar dan mencerdaskan generasi muda tetap tak tergoyahkan. Tantangan bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk terus belajar dan bertumbuh.

Hari itu adalah salah satu momen yang tidak akan pernah dilupakan oleh Bu Mining. Seperti biasanya, ia mengajar mata pelajaran IPS di SMPN 3 Cepu. Kali ini, ia menggunakan metode interaktif dengan permainan tanya jawab yang dirancang untuk membangun semangat siswa. Permainan itu cukup sederhana siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat apresiasi berupa poin tambahan untuk nilai mereka.

Di tengah suasana kelas yang mulai riuh, perhatian Bu Mining tertuju pada seorang siswa bernama Alif. Alif adalah salah satu siswa yang dikenal pendiam dan jarang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelas. Sebagai guru yang memperhatikan setiap siswanya, Bu Mining sudah lama menyadari sikap pasif Alif. Ia jarang mengangkat tangan saat ada pertanyaan, sering terlihat termenung, dan tampak kurang percaya diri di antara teman-temannya yang lebih vokal.

Hari itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Ketika Bu Mining mengajukan sebuah pertanyaan tentang perubahan sosial di masyarakat. Alif tiba-tiba mengangkat tangan. Semua mata di kelas langsung tertuju padanya, termasuk Bu Mining yang sempat terkejut. Dengan penuh semangat, Alif memberikan jawabannya. Kata-katanya jelas, runtut, dan tepat sasaran. Jawaban Alif benar, bahkan lebih mendalam dari yang diharapkan oleh Bu Mining.

Seisi kelas terdiam sejenak, kemudian terdengar tepuk tangan dari beberapa siswa. Bu Mining merasa haru, matanya sedikit berkaca-kaca melihat momen ini. Ia tidak menyangka bahwa Alif, siswa yang selama ini jarang terlihat aktif, memiliki pemahaman yang begitu baik tentang materi yang diajarkan. Di depan kelas, Alif tersenyum malu-malu, tetapi ada rasa bangga yang terpancar dari wajahnya.

Momen itu menjadi pengingat bagi Bu Mining tentang pentingnya peran guru dalam menggali potensi siswa. Ia menyadari bahwa setiap anak memiliki keunikan dan kekuatannya masing-masing, meskipun terkadang potensi itu tersembunyi di balik sikap pendiam atau kurang percaya diri. Tugas guru bukan hanya mengajarkan materi, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberi ruang bagi setiap siswa untuk berkembang.

Setelah kelas selesai, Bu Mining mendekati Alif dan memberikan pujian atas keberaniannya menjawab pertanyaan tadi. Ia juga memberikan motivasi, mengatakan bahwa Alif memiliki kemampuan besar yang perlu terus diasah. Ucapan itu membuat Alif tersenyum lebar, sesuatu yang jarang dilihat oleh Bu Mining sebelumnya.

Sejak hari itu, Alif mulai menunjukkan perubahan. Ia menjadi lebih aktif di kelas, lebih sering bertanya, dan tidak ragu menjawab pertanyaan. Teman-temannya pun mulai mengapresiasi usahanya, membuat Alif semakin percaya diri.

Perubahan Alif adalah salah satu pencapaian terbesarnya sebagai seorang guru. Ia merasa bahwa tugasnya bukan hanya sekadar menyampaikan pelajaran, tetapi juga menyentuh hati dan pikiran siswa, membantu mereka menemukan potensi terbaik dalam diri mereka.

Ia percaya bahwa tidak ada siswa yang tidak bisa berkembang. Dengan perhatian, kesabaran, dan metode yang tepat, setiap anak bisa menemukan potensinya dan bersinar dengan caranya sendiri. Alif adalah bukti nyata bahwa perubahan kecil di kelas bisa menciptakan dampak besar dalam hidup seorang siswa.

Bottom of Form

Meski kini mengajar di SMPN 3 Cepu dengan fasilitas yang lengkap dan lingkungan yang serba modern, Bu Mining tidak pernah melupakan asal-usulnya. Ia berasal dari sekolah di pinggiran hutan, tempat ia menghabiskan bertahun-tahun mengajar siswa-siswa yang penuh keterbatasan. Bagi Bu Mining, pengalaman itu adalah bagian penting dari hidupnya, sebuah kenangan yang selalu ia bawa ke mana pun ia pergi.

Di SMPN 3 Cepu, ia sering membagikan kisah-kisah dari masa lalu kepada siswa-siswanya. Dengan nada hangat dan penuh emosi. Ia menceritakan tentang perjuangan siswa-siswa di desa, anak-anak yang rela menempuh perjalanan berkilometer-kilometer hanya untuk sampai ke sekolah. Mereka melewati jalan berlumpur saat musim hujan dan panas terik saat musim kemarau, namun semangat belajar mereka tak pernah surut.

Bu Mining juga menggambarkan kondisi sekolah lamanya yang jauh dari kata ideal. Ruang kelas yang sederhana dengan atap yang terkadang bocor, meja dan kursi yang usang, serta buku pelajaran yang terbatas. Dibalik semua itu, ada siswa-siswa dengan semangat luar biasa, yang meski tanpa fasilitas canggih tetap berusaha keras untuk menggapai impian mereka.

Kisah-kisah itu menjadi pengingat bagi siswa-siswa di kota tentang betapa berharganya kesempatan yang mereka miliki. Mereka mulai melihat pendidikan sebagai anugerah, sesuatu yang tidak boleh disia-siakan. Selain membagikan cerita, Bu Mining juga membawa pendekatan baru dalam mengajar yang ia pelajari dari pengalamannya di desa. Ia menekankan pentingnya rasa syukur, kerja keras, dan kepedulian terhadap orang lain.

Di sela-sela cerita dan pelajaran, Bu Mining sering menunjukkan foto-foto sederhana dari sekolah lamanya. Foto siswa-siswa yang belajar IPS dengan berbagai media. Selain bercerita, Bu Mining juga menggunakan permainan edukatif untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu yang paling disukai siswa adalah kuis kelompok, di mana mereka berlomba menjawab pertanyaan-pertanyaan IPS dengan cara yang kreatif. Ia juga menggunakan metode simulasi, seperti bermain peran dalam situasi ekonomi pasar atau diskusi tentang kebijakan lingkungan, yang membuat siswa aktif berpartisipasi.

Diskusi interaktif menjadi salah satu andalan Bu Mining untuk membangun kepercayaan diri siswa sekaligus menunjukkan bahwa IPS memiliki relevansi yang kuat dengan kehidupan. Ia mengajak mereka berdiskusi tentang isu-isu sosial yang sedang terjadi, seperti perubahan iklim, pentingnya melestarikan budaya lokal, atau dampak teknologi pada masyarakat. Di sini, ia memberikan ruang bagi siswa untuk menyampaikan pendapat mereka, membangun argumen, dan saling berdialog.

Lambat laun, cerita-cerita Bu Mining mulai mengubah pandangan banyak siswa. Mereka menjadi lebih bersemangat dalam belajar, lebih menghormati guru, dan lebih peduli terhadap sesama. Perubahan ini adalah kebahagiaan yang luar biasa. Ia merasa bahwa meski ia sudah pindah ke sekolah kota, semangat perjuangan dari desa tetap hidup melalui cerita-ceritanya.

Pengalaman adalah pelajaran terbaik, dan melalui cerita, ia telah membuka hati dan pikiran siswa-siswanya. Ia berharap, suatu hari nanti, mereka akan menjadi generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga peduli dan berempati terhadap sesama. Menurutnya, pendidikan bukan hanya soal pengetahuan.  

Perjalanan hidupnya adalah bukti bahwa dedikasi seorang guru tidak mengenal batas ruang dan waktu. Di mana pun ia berada, Bu Mining terus menunjukkan bahwa pendidikan yang dilandasi ketulusan dapat mengubah hidup, tidak hanya bagi siswa-siswanya, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Baginya, setiap langkah dalam perjalanan ini adalah bagian dari pengabdian panjang yang ia berikan untuk dunia pendidikan.

Cepu, Akhir Januari 2025

 

 

 

 

 

.

 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar