Minggu, 22 Desember 2024

Skenario Terbaik Dari Allah

 


Karya: Gutamining Saida

Siang ini aku menghadiri pernikahan putri seorang teman lama. Dulu teman mengajar saat aku masih bertugas di SMPN 1 Cepu. Udara terasa hangat, dan suasana pernikahan penuh keceriaan. Para tamu saling bersalaman, bertukar cerita, dan mengucapkan selamat kepada keluarga mempelai. Aku memasuki tempat resepsi yang sudah dihias dengan elegan, dengan bunga-bunga segar dan nuansa emas yang menambah kemegahan acara.

Setelah memberi ucapan selamat kepada orang tua mempelai, aku mencari tempat duduk di area yang telah disediakan untuk tamu. Di sana, aku bertemu dengan beberapa guru dari SMPN 3, SMPN 1, SMPN 5, yang sudah akrab. Kami memilih duduk di tengah sambil menikmati sajian makanan yang beragam. Ada sate - gulai kambing, nasi campur, galantin, dan berbagai macam lauk pauk yang menggugah selera.

Saat berdampingan dengan beberapa teman. Pembicaraan ringan tentang makanan segera berubah menjadi diskusi hangat tentang pekerjaan. Salah satu dari mereka, yang sudah lama tak bertemu, menanyakan kabar tentang rencanaku untuk mutasi.

"Jadi, gimana usulan mutasimu? Sudah ada kabar terbaru?" tanyanya dengan nada penuh perhatian.

Aku tersenyum, sebelum menjawab. "Belum, masih tertunda. Sampai sekarang belum ada kepastian kapan akan diproses."

"Kok cuma berita aja ya?" celetuk seorang teman lainnya. Nada bicaranya tidak bermaksud menyinggung, tetapi lebih sebagai candaan.

Aku hanya tersenyum tanpa memberikan komentar. Rasanya tak ada gunanya menjelaskan panjang lebar. Aku tahu mereka peduli, tapi aku juga sadar bahwa proses mutasi ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dengan buru-buru.

Setelah beberapa saat, aku berkata pelan, "Aku tetap berusaha. Semua ketentuan cepat atau lambatnya ini urusan Allah Subhanahu Wata’alla. Mungkin ini memang skenario-Nya yang terbaik untukku."

Mereka terdiam sejenak, lalu mengangguk. Salah seorang dari mereka menepuk bahuku. "Kamu benar. Kadang kita hanya bisa berusaha, tapi hasilnya tetap tergantung kehendak-Nya."

Aku tersenyum tipis. Dalam hati, aku mencoba menguatkan diri. Proses mutasi yang kutempuh bukanlah hal yang mudah. Ada banyak dokumen yang harus disiapkan, persetujuan yang harus diperoleh, dan prosedur administrasi yang terkadang terasa seperti labirin tanpa ujung. Namun, aku percaya bahwa segala sesuatu memiliki waktunya sendiri.

Pembicaraan berlanjut ke topik lain, tetapi pikiranku tetap terbayang pada proses mutasi ini. Aku teringat saat pertama kali mengajukan permohonan mutasi. Aku memiliki harapan besar, membayangkan bahwa segalanya akan berjalan lancar. Namun, kenyataannya tidak seindah yang kubayangkan.

Kadang, aku merasa lelah. Ada saat-saat di mana aku bertanya-tanya, "Kenapa harus menunggu selama ini? " Namun, di tengah keraguan itu aku selalu mencoba mengingatkan diriku sendiri bahwa Allah Subhanahu Wata’alla memiliki rencana yang jauh lebih indah daripada apa yang mampu kupahami.

Sambil menikmati es buah yang segar, aku kembali berbincang dengan teman-teman. Mereka mulai bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing di sekolah. Ada yang berbagi cerita lucu tentang siswa-siswanya, ada juga yang curhat tentang tugas-tugas yang menumpuk. Aku mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menimpali dengan candaan ringan.

Di balik tawa dan senyum itu, aku terus merenung. Aku menyadari bahwa perjalanan hidup ini memang penuh dengan kejutan. Terkadang apa yang kita inginkan tidak segera tercapai. Tetapi, di setiap penantian, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil.

Saat berjalan keluar, titik-titik air menyentuh wajahku. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba melepaskan segala kecemasan yang sempat mengganggu pikiranku.

Dalam perjalanan pulang, aku merenung lebih dalam. Allah Subhanahu Wata’alla menunda proses mutasiku untuk alasan yang lebih besar. Mungkin ada hal-hal yang harus kupelajari terlebih dahulu di tempatku sekarang. Mungkin ada orang-orang yang membutuhkan kehadiranku di sini.

Aku tersenyum kecil merasa lebih tenang. Proses ini mengajarkanku untuk lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebih berserah diri kepada-Nya. Aku tahu pada akhirnya, semuanya akan berjalan sesuai rencana-Nya.

Hari ini adalah pengingat bagiku untuk terus percaya pada skenario terbaik dari Allah Subhanahu Wata’alla. Sambil menatap langit sore yang mulai berubah warna, aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjalani setiap hari dengan penuh rasa syukur, apa pun yang terjadi.

Cepu, 22 Desember 2024

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar