Pagi ini udara sejuk menyelimuti
sekolah di pinggiran desa. Hari ini adalah hari pembagian rapor. Momen penting
bagi siswa dan orang tua untuk mengetahui hasil belajar selama satu semester.
Bu Lulu, seorang guru Prakarya yang dikenal kreatif dan penuh semangat Dia
sudah mempersiapkan dirinya sejak pukul tujuh. Kali ini tantangan berbeda dihadapinya. Raport siswa besar dan berat.
Sekolah tempat Bu Lulu mengajar
memiliki letak bangunan yang terpencar. Ruang guru berada di sisi timur,
sedangkan kelas tujuh yang menjadi tanggung jawabnya berada di sisi barat. Cukup
jauh dengan ruang guru. Tidak hanya itu, rapor siswa kini lebih besar dan tebal.
Raport tebal berat untuk dibawa. Jumlah siswa di kelasnya tiga puluh dua
siswa. Tidak bisa dibawa sekaligus sekali.
“Bagaimana ini? Kalau bolak-balik membawa rapor sebanyak ini, pasti sangat melelahkan dan tidak efisien,” gumam Bu Lulu sambil memandangi tumpukan map rapor di meja ruang guru. Bu Lulu adalah sosok guru yang selalu memprioritaskan efisiensi dan kenyamanan dalam pekerjaannya. Ia tidak ingin kegiatan pembagian rapor terganggu hanya karena kendala teknis seperti ini. Setelah berpikir sejenak, ia mendapatkan ide yang menurutnya dapat mengatasi masalah tersebut.
Siswa diliburkan pada hari
pembagian rapor. Jadwal pembagian diatur dalam tiga sesi yaitu kelas 7 dimulai
pukul 08.00 WIB, diikuti kelas 8 pukul 09.00 WIB dan terakhir kelas 9 pukul
10.00 WIB. Hal ini juga memungkinkan orang tua bisa fokus datang sesuai jadwal
tanpa tergesa-gesa.
“Kalau siswa diliburkan, orang
tua bisa lebih tenang datang. Kita juga bisa fokus memberikan penjelasan
tentang rapor tanpa harus mengawasi siswa yang mungkin akan bermain di luar
kelas,” kata Bu Lulu meyakinkan.
Bu Lulu memikirkan cara membawa
tumpukan rapor dari ruang guru ke kelas tujuh. Jika harus berjalan kaki membawa
semuanya sekaligus, tentu akan sangat merepotkan. Bu Lulu kembali menggunakan
kreativitasnya.
Ia memutuskan menggunakan sepeda
motor untuk mengangkut rapor. Dengan hati-hati, ia mengangkut raport tersebut
dengan motor. Sesi pertama, ia membawa rapor untuk kelas 7F. Dengan motor saja
tiga kali Angkatan. “Alhamdulillah dengan cara ini, aku tidak terlalu
kelelahan. Cukup menghemat tenaga meski harus bolak-balik,” ujarnya sambil
tersenyum puas.
Bu Lulu kembali ke ruang guru sambil tersenyum. Ia merasa lega karena rencananya berjalan dengan baik. Hari itu mengajarkan banyak hal kepadanya, terutama pentingnya kreativitas dalam menghadapi tantangan. “Menjadi guru bukan hanya soal mengajar di kelas. Tapi juga bagaimana kita mampu berpikir kreatif dalam situasi apapun,” gumamnya sambil membereskan sisa-sisa dokumen yang masih tertinggal.
Bu Lulu pulang dengan perasaan
lega. Ia yakin bahwa hari ini tidak hanya menjadi momen berharga bagi orang tua
dan siswa, tetapi juga baginya sebagai seorang guru yang terus belajar dan
berkembang. Kreativitas adalah kunci untuk menghadapi segala situasi. Bu Lulu telah membuktikannya dengan caranya
sendiri. Semoga manfaat.
Kedungtuban, 21 November 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar