Minggu, 03 November 2024

Keseruan Bersama 9A

Dokumen Pribadi
Karya: Gutamining Saida

Suasana kelas 9A pada saat mata pelajaran IPS terasa agak berbeda dari biasanya. Saya, sebagai guru IPS, memiliki tujuan yang spesifik yaitu membuat siswa lebih tertarik dan terlibat. Khususnya dalam membahas materi tentang uang. Tantangannya cukup besar, mengingat jam pelajaran berada di jam terakhir.  Di saat energi siswa biasanya sudah mulai menurun, dan rasa kantuk sering menyerang.

Memahami bahwa siswa saat ini cenderung lebih akrab dengan gawai dan game daripada buku. Saya merasa perlu menggunakan pendekatan yang lebih kreatif untuk membangkitkan minat mereka. Materi tentang uang memang luas, dan sering kali dianggap “berat” bagi siswa yang sudah enggan membuka buku. Oleh karena itu, saya memutar otak mencari cara agar materi ini terasa lebih ringan, relevan, bahkan menyenangkan bagi mereka.

Begitu kelas dimulai, saya memulai dengan penjelasan dasar tentang uang. Apa itu uang, fungsi-fungsinya, dan sejarah singkatnya. Saya menjaga pembahasan tetap ringan, bahkan memasukkan contoh-contoh kehidupan sehari-hari yang dekat dengan mereka. “Misalnya, kalau kalian mau beli snack atau jajan di kantin sekolah, pasti pakai uang kan?” Dengan sedikit canda dan tawa, saya melihat mereka mulai tersenyum dan mendengarkan lebih serius.

Namun, saya tahu bahwa hanya dengan memberikan penjelasan sederhana saja tidak cukup. Maka, setelah materi dasar selesai, saya memutuskan untuk melakukan pendekatan yang lebih interaktif dan sedikit “mengejutkan.” Saya menatap mereka sejenak dan berkata, “Baiklah, kita bahas sesuatu yang sedikit berbeda. Coba, menurut kalian, apa bedanya uang dengan cinta?”

Sontak, pertanyaan ini langsung menarik perhatian mereka. Beberapa siswa yang tadinya tampak mengantuk langsung tersentak dan mengangkat kepala. “Lho, Bu, kok bahas cinta?” tanya seorang siswa dengan nada bercanda, disambut gelak tawa teman-temannya. Saya tersenyum sambil melanjutkan, “Iya, coba kita lihat, kira-kira apa bedanya uang dengan cinta menurut kalian?”

Satu per satu, siswa mulai memberikan pendapat mereka, dengan nada penuh antusiasme. Ada yang berkomentar, “Kalau uang, kalau habis bisa dicari lagi, Bu. Kalau cinta, kalau hilang susah cari gantinya!” Komentar ini disambut tawa riuh oleh teman-temannya. Lalu ada lagi yang berkata, “Kalau uang, bisa dihitung, Bu. Kalau cinta, suka bingung sendiri!” Setiap jawaban yang mereka berikan selalu penuh dengan canda tawa, namun justru semakin memacu mereka untuk berpikir kritis dan berani mengemukakan pendapat.

Setelah sesi candaan ini selesai, saya menjelaskan bahwa tujuan dari pertanyaan ini adalah agar mereka lebih mengenal cara berpikir kreatif. Saya mendorong mereka untuk mengaitkan hal-hal abstrak dengan materi yang sedang dipelajari. Dalam hal ini uang, dengan sesuatu yang mereka rasakan sendiri, seperti cinta. Saya memberi tahu mereka bahwa dengan cara ini, mereka bisa belajar mengekspresikan gagasan secara lebih menyenangkan dan relevan.

Kemudian, saya meminta mereka untuk membuat kalimat kreatif tentang uang, tetapi kali ini mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari mereka sendiri. Beberapa siswa mulai berpikir keras, lalu menuliskan di kertas. Kalimat-kalimat yang mereka buat sangat beragam, dan saya melihat ekspresi puas di wajah mereka saat membaca hasil karya mereka sendiri.

Setelah sesi kreatif ini selesai, saya meminta mereka untuk menuliskan beberapa kalimat terbaik mereka dan kemudian membagikannya di depan kelas. Setiap siswa yang maju mendapatkan apresiasi teman-temannya. Saya juga memberikan sedikit penghargaan kecil, seperti stiker atau bintang, untuk karya yang paling kreatif. Hal ini semakin memotivasi mereka, dan saya bisa merasakan antusiasme mereka yang tulus. Di akhir pembelajaran, saya merangkum pelajaran hari itu dengan pesan singkat. Saya mengakhiri kelas dengan senyuman, melihat bahwa kali ini mereka tampak benar-benar tertarik.

Ketika bel pulang berbunyi, mereka masih membahas tentang materi uang. Akhirnya ditutup doa bersama dan pulang ke rumah masing-masing.Hari itu, saya merasa bangga karena berhasil membuat siswa merasa bahwa mata pelajaran IPS bukan sekadar kumpulan teori yang membosankan, melainkan sesuatu yang bisa mereka pahami dan nikmati dengan cara yang menyenangkan dan bermakna. SELAMAT MENCOBA SEMOGA BERMANFAAT.

Cepu, 3 Oktober 2024

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar