Rabu, 01 Januari 2025

Kisah Hati Dibalik Turunnya SK

Karya : Gutamining Saida

Telepon dari staf tata usaha menghentikan aktivitas saya sejenak. Suara di ujung telepon terdengar tenang namun penuh arti, “Bu, segera ke Dinas Blora untuk ke ruang GTK.” Kata-kata itu menggema di kepala saya. SK mutasi? Benarkah?

Jujur saja, hati saya seolah tercekat. Rasa campur aduk langsung memenuhi ruang batin. Saya mencoba merespons dengan nada biasa, “Baik,mbak. Terima kasih informasinya.” Namun, setelah telepon ditutup, saya terduduk, mencoba mencerna kabar yang datang begitu tiba-tiba.

SK mutasi adalah sesuatu yang sudah lama saya nantikan. Saya tahu, pindah tugas adalah bagian dari perjalanan hidup seorang pendidik. Ini adalah proses alami, sebuah langkah maju untuk terus belajar, berkembang, dan berkontribusi di tempat baru. Namun, kenyataan bahwa kabar ini datang lebih cepat dari yang saya bayangkan membuat saya sedikit goyah.

Sebelumnys saya pernah mendengar kabar bahwa SK kemungkinan akan turun pada tahun ajaran baru 2025. Dengan asumsi itu, hati saya belum sepenuhnya siap untuk perpisahan dalam waktu dekat. Tapi kini, panggilan untuk mengambil SK mutasi seolah menjadi tanda bahwa waktunya sudah tiba. Saya harus segera berkemas, baik secara fisik maupun emosional.

Bahagia dan sedih tiba-tiba bercampur menjadi satu. Bahagia karena akhirnya saya akan melangkah ke babak baru dalam perjalanan hidup saya. Namun, di sisi lain sedih rasanya harus meninggalkan siswa-siswa saya yang selama ini menjadi bagian dari hari-hari penuh makna, serta rekan-rekan kerja yang begitu hebat, inovatif dan inspiratif di Kedungtuban.

Rasanya seperti memegang sebuah koin, di mana satu sisi adalah kebahagiaan.  Disisi lainnya adalah kesedihan. Kedua sisi itu tidak bisa dipisahkan, keduanya selalu ada Bersama. Dia melengkapi perasaan saya.

Kabar tentang SK mutasi membawa harapan baru. Di tempat tugas yang baru, saya akan bertemu dengan lingkungan berbeda, tantangan baru, dan peluang untuk terus berkembang. Ini adalah kesempatan untuk membangun jejaring, berbagi pengalaman, dan mungkin membawa semangat yang telah saya pelajari di Kedungtuban ke sekolah baru.

Saya membayangkan akan ada siswa-siswa baru yang menanti kehadiran saya di kelas. Saya membayangkan rekan-rekan baru yang mungkin bisa menjadi teman diskusi, berbagi ide, dan bahkan menjadi keluarga baru di tempat kerja. Semangat itu membuat saya tersenyum kecil, meskipun hati saya masih berkecamuk.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perpisahan selalu membawa rasa haru yang mendalam. Kedungtuban bukan hanya tempat saya bekerja. Dia telah menjadi rumah kedua, tempat saya bertumbuh bersama siswa-siswa dan rekan-rekan yang luar biasa.

Siswa-siswa saya adalah sumber inspirasi setiap hari. Melihat mereka berjuang, belajar, dan tumbuh adalah kebahagiaan yang tidak bisa digantikan. Ada momen-momen kecil yang selalu akan saya kenang, seperti senyuman mereka saat berhasil memahami Pelajaran.  Atau rasa syukur mereka ketika saya memberi dukungan di saat mereka membutuhkan.

Rekan-rekan kerja saya pun adalah sosok-sosok hebat yang selalu ada di samping saya, dalam suka maupun duka. Mereka bukan hanya sekadar kolega, tetapi juga teman sejati yang menguatkan saya dalam menghadapi tantangan pekerjaan. Dukungan mereka adalah alasan saya bisa bertahan, bahkan di hari-hari yang terasa berat.

Saya menyadari bahwa bahagia dan sedih adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya hadir bersamaan, menciptakan harmoni yang aneh tetapi nyata. Saya tidak bisa memilih salah satu, karena keduanya adalah bagian dari proses yang harus dijalani.

Ketika saya akhirnya mengambil SK mutasi itu, hati saya bergetar. Surat itu adalah simbol perubahan, tetapi juga simbol komitmen. Saya berjanji pada diri sendiri untuk menjalani tugas di tempat baru dengan sebaik mungkin, membawa semua kenangan, pengalaman, dan pelajaran yang saya dapatkan di Kedungtuban.

Di saat yang sama, saya tahu bahwa bagian dari hati saya akan selalu tertinggal di sini. Kedungtuban adalah tempat di mana saya menemukan banyak hal berharga yaitu tentang persahabatan, semangat, dan cinta terhadap dunia pendidikan.

Saya pulang dengan perasaan yang tidak mudah dijelaskan. Di sepanjang perjalanan, saya merenung, mencoba menerima kenyataan bahwa hidup memang penuh dengan perubahan. Saya yakin, Allah Subhanahu Wata’alla telah merencanakan semua ini dengan sempurna. Tidak ada yang kebetulan, termasuk pertemuan dan perpisahan.

Saya bersyukur atas segala yang telah saya alami di Kedungtuban. Saya bersyukur dipertemukan dengan orang-orang hebat yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Dan saya bersyukur atas kesempatan baru yang kini terbuka di depan saya.

Perasaan ini akan tetap ada, seperti koin dengan dua sisi yang tidak terpisahkan. Saya tahu, saya siap melangkah maju, membawa segala kenangan dan pelajaran sebagai bekal untuk masa depan yang lebih baik.

Cepu, 1 Janusri 2024

 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar