Jumat, 06 Desember 2024

Guru Cerdas Tak Percaya Hoax

Karya: Gutamining Saida

Jumat siang itu, suasana di ruang 9E SMPN 1 Kedungtuban terasa berbeda. Setelah pengawasan Penilaian Sumatif Akhir Semester (PSAT) selesai, kegiatan diseminasi literasi digital dimulai.  Sekitar pukul 09.30 WIB. Kegiatan ini menghadirkan Ibu Ragil Anggi N, S.Pd., sebagai pemateri dengan moderator  bapak Yudhistira Megaputra, S.Pd.

Seperti biasanya, kegiatan dimulai dengan pembukaan yang dipandu oleh moderator. Para peserta, yang terdiri dari para guru, telah duduk rapi di tempat yang disediakan. Lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang, memberikan semangat kebangsaan di awal acara.

Setelah itu, kepala sekolah bapak Prasetyo Cahyo Nugroho, S. Pd, M.M, memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi kepada seluruh guru SMPN 1 Kedungtuban atas dedikasi mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan. Secara khusus, kepala sekolah memberikan penghargaan kepada beberapa guru yang berprestasi.

  • Ibu Sri Mulyani telah berhasil menyelesaikan program Guru Penggerak dengan predikat lulus.
  • Ibu Ragil Anggi dipilih oleh Kementerian Pendidikan untuk mengikuti workshop secara luring.
  • Ibu Rini S terpilih oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) untuk program pengembangan kompetensi.

“Prestasi ini tidak hanya membanggakan sekolah sendiri, tetapi juga menjadi motivasi untuk terus maju,” ujar kepala sekolah dengan penuh semangat. Tepuk tangan meriah pun mengiringi apresiasi tersebut.

Setelah sambutan giliran pemateri yaitu Ibu Ragil Anggi, memulai sesi utama. Dengan penuh antusias, beliau membuka materi dengan sebuah ice breaking yang melibatkan semua peserta.

“Tepuk satu!” serunya. Para guru serentak bertepuk tangan satu kali.
“Tepuk dua!” lanjutnya, diiringi dua tepukan.
“Tepuk tiga!” suara kompak peserta mengiringi tiga tepukan. Suasana pun langsung cair. Para guru tampak rileks dan tertawa bersama.

“Tujuan ice breaking ini adalah untuk mengurangi ketegangan. Sekarang, mari kita mulai materi,” kata Ibu Anggi sambil tersenyum.

Ibu Anggi kemudian memutar sebuah video tentang misinformasi dan dampaknya di masyarakat. Video itu menggambarkan bagaimana informasi yang salah dapat menyebar dengan cepat, menimbulkan keresahan, bahkan merusak hubungan sosial.

“Apakah kita pernah tanpa sadar ikut menyebarkan informasi yang ternyata salah?” tanyanya kepada peserta. Beberapa guru mengangguk, menandakan bahwa mereka pernah mengalami hal tersebut.

Ibu Anggi menjelaskan bahwa di era digital ini, guru memiliki peran penting sebagai agen literasi digital. “Kita harus memastikan informasi yang kita terima dan sebarkan adalah benar dan dapat dipercaya,” tegasnya.

Setelah pemaparan materi, sesi diskusi dimulai. Moderator yaitu bapak Yudhistira Megaputra memandu jalannya diskusi dengan baik. Guru-guru mulai mengajukan pertanyaan, dan suasana menjadi lebih interaktif.

Pertanyaan pertama datang dari Ibu Endri, yang menanyakan bagaimana menanggapi isu tentang gaji guru yang akan naik pada bulan Desember yang kita temui di media sosial.

Pertanyaan itu mendapat tanggapan menarik dari Pak Bambang, yang menyarankan Tunggu saja.   Akan ada, “Indah pada waktunya.” Semua peserta tersenyum.

Bu Maryati juga menambahkan, “Kita harus sabar menunggu. Menunggu adalah cara yang terbaik.”

Diskusi berlangsung hangat dan penuh semangat, dengan berbagai ide dan pengalaman dibagikan.

Di akhir sesi, Bu Anggi mengajak seluruh peserta membuat pernyataan bersama. “Mari kita katakan dengan penuh semangat: Guru cerdas tak percaya hoax!” ajaknya.

Para guru mengulang pernyataan tersebut sambil melakukan gerakan tangan yang telah diajarkan. Suasana menjadi sangat hidup, dan senyum menghiasi wajah semua peserta.

“Semangat ini harus kita bawa ke ruang kelas dan lingkungan kita. Mari kita menjadi agen perubahan,” tambah Ibu Anggi.

Acara diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari seluruh peserta. Semua guru tampak puas dan bersemangat untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Suasana bahagia meliputi ruang pertemuan SMPN 1 Kedungtuban.

Diseminasi literasi digital ini tidak hanya memberikan ilmu baru, tetapi juga mempererat hubungan antar guru. Dengan berakhirnya acara, harapan besar tumbuh bahwa para guru akan menjadi lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi dan informasi di era digital.

Kedungtuban, 6 Desember 20224

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar