Minggu, 29 Desember 2024

Liburan Pindah Kantor

Karya: Gutamining Saida

Liburan kali ini terasa berbeda dari biasanya. Di hari biasa, kantor saya sering kali berpindah tempat dari ruang kelas ke ruang kelas lain. Saya harus mempersiapkan materi, media pembelajaran, atau asesmen. Masa liburan kali ini kantor saya benar-benar berubah wujud.  

Sebelum liburan datang, saya sudah berusaha mempersiapkan segala kebutuhan. Kulkas di rumah sengaja saya isi penuh dengan berbagai bahan makanan. Sayuran, tempe, tahu dan ikan untuk persiapan kurang lebih seminggu. Saya berpikir, dengan persediaan yang cukup tidak bolak balik ke pasar. Saya bisa menikmati liburan dengan lebih santai tanpa harus sering-sering ke pasar.

Namun, rencana tinggal rencana. Sehari sebelum liburan dimulai, cucu-cucu saya sudah datang. Mereka tujuannya untuk menikmati liburan di rumah Cepu. Mereka datang dengan penuh semangat. Kehadiran cucu membawa kebahagiaan sekaligus keriuhan yang tak ada habisnya. Ada tiga cucu yang masih kecil, masing-masing berusia 3, 5, dan 7 tahun. Dua perempuan dan satu laki-laki.

Kedatangan mereka benar-benar mengubah suasana rumah. Jika sebelumnya rumah terasa tenang dan damai. Kini semuanya berubah menjadi ramai dan penuh canda tawa. Di usia mereka yang masih kecil.  Cucu-cucu saya punya kebiasaan yang sama yaitu senang makan! Baru saja selesai makan, sebentar kemudian mereka akan datang lagi sambil berkata, “Timi, lapar!”

Kebiasaan ini membuat saya harus berkutat di dapur hampir sepanjang hari. Rencana isi kulkas penuh untuk persediaan seminggu ternyata hanya bertahan dua hari. Bayangkan saja, dalam sehari saya harus memasak dua hingga tiga kali.

Hari pertama kedatangan cucu-cucu suasana dapur langsung berubah menjadi kantor baru saya. Saya menyiapkan makanan favorit mereka. Mulai dari nasi goreng, telur goreng, hingga tempe goreng. Mereka makan dengan lahap.  Tidak lama kemudian, mereka sudah meminta lagi.

“Tim, mau pisang!” pinta cucu laki-laki yang berusia lima tahun.

“Pisangnya habis, nanti beli dulu,” jawab saya sambil tersenyum.

Melihat antusiasme mereka, saya merasa senang. Meski sedikit kewalahan. Setiap kali saya selesai memasak, dapur pasti berantakan lagi dengan piring, gelas, dan peralatan masak yang menumpuk.

Hari kedua, persediaan di kulkas mulai menipis. Rencana saya untuk tidak pergi ke pasar selama seminggu pun harus batal. Hari ketiga, rutinitas memasak kembali berlangsung. Saya mulai menyadari bahwa liburan kali ini bukan tentang bersantai. Saat ini menikmati momen kebersamaan dengan cucu-cucu saya.

Liburan kali ini memang jauh dari kata santai, tetapi saya merasa bahagia. Meski harus bolak-balik ke pasar dan dapur.  Kebersamaan dengan cucu adalah hadiah yang tidak ternilai. Suara tawa mereka, permintaan sederhana seperti ingin makan, atau sekadar merengek minta dipeluk, semuanya membuat hati penuh rasa syukur.

Saya banyak belajar bahwa meski rencana awal tidak berjalan sesuai harapan, hal itu tidak masalah . Selama kita bisa menikmati momen yang ada. Dapur, pasar, dan meja makan menjadi tempat di mana kenangan-kenangan indah tercipta.

Akhirnya meskipun liburan ini melelahkan secara fisik.  Saya merasa hati dipenuhi kebahagiaan. Melihat wajah ceria cucu-cucu setiap kali makanan terhidang di meja adalah kebahagiaan sederhana yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Saya pun menyadari bahwa kantor saya kali ini, meski berupa dapur, adalah tempat di mana cinta dan kebahagiaan keluarga terjalin erat.

Semoga liburan berikutnya, saya bisa mempersiapkan kulkas dengan lebih baik. Atau hanya perlu menyiapkan energi yang lebih besar untuk mengejar semangat cucu-cucu saya yang tak pernah habis. Semoga menginspirasi.

Cepu, 28 Desember 2024

 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar