Karya : Gutamining Saida
Telepon dari staf tata usaha menghentikan
aktivitas saya sejenak. Suara di ujung telepon terdengar tenang namun penuh
arti, “Bu, segera ke Dinas Blora untuk ke ruang GTK.” Kata-kata itu menggema di kepala
saya. SK mutasi? Benarkah?
Jujur saja, hati saya seolah
tercekat. Rasa campur aduk langsung memenuhi ruang batin. Saya mencoba
merespons dengan nada biasa, “Baik,mbak. Terima kasih informasinya.” Namun,
setelah telepon ditutup, saya terduduk, mencoba mencerna kabar yang datang
begitu tiba-tiba.
SK mutasi adalah sesuatu yang
sudah lama saya nantikan. Saya tahu, pindah tugas adalah bagian dari perjalanan
hidup seorang pendidik. Ini adalah proses alami, sebuah langkah maju untuk
terus belajar, berkembang, dan berkontribusi di tempat baru. Namun, kenyataan
bahwa kabar ini datang lebih cepat dari yang saya bayangkan membuat saya
sedikit goyah.
Sebelumnys saya pernah mendengar
kabar bahwa SK kemungkinan akan turun pada tahun ajaran baru 2025. Dengan
asumsi itu, hati saya belum sepenuhnya siap untuk perpisahan dalam waktu dekat.
Tapi kini, panggilan untuk mengambil SK mutasi seolah menjadi tanda bahwa
waktunya sudah tiba. Saya harus segera berkemas, baik secara fisik maupun
emosional.
Bahagia dan sedih tiba-tiba
bercampur menjadi satu. Bahagia karena akhirnya saya akan melangkah ke babak
baru dalam perjalanan hidup saya. Namun, di sisi lain sedih rasanya harus
meninggalkan siswa-siswa saya yang selama ini menjadi bagian dari hari-hari
penuh makna, serta rekan-rekan kerja yang begitu hebat, inovatif dan inspiratif
di Kedungtuban.
Rasanya seperti memegang sebuah
koin, di mana satu sisi adalah kebahagiaan. Disisi lainnya adalah kesedihan. Kedua sisi
itu tidak bisa dipisahkan, keduanya selalu ada Bersama. Dia melengkapi perasaan
saya.
Kabar tentang SK mutasi membawa
harapan baru. Di tempat tugas yang baru, saya akan bertemu dengan lingkungan
berbeda, tantangan baru, dan peluang untuk terus berkembang. Ini adalah
kesempatan untuk membangun jejaring, berbagi pengalaman, dan mungkin membawa
semangat yang telah saya pelajari di Kedungtuban ke sekolah baru.
Saya membayangkan akan ada
siswa-siswa baru yang menanti kehadiran saya di kelas. Saya membayangkan
rekan-rekan baru yang mungkin bisa menjadi teman diskusi, berbagi ide, dan
bahkan menjadi keluarga baru di tempat kerja. Semangat itu membuat saya tersenyum
kecil, meskipun hati saya masih berkecamuk.
Tidak bisa dipungkiri bahwa
perpisahan selalu membawa rasa haru yang mendalam. Kedungtuban bukan hanya
tempat saya bekerja. Dia telah menjadi rumah kedua, tempat saya bertumbuh
bersama siswa-siswa dan rekan-rekan yang luar biasa.
Siswa-siswa saya adalah sumber
inspirasi setiap hari. Melihat mereka berjuang, belajar, dan tumbuh adalah
kebahagiaan yang tidak bisa digantikan. Ada momen-momen kecil yang selalu akan
saya kenang, seperti senyuman mereka saat berhasil memahami Pelajaran. Atau rasa syukur mereka ketika saya memberi
dukungan di saat mereka membutuhkan.
Rekan-rekan kerja saya pun adalah
sosok-sosok hebat yang selalu ada di samping saya, dalam suka maupun duka.
Mereka bukan hanya sekadar kolega, tetapi juga teman sejati yang menguatkan
saya dalam menghadapi tantangan pekerjaan. Dukungan mereka adalah alasan saya
bisa bertahan, bahkan di hari-hari yang terasa berat.
Saya menyadari bahwa bahagia dan
sedih adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya hadir bersamaan,
menciptakan harmoni yang aneh tetapi nyata. Saya tidak bisa memilih salah satu,
karena keduanya adalah bagian dari proses yang harus dijalani.
Ketika saya akhirnya mengambil SK
mutasi itu, hati saya bergetar. Surat itu adalah simbol perubahan, tetapi juga
simbol komitmen. Saya berjanji pada diri sendiri untuk menjalani tugas di
tempat baru dengan sebaik mungkin, membawa semua kenangan, pengalaman, dan
pelajaran yang saya dapatkan di Kedungtuban.
Di saat yang sama, saya tahu
bahwa bagian dari hati saya akan selalu tertinggal di sini. Kedungtuban adalah
tempat di mana saya menemukan banyak hal berharga yaitu tentang persahabatan,
semangat, dan cinta terhadap dunia pendidikan.
Saya pulang dengan perasaan yang
tidak mudah dijelaskan. Di sepanjang perjalanan, saya merenung, mencoba
menerima kenyataan bahwa hidup memang penuh dengan perubahan. Saya yakin, Allah
Subhanahu Wata’alla telah merencanakan semua ini dengan sempurna. Tidak ada
yang kebetulan, termasuk pertemuan dan perpisahan.
Saya bersyukur atas segala yang
telah saya alami di Kedungtuban. Saya bersyukur dipertemukan dengan orang-orang
hebat yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Dan saya bersyukur
atas kesempatan baru yang kini terbuka di depan saya.
Perasaan ini akan tetap ada,
seperti koin dengan dua sisi yang tidak terpisahkan. Saya tahu, saya siap
melangkah maju, membawa segala kenangan dan pelajaran sebagai bekal untuk masa
depan yang lebih baik.
Cepu, 1 Janusri 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar