Liburan kali ini terasa berbeda
dari biasanya. Di hari biasa, kantor saya sering kali berpindah tempat dari
ruang kelas ke ruang kelas lain. Saya harus mempersiapkan materi, media
pembelajaran, atau asesmen. Masa liburan kali ini kantor saya benar-benar
berubah wujud.
Sebelum liburan datang, saya
sudah berusaha mempersiapkan segala kebutuhan. Kulkas di rumah sengaja saya isi
penuh dengan berbagai bahan makanan. Sayuran, tempe, tahu dan ikan untuk
persiapan kurang lebih seminggu. Saya berpikir, dengan persediaan yang cukup
tidak bolak balik ke pasar. Saya bisa menikmati liburan dengan lebih santai
tanpa harus sering-sering ke pasar.
Namun, rencana tinggal rencana.
Sehari sebelum liburan dimulai, cucu-cucu saya sudah datang. Mereka tujuannya
untuk menikmati liburan di rumah Cepu. Mereka datang dengan penuh semangat. Kehadiran
cucu membawa kebahagiaan sekaligus keriuhan yang tak ada habisnya. Ada tiga
cucu yang masih kecil, masing-masing berusia 3, 5, dan 7 tahun. Dua perempuan
dan satu laki-laki.
Kedatangan mereka benar-benar
mengubah suasana rumah. Jika sebelumnya rumah terasa tenang dan damai. Kini
semuanya berubah menjadi ramai dan penuh canda tawa. Di usia mereka yang masih
kecil. Cucu-cucu saya punya kebiasaan
yang sama yaitu senang makan! Baru saja selesai makan, sebentar kemudian mereka
akan datang lagi sambil berkata, “Timi, lapar!”
Kebiasaan ini membuat saya harus
berkutat di dapur hampir sepanjang hari. Rencana isi kulkas penuh untuk
persediaan seminggu ternyata hanya bertahan dua hari. Bayangkan saja, dalam
sehari saya harus memasak dua hingga tiga kali.
Hari pertama kedatangan cucu-cucu
suasana dapur langsung berubah menjadi kantor baru saya. Saya menyiapkan
makanan favorit mereka. Mulai dari nasi goreng, telur goreng, hingga tempe
goreng. Mereka makan dengan lahap. Tidak
lama kemudian, mereka sudah meminta lagi.
“Tim, mau pisang!” pinta cucu
laki-laki yang berusia lima tahun.
“Pisangnya habis, nanti beli
dulu,” jawab saya sambil tersenyum.
Melihat antusiasme mereka, saya
merasa senang. Meski sedikit kewalahan. Setiap kali saya selesai memasak, dapur
pasti berantakan lagi dengan piring, gelas, dan peralatan masak yang menumpuk.
Hari kedua, persediaan di kulkas
mulai menipis. Rencana saya untuk tidak pergi ke pasar selama seminggu pun
harus batal. Hari ketiga, rutinitas memasak kembali berlangsung. Saya mulai
menyadari bahwa liburan kali ini bukan tentang bersantai. Saat ini menikmati
momen kebersamaan dengan cucu-cucu saya.
Liburan kali ini memang jauh dari
kata santai, tetapi saya merasa bahagia. Meski harus bolak-balik ke pasar dan
dapur. Kebersamaan dengan cucu adalah
hadiah yang tidak ternilai. Suara tawa mereka, permintaan sederhana seperti
ingin makan, atau sekadar merengek minta dipeluk, semuanya membuat hati penuh
rasa syukur.
Saya banyak belajar bahwa meski
rencana awal tidak berjalan sesuai harapan, hal itu tidak masalah . Selama kita
bisa menikmati momen yang ada. Dapur, pasar, dan meja makan menjadi tempat di
mana kenangan-kenangan indah tercipta.
Akhirnya meskipun liburan ini
melelahkan secara fisik. Saya merasa
hati dipenuhi kebahagiaan. Melihat wajah ceria cucu-cucu setiap kali makanan
terhidang di meja adalah kebahagiaan sederhana yang sulit dijelaskan dengan
kata-kata. Saya pun menyadari bahwa kantor saya kali ini, meski berupa dapur,
adalah tempat di mana cinta dan kebahagiaan keluarga terjalin erat.
Semoga liburan berikutnya, saya
bisa mempersiapkan kulkas dengan lebih baik. Atau hanya perlu menyiapkan energi
yang lebih besar untuk mengejar semangat cucu-cucu saya yang tak pernah habis.
Semoga menginspirasi.
Cepu, 28 Desember 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar