Karya: Gutamining Saida
Siang ini aku menghadiri
pernikahan putri seorang teman lama. Dulu teman mengajar saat aku masih
bertugas di SMPN 1 Cepu. Udara terasa hangat, dan suasana pernikahan penuh
keceriaan. Para tamu saling bersalaman, bertukar cerita, dan mengucapkan
selamat kepada keluarga mempelai. Aku memasuki tempat resepsi yang sudah dihias
dengan elegan, dengan bunga-bunga segar dan nuansa emas yang menambah kemegahan
acara.
Setelah memberi ucapan selamat
kepada orang tua mempelai, aku mencari tempat duduk di area yang telah
disediakan untuk tamu. Di sana, aku bertemu dengan beberapa guru dari SMPN 3,
SMPN 1, SMPN 5, yang sudah akrab. Kami memilih duduk di tengah sambil menikmati
sajian makanan yang beragam. Ada sate - gulai kambing, nasi campur, galantin,
dan berbagai macam lauk pauk yang menggugah selera.
Saat berdampingan dengan beberapa
teman. Pembicaraan ringan tentang makanan segera berubah menjadi diskusi hangat
tentang pekerjaan. Salah satu dari mereka, yang sudah lama tak bertemu,
menanyakan kabar tentang rencanaku untuk mutasi.
"Jadi, gimana usulan
mutasimu? Sudah ada kabar terbaru?" tanyanya dengan nada penuh perhatian.
Aku tersenyum, sebelum menjawab.
"Belum, masih tertunda. Sampai sekarang belum ada kepastian kapan akan
diproses."
"Kok cuma berita aja ya?"
celetuk seorang teman lainnya. Nada bicaranya tidak bermaksud menyinggung,
tetapi lebih sebagai candaan.
Aku hanya tersenyum tanpa
memberikan komentar. Rasanya tak ada gunanya menjelaskan panjang lebar. Aku
tahu mereka peduli, tapi aku juga sadar bahwa proses mutasi ini bukan sesuatu
yang bisa diselesaikan dengan buru-buru.
Setelah beberapa saat, aku
berkata pelan, "Aku tetap berusaha. Semua ketentuan cepat atau lambatnya
ini urusan Allah Subhanahu Wata’alla. Mungkin ini memang skenario-Nya yang
terbaik untukku."
Mereka terdiam sejenak, lalu
mengangguk. Salah seorang dari mereka menepuk bahuku. "Kamu benar. Kadang
kita hanya bisa berusaha, tapi hasilnya tetap tergantung kehendak-Nya."
Aku tersenyum tipis. Dalam hati,
aku mencoba menguatkan diri. Proses mutasi yang kutempuh bukanlah hal yang
mudah. Ada banyak dokumen yang harus disiapkan, persetujuan yang harus
diperoleh, dan prosedur administrasi yang terkadang terasa seperti labirin tanpa
ujung. Namun, aku percaya bahwa segala sesuatu memiliki waktunya sendiri.
Pembicaraan berlanjut ke topik
lain, tetapi pikiranku tetap terbayang pada proses mutasi ini. Aku teringat
saat pertama kali mengajukan permohonan mutasi. Aku memiliki harapan besar,
membayangkan bahwa segalanya akan berjalan lancar. Namun, kenyataannya tidak
seindah yang kubayangkan.
Kadang, aku merasa lelah. Ada
saat-saat di mana aku bertanya-tanya, "Kenapa harus menunggu selama ini?
" Namun, di tengah keraguan itu aku selalu mencoba mengingatkan diriku
sendiri bahwa Allah Subhanahu Wata’alla memiliki rencana yang jauh lebih indah
daripada apa yang mampu kupahami.
Sambil menikmati es buah yang
segar, aku kembali berbincang dengan teman-teman. Mereka mulai bercerita
tentang pengalaman mereka masing-masing di sekolah. Ada yang berbagi cerita
lucu tentang siswa-siswanya, ada juga yang curhat tentang tugas-tugas yang menumpuk.
Aku mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menimpali dengan candaan
ringan.
Di balik tawa dan senyum itu, aku
terus merenung. Aku menyadari bahwa perjalanan hidup ini memang penuh dengan
kejutan. Terkadang apa yang kita inginkan tidak segera tercapai. Tetapi, di
setiap penantian, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil.
Saat berjalan keluar, titik-titik
air menyentuh wajahku. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba melepaskan segala
kecemasan yang sempat mengganggu pikiranku.
Dalam perjalanan pulang, aku
merenung lebih dalam. Allah Subhanahu Wata’alla menunda proses mutasiku untuk
alasan yang lebih besar. Mungkin ada hal-hal yang harus kupelajari terlebih
dahulu di tempatku sekarang. Mungkin ada orang-orang yang membutuhkan
kehadiranku di sini.
Aku tersenyum kecil merasa lebih
tenang. Proses ini mengajarkanku untuk lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebih
berserah diri kepada-Nya. Aku tahu pada akhirnya, semuanya akan berjalan sesuai
rencana-Nya.
Hari ini adalah pengingat bagiku
untuk terus percaya pada skenario terbaik dari Allah Subhanahu Wata’alla.
Sambil menatap langit sore yang mulai berubah warna, aku berjanji pada diriku
sendiri untuk menjalani setiap hari dengan penuh rasa syukur, apa pun yang
terjadi.
Cepu, 22 Desember 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar