Hari ini, suasana kelas 9A di
SMPN 1 Kedungtuban terasa berbeda. Pada jam ke-2 dan ke-3, saya telah
menyiapkan sebuah kegiatan yang dirancang untuk mengukur pemahaman siswa
tentang materi literasi finansial yang diajarkan kemarin. Berbekal semangat
untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, saya memutuskan
menggunakan pendekatan yang kreatif dan tidak membosankan. Kegiatan ini saya
beri nama "Sarapan Telur Mata Sapi," sebuah ide sederhana namun
bermakna.
Pagi itu, saya memasuki kelas
dengan membawa tumpukan kartu soal yang dihiasi gambar telur mata sapi. Gambar
tersebut sengaja saya pilih karena saya tahu banyak siswa menyukai lauk telur
mata sapi, sebuah hidangan yang sederhana tetapi digemari banyak orang.
Setibanya di kelas, saya tersenyum melihat antusiasme siswa yang langsung
terlihat dari wajah mereka.
"Sebelum kita mulai, saya
ingin bertanya, siapa di sini yang suka sarapan telur mata sapi?" tanyaku
sambil menunjukkan tumpukan kartu bergambar telur mata sapi di tangan. Hampir
semua siswa mengangkat tangan dengan riang, bahkan beberapa di antaranya
tertawa kecil.
"Hari ini, kita akan sarapan
bersama. Tapi bukan dengan telur sungguhan, melainkan dengan telur mata sapi
spesial yang sudah saya siapkan. Kalian boleh memilih telur yang kalian suka.
Bentuknya sama, tapi isinya berbeda. Jadi, nikmatilah sarapan ini dengan cara
terbaik kalian," lanjutku.
Siswa terlihat penasaran dan
mulai mendekat ketika saya mengatur tumpukan kartu soal di meja guru. Saya
menjelaskan aturan permainan yaitu setiap siswa mengambil satu kartu soal,
mengerjakan soal di buku tulisnya masing-masing. Kemudian menukarkan kartu
tersebut dengan kartu lain setelah selesai. Mereka bisa mengerjakan sebanyak
mungkin kartu selama waktu yang telah saya tentukan.
Setelah aturan jelas, kegiatan
dimulai. Siswa satu per satu maju mengambil kartu soal bergambar telur mata
sapi. Ada yang tersenyum puas dengan "sarapan" pertama mereka, ada
juga yang terlihat penasaran dengan soal yang mereka dapatkan. "Bu, telur
ini ada rasa kejunya enggak?" tanya salah satu siswa, disambut gelak tawa
seisi kelas.
Saya pun ikut tertawa.
"Rasanya sesuai dengan usaha kalian. Semakin semangat kalian mengerjakan,
semakin enak rasanya!" jawaban singkat dari saya.
Kelas pun menjadi hidup. Setiap
siswa fokus mengerjakan soal, namun suasana tetap santai. Saya memperhatikan
bagaimana mereka saling berdiskusi pelan setelah selesai mengerjakan satu soal
dan menukarnya dengan soal lain. Beberapa siswa terlihat sangat kompetitif,
berlomba-lomba menyelesaikan sebanyak mungkin kartu soal.
"Bu, saya sudah selesai lima
telur, sekarang mau nambah lagi," kata seorang siswa dengan semangat
sambil menyerahkan kartu yang sudah dikerjakan.
"Bagus sekali,
teruskan!" jawab saya dengan bangga.
Salah satu siswa bernama Rio
bahkan tampak sangat tekun. Dia mengerjakan soal dengan cepat tetapi tetap
hati-hati. Dalam waktu 30 menit pertama, dia sudah menyelesaikan 20 soal.
"Bu, saya suka soal yang ini, tantangannya beda," katanya sambil
menunjuk salah satu kartu yang sudah selesai ia kerjakan.
Di sisi lain, ada juga siswa yang
baru berhasil menyelesaikan dua atau tiga soal. Namun, saya terus memberikan
dorongan semangat. "Tidak apa-apa, yang penting dikerjakan dengan
sungguh-sungguh. Nikmati prosesnya," kata saya kepada mereka.
Waktu berjalan cepat. Saya
terkesima melihat bagaimana antusiasme siswa tetap terjaga hingga akhir
kegiatan. Ada yang berhasil menyelesaikan hingga 32 soal, sementara siswa
dengan jumlah terendah menyelesaikan 15 soal. Meski ada perbedaan jumlah, semua
siswa tampak puas dengan usaha mereka.
Setelah waktu habis, saya meminta
siswa untuk mengumpulkan semua kartu soal yang telah mereka kerjakan.
"Bagaimana sarapan telur mata sapi kalian hari ini?" tanya saya.
"Seru, Bu!" jawab
mereka hampir serempak.
"Ternyata rasanya
berbeda-beda, ya, Bu, tergantung soal yang kita dapat," tambah salah satu
siswa dengan senyuman lebar.
Saya tersenyum penuh rasa syukur
melihat semangat mereka. Kegiatan sederhana ini tidak hanya membuat mereka
lebih memahami materi, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Saya tahu bahwa belajar bukan hanya tentang mengejar nilai, tetapi
juga tentang menikmati prosesnya.
Di akhir kegiatan, saya
memberikan apresiasi kepada siswa yang telah berusaha keras. "Saya sangat
bangga dengan kalian semua. Semoga sarapan telur mata sapi kita hari ini bisa
menjadi pengalaman belajar yang berkesan. Ingat, dalam belajar, usaha adalah
yang terpenting," kata saya dengan tulus.
Hari itu, saya merasa sangat senang. Melihat siswa yang semangat dan berusaha keras untuk menyelesaikan soal membuat saya semakin yakin bahwa pendekatan kreatif dalam pembelajaran dapat memberikan dampak yang besar. Kelas 9A hari ini bukan hanya belajar tentang literasi finansial, tetapi juga belajar menikmati proses belajar dengan cara yang menyenangkan. Saya keluar kelas dengan hati penuh kebahagiaan, berharap pengalaman ini dapat terus menjadi inspirasi dalam kegiatan belajar mengajar berikutnya. Selamat mencoba.
Cepu, 30 November 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar